Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Sabtu, 28 Juni 2025

Sebab-sebab Do’a Tidak Dikabulkan Allah

* Oleh : Lokot Husda SAg
- Jumat, 08 April 2016 15:31 WIB
404 view
Tidak dapat dipungkiri, bahwa “manusia” adalah makhluk berdoa. Terlepas dari sah atau tidaknya defenisi tersebut, namun barang kali setengah mati sulitnya mencari orang di bumi Allah ini yang tidak pernah berdoa. Baik secara terang-terangan maupun dalam hati. Baik berdoa menurut konotasi Islam maupun pengertian lain.

Bertolak dari asumsi di atas, agaknya tidak salah jika dikatakan bahwa berdoa merupakan kecenderungan kudrati yang terlahir baik dalam keadaan sempit maupun lapangan. Baik manusia yang tinggal di Istana mupun kolong jembatan. Pendeknya, perkara berdoa tidak tergantung kepada keadaan lahiriyah seseorang, melainkan keadaan bathiniyah.

Orang bijak berkata, “Usaha tanpa doa, sombong. Do’a tanpa usaha, bohong. Dimensi doa membawa kehidupan yang tawadhu (rendah diri). Dengan berdoa, manusia akan selalu merasa lemah dan tidak berdaya di hadapan Allah. Untuk itu, segala yang kita usahakan di atas dunia ini sudah sepantasnya di iringi dengan doa.

Umumnya manusia banyak yang tidak menyadari pentingnya berdoa. Manusia lebih suka mengejar keinginan dengan caranya sendiri. Mereka menganggap segala sesuatu itu dapat diraih dengan kerja semata. Kalau hal ini memang terjadi, tentu saja manusia telah menafikan keberadaan Allah SWT sebagai tempat bermohon. Firman Allah, “ Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan,” (QS. Al Fatihah 5).

Karena itu, bila ada orang yang memisahkan antara usaha dan doa, maka ia pantas disebut dengan sombong. Bukankah Allah telah berfirman, “ Berdoalah kepada Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu,” (QS. Al-Mukmin 60). Lantas, betulkah setiap doa manusia akan dikabulkan Allah ? Karena tidak sedikit orang yang berputus asa dalam berdoa. Bahkan tidak sedikit manusia yang berprasangka buruk kepada Allah karena doanya tidak dikabulkan.

Menurut Rasulullah SAW, doa itu adalah otak ibadah. Hadits Rasulullah, “ Doa itu adalah otak ibadah (kepada Allah),”. Kata otak ibadah dalam hal ini merupakan kata yang mendefinisikan (muarrif), serta mengisyaratkan fungsi sebagai otak dalam nisbahnya dengan organisme manusia. Sebaliknya, doa yang tidak atau belum berfungsi sebagai otak ibadah belum dapat dikatakan berdoa. Melainkan baru melafaskan doa atau latihan berdoa saja.

Lantas, dimana letak doa itu berfungsi sebagai otak ibadah?. Jawabnya, selama masih ada hidup, maka selama itu pula doa harus difungsikan di dalamnya.  Isi doa seseorang, baik di ucapkan atau tidak, harus di jadikan acuan, sewaktu  kita berusaha untuk mencapainya.

Misalnya, jika seseorang pada waktu Subuh berdoa kepada Allah agar diberikan rezeki yang halal untuk hari itu dan seterusnya, maka usahanya mencari rezeki hari itu dan seterusnya  haruslah konsisten dengan isi doa yang telah di mohonkan tadi. Jika tidak konsisten dengan isi doanya yang telah diucapkan, maka sama sekali doanya belum berfungsi sebagai otak bagi usahanya, alias lain doa lain usahanya.

Inilah yang menyebabkan orang seringkali baik dalam berdoa, tapi dalam prakteknya tidak. Doanya Islami, tapi perbuatannya tidak. Dan ini termasuk kemunafikan yang tersembunyi. Perlu di sadari bahwa doa yang diletakkan sebagai acuan usaha sajalah yang bisa di katakan “Mukhhul Ibadah” dalam arti luas.

Sebab Doa Tidak Dikabulkan
Pada dasarnya, orang jarang melakukan introfeksi  atau  penelitian, kenapa doanya tidak dikabulkan Allah?. Biasanya, orang-orang seperti ini asik menyalahkan Allah. Perlu di ingat, sebab doa-doa seseorang tidak dikabulkan Allah itu terletak kepada pemohon sendiri.

Sebab, salah satunya syarat doa seseorang itu dikabulkan Allah harus dilakukan dengan hati, bukan dengan mulut. Apalah artinya, mulut komat kamit, tenggorokan kering, kalau hatinya “menerawang” ke alam lain. Jiwanya tidak di kontrol menghadap Ilahi.

Dalam satu hadits, dijelaskan bagaimana sifat dan bentuk doa yang diperkenankan Allah. Hadits Nabi SAW,” Apabila kamu meminta kepada Allah, maka kamu harus yakin sepenuhnya akan dikabulkan Allah. Allah tidak memperkenankan doa seorang hamba yang hatinya membelakangi dan lalai”. (HR. Ahmad).

Ibrahim bin Adham, seorang ulama fusi yang terkemuka abad ke 8 M, pernah mendapat pertanyaan dari sebagian penduduk ketika beliau berkunjuk ke Basrah. “Kenapa nasib kami belum berubah, sedangkan kami selalu berdoa kepada Allah?. Padahal, Allah menjanjikan dalam Alqur’an akan memperkenankan doa setiap orang yang memohon kepadanya.

Ibrahim bin adham  memberikan jawaban bahwa sebab-sebab doa seseorang tidak dikabulkan Allah karena ada sepuluh sebab,yaitu,
Pertama, kamu tidak membayar hak –hak Allah. Hak Allah adalah untuk disembah. Setiap manusia harus mensyukuri nikmat yang diberikan kepadanya. Bagaimana mungkin Allah akan memperkenankan doa seorang hamba, kalau ia sendiri tidak ingat kepadanya ?.

Kedua, Kamu tidak mengamalkan isi kitab suci Alqur’an. Kitab suci Alqur’an senantiasa dibaca dan  dilagukan. Tapi isinya tidak pernah kamu pelajari, sehingga kamu tidak bisa menghayatinya. Walaupun ada satu dua orang yang faham, tapi tidak di amalkan, malahan sebaliknya dilanggar.

Ketiga, kamu tidak menjalankan Sunnah Rasul. Padahal, Rasulullah telah menunjukkan jalan yang lurus, tapi tidak sedikit manusia menempuh jalan yang bengkok. Kadang ada juga yang katanya mengikuti Sunnah Rasul, tapi yang dikerjakan tidak sesuai dengan apa yang digariskan Rasul. Maka timbullah bid’ah, orang yang mengerjakan bid’ah tidak ubahnya seperti pepatah “arang habis, besi binasa”. Amalannya tidak menguntungkan baginya, bahkan sebaliknya yang ada justru kerugian dan dosa semata.

Keempat, kamu patuh kepada syaitan. Padahal, Syaitan adalah musuh yang nyata bagimu. Bukan itu saja, Syaitan adalah musuh “bebuyutan” manusia. Syaitan selalu berusaha menjatuhkan bani Adam kelembah kenistaan dengan jalan mempengaruhi hawa nafsunya. Dalam pergaulan sehari-hari, kebanyakan manusia bertekuk lutut kepada Syaitan.

Kelima, kamu menjatuhkan diri kamu ke jurang. Maksudnya, kebanyakan manusia ingin masuk pintu kebahagiaan. Tapi dia mengunci pintu itu untuk dimasuki sendiri. Dia tidak mau mengerjakan kebaikan, malahan sebaliknya bergelimang dengan perbuatan dosa.

Keenam, kamu ingin masuk surga tapi tidak beramal. Orang yang seperti ini tidak ubahnya seperti orang yang ingin kaya, tapi tidak mau bekerja. Mau menang, tapi tidak mau berjuang, mau pandai tapi tidak mau belajar.

Ketujuh, sadar akan datangnya kematian, tapi tidak ada persiapan. Kamu meyakini dan menginsyafi bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara. Sedangkan hidup yang abadi adalah di akhirat, namun kamu tidak mengerjakan amal kebaikan.

Kedelepan, kamu melihat cacat orang lain, sedangkan cacat sendiri tidak. Bak kata pepatah, “ Tuma di seberang lautan nampak, sedangkan gajah di pelupuk mata tidak nampak”. Orang yang seperti ini selalu menuding dan mencari kesalahan orang lain.

Kesembilan, kamu memperoleh nikmat, tapi tidak pernah bersyukur. Artinya, sejak manusia lahir di atas dunia telah mendapatkan nikmat, tapi tidak mau berterimakasih. Malah sebaliknya membangkang dengan menunjukkan dan mencari kesalahan orang lain.

Kesepuluh, kamu mengubur jenazah tapi tidak menyadari diri. Kalau ada orang meninggal, kamu selalu ikut mengantarkan jenazahnya sampai ke kubur, tapi kamu tidak mengambil pelajaran dari kejadian itu. Mungkin nanti, besok atau lusa kamu yang menyusul.(r)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru