Jakarta (SIB)- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengajak para perempuan Kementerian Agama untuk sama-sama membangun karakter keluarga yang pandai bersyukur dan qanaah. Menurutnya, korupsi seringkali dilakukan karena ketidakpuasan, bukan ketidakcukupan.
“Itulah kenapa ajaran agama menitikberatkan qanaah, rasa cukup. Karena sifat dasar manusia itu sulit merasa cukup,†pesan Menag saat memberikan sambutan sekaligus membuka Seminar “Kekuatan Perempuan, Inspirasi Perubahan†di Gedung Itjen Kemenag, Jakarta, Selasa (01/03). Seminar ini digelar Dharma Wanita Persatuan (DWP) Itjen Kementerian Agama bekerjasama dengan Australia-Indonesia Partnership for Justice dan Gerakan Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK).
Hadir dalam kesempatan ini, Ketua KPK Laode Moh. Syarif, Irjen Kemenag M. Jasin, Ketua Dewan Pembina DWP Kemenag pusat Trisna Willy Lukman, Ketua DWP Kemenag pusat Endah Nur Syam, perwakilan Dubes Australia Lucia Pietropaoli, Juru Bicara KPK Yuyuk Andriati Iskak, Gandjar Laksmana Bonaparte dari Tim SPAK, dan 26 DWP Kanwil Kemenag Provinsi.
Menag mengatakan, salah satu esensi ajaran agama adalah syukur. Selama seseorang tidak mensyukuri nikmat yang diterimanya, maka selama itu dia akan merasa tidak cukup atau kurang. Menurutnya, rasa kurang hanya diperbolehkan dalam kontes mencari ilmu pengetahuan. “Dalam konteks materi, syukuri apa yang kita miliki saat ini. Dengan begitu kita tidak tergoda untuk melakukan tindakan yang tidak terpuji,†terangnya.
Sehubungan itu, Menag berharap gerakan anti korupsi di Kementerian Agama tidak hanya semata masalah menghindari sanksi atau berharap reward. “Saya ingin menitipkan ruh gerakan ini, bahwa memerangi korupsi karena ajaran agama memerintahkan itu,†tegasnya.
“Esensi agama adalah bagaimana keberadaan kita berdampak positif bagi lingkungan sosial kita di manapun kita berada. Dan korupsi tingkat destruktifnya luar biasa,†tambahnya.
(Pinmas/ r)