Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Sabtu, 28 Juni 2025

Menakar Kesempurnaan Iman

* Oleh Islahuddin Panggabean, S.Pd
- Jumat, 25 Maret 2016 19:20 WIB
381 view
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhan lah mereka bertawakkal. yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.

Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia. (QS Al-Anfaal : 2-4) Manusia dalam hubungannya dengan Tuhan terbagi pada tiga jenis : orang beriman, kafir dan munafik. Untuk ketiga jenis ini, Allah akan memberikan balasannya masing-masing dengan penuh keadilan dan kebijaksanaan.

Balasannya tidak hanya dialami ketika masih hidup di dunia, juga akan mereka dapatkan setelah mati. Al-Quran banyak memuat kisah-kisah agung selalu mengisahkan ketiga jenis manusia ini. Rangkaian ayat di atas melengkapi ayat-ayat lain menjelaskan ciri-ciri hakiki orang beriman dan balasan yang akan mereka terima, berupa kebahagiaan dan kemuliaan.

Orang-orang yang beriman sempurna adalah orang-orang yang memenuhi lima syarat berikut Pertama, hatinya gemetar saat teringat kepada Allah. Mereka merasa takut terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah, atau terhadap janji dan ancaman-Nya, baik di dunia maupun di akhirat (QS 22: 34-35).

Kedua, apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, bertambah iman, tentram, dan semangat dalam beramal. Ketiga, bertawakkal kepada Allah semata, Keempat, mendirikan sholat dengan sempurna, baik mengenai rukun-rukunnya yang lahiriah, maupun mengenai maknanya yang batiniah. Kelima, menafkahkan sebagian rezekinya dengan ikhlas kepada orang-orang yang membutuhkan, juga untuk kemaslahatan umat Islam dan kepentingan umum.

Orang-orang yang memiliki sifat-sifat ini adalah mereka yang sebenar-benarnya beriman. Sebagai balasan atas kesempurnaan iman mereka, Allah memberikan derajat kemuliaan yang dekat di sisi-Nya. baik di dunia maupun di akhirat. Juga, mereka akan memperoleh ampunan Allah atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Akhirnya, mereka akan mendapatkan kebahagiaan yang mulia, yaitu kenikmatan surga yang didalamnya tidak terdapat keburukan dan kecatatan. Menurut al-Maraghi, Seorang mukmin yang memiliki 5 sifat di atas adalah mukmin yang keimanannya sudah sempurna.

Keimanan ini adalah hasil dari sikap membenarkan dan disertai kepatuhan, yang berpengaruh terhadap keadaan hati, tingkah laku, tubuh, dan berbekas dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tidak berarti bahwa yang tidak memilikinya bisa dianggap sebagai orang yang tidak beriman. Dia masih bisa disebut sebagai orang beriman, hanya saja yang bersangkutan tidak dapat disebut Mukmin sejati, karena keimanannya belum lengkap dan utuh. Sebagaimana diketahui, dalam Islam dijelaskan bahwa kadar keberimanan seseorang dapat berubah- ubah dan dinamis. Keimanan itu mencakup tiga ranah yakni kepercayaan (i’tiqad), pernyataan (iqrar) dan juga perbuatan (‘amal).


Oleh sebab itu terkenal sebuah ungkapan al-Iman Yazid wa yanqus. Yazid bi tha’at wa yanqus bil ma’shiat. Iman akan naik atau bertambah jika taat dan menurut jika bermaksiat. Ada banyak keterangan yang menjelaskan bentuk-bentuk konkret keimanan dan juga tingkatan-tingkatannya.

Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Hasan al-Bashri, seorang ulama dari kalangan tabi’in, ditanya oleh seseorang perihal apakah ia termasuk seorang Mukmin. Dia menjawab, “Iman itu ada dua macam. Jika yang engkau tanyakan adalah tentang beriman kepada Allah, malaikat Allah, kitab-kitab Allah, utusan Allah, surga dan neraka, kebangkitan dan perhitungan (hisab), saya adalah Mukmin.

Namun, apabila yang engkau tanyakan berkaitan dengan firman Allah Surah al-Anfal ayat 2-4, demi Allah, saya tidak tahu apakah saya termasuk mereka atau tidak.” Selain ayat di atas, dalam banyak hadist, terdapat juga beberapa bentuk konkret keimanan diantaranya, ‘barangsiapa beriman pada Allah dan hari akhir haruslah berkata baik atau diam, memuliakan tamu dan baik pada tetangga’, ‘ Tidak beriman salah seorang diantaramu sebelum mencintai saudaramu seperti mencintai dirimu sendiri.’

Begitupula hadist tentang cabang iman dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan dsb. Penjelasan Allah dalam QS 8: 2-4 di atas menurut para ulama merupakan ciri orang beriman yang telah mantap keberimanannya. Begitujuga banyak keterangan dalam hadist tentang ciri orang beriman setidaknya dapat menjadi rujukan ideal bagi mukmin untuk menakar kesempurnaan iman.

Sudahkah hati ini bergetar tatkala nama Allah disebut? Sudahkah iman kita bertambah tiap ayat-ayat kita dengar? Atau kalimat Allah bagi kita biasa saja terdengar? Seperti angin lalu? Tak berhenti sampai di situ, keterangan- keterangan juga dapat menjadi standar dalam mengarahkan kualitas keberimanannya.

Jika sifat dan ciri itu terasa masih sangat jauh dari keberimanan kita, tak ada salahnya mencoba mulai menata diri dan berniat mewujudkan mulai dari hal-hal kecil dan sederhana. Agar kita tidak terhindar dari orang-orang yang cuma mengaku-ngaku beriman, padahal iman belum merasuk ke hati dan perbuatannya, hanya Islam ‘KTP’. Seraya terus berdoa memohon pertolongan Allah dan terus istiqomah, insyaa Allah kita dapat mencapai predikat mukmin hakiki. Wallahua’lam. (r)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru