Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Sabtu, 28 Juni 2025

Perjalanan Menuju Sang Khaliq

Oleh : Mukti Ali Harahap MSi
- Jumat, 20 Mei 2016 20:36 WIB
662 view
Perjalanan Menuju Sang Khaliq
Dalam sejarah kehidupan Rasulullah tercatat ada tiga perjalanan penting dan monumental bagi beliau secara pribadi dan perkembangan Islam. Ketiga peristiwa fenomenal tersebut adalah hijrah ke Kota Yatsrib, ibadah haji wada'dan Isra' Mi'raj dari Masjidil Haram hingga ke Sidratul Muntaha. Meskipun banyak peristiwa penting lain yang dijalani oleh Rasulullah baik ketika sebelum diangkat menjadi rasul atau sesudahnya, atau selama di Makkah maupun di Madinah yang tidak dapat diabaikan, akan tetapi ketiga momentum tersebut sangat luar biasa, dan menjadi tonggak bagi perkembangan Islam pada masanya hingga saat ini. Sedemikan hebatnya maka selalu menjadi kajian dalam berbagai persfektif baik dari kalangan muslim sendiri juga para orientalis.

Perjalanan hijrah dari Kota Makkah ke Madinah sesungguhnya merupakan titik awal bagi Nabi Muhammad dan umat Islam untuk memulai dakwah yang lebih luas sekaligus membuat sejarah baru, membangun peradaban madani, serta menampilkan diri sebagai rahmatan lil 'alamin. Dalam persfektif sosio-politik meninggalkan tanah leluhur dan kelahiran serta harta benda, bukanlah hal yang mudah dilakukan, apalagi dengan kuatnya ikatan sesama anggota kabilah, suku (su'ubiyah) di kalangan bangsa Arab. Kalangan Muhajirin Makkah harus memulai hidup baru dan beradaptasi di daerah dan dengan penduduk Madinah (Ansor). Maka dapat dipastikan bahwa hijrahnya Rasulullah yang sedemikian berat dan penuh resiko adalah perjalanan yang diperintahkan Allah kepada beliau sehingga selalu dalam bimbinganNya hingga bisa selamat sampai di Madinah. Hasilnya, selama kurang lebih sebelas tahun berdakwah di daerah ini Islam berkembang pesat bahkan menjadi pusat pengembangan dakwah Islam hingga ke seluruh Jazirah Arab.

Demikian halnya dengan perjalanan suci Rasulullah dari Madinah ke Makkah untuk menunaikan ibadah Haji Wada' (perpisahan) yang menandai penaklukan dan penguasaan kaum muslimin atas kota suci Makkah. Takluknya kota yang didirikan Nabi Ibrahim bersama putranya Ismail secara damai tanpa pertumpahan darah menjadi titik awal bagi kebangkitan dan perkembangan agama Islam dari Kota Madinah menembus wilayah Arabia. Dikuasainya Makkah juga sekaligus menjadi momentum untuk mengembalikan ajaran tauhid sejati di kota ini yang selama ini kemusyrikan jahiliyah sangat merajalela. Hal ini ditandai dengan adanya khutbah Nabi Muhammad di Arafah yang mengambarkan kesempurnaan sekaligus berakhirnya risalah kenabian yang diturunkan kepadanya. Beliau berpesan melalui haditsnya, Barang siapa yang berpegang kepada Al-Quran dan Sunnah maka seseorang tidak akan tersesat, yang lebih terpenting lagi kualitas umat Islam sangat ditentukan dari tingkat ketaqwaan bukan dari latar belakang keturunan, kekayaan.

Isra' Mi'raj

Menurut Azyumardi Azra peristiwa Isra' Mi'raj adalah perjalanan sakral terpenting yang pernah dialami oleh baginda Rasulullah. Peristiwa tersebut menjadi bukti betapa hebatnya Kemahakuasaan Allah, sekaligus menjadi tanda mukjizat yang dianugerahkan kepada Nabi Muhammad. Betapa tidak, jarak Makkah ke Jerussalem sejauh 1.500 Km biasanya bisa ditempuh selama satu bulan apabila dengan mengendarai unta, akan tetapi dalam peristiwa isra' jarak tersebut ditempuh oleh Rasulullah dengan kendaraan Buraq yang disertai Malaikat Jibril bahkan ke Sidratul Muntaha dan kembali ke Makkah bisa dilalui dalam satu malam, sesungguhnya sesuatu yang mencengangkan yang tidak dapat diterima akal sebagian penduduk Makkah, bahkan sampai saat ini kejadian 1400 tahun lalu itu masih menjadi kajian fenomenal sekaligus kontroversial di kalangan para ahli.

Bagi umat Islam hal tersebut haruslah diyakini. Hanya dengan iman yang bisa menjawabnya sebagaimana yang dilakukan oleh Abu Bakar As-Siddik ketika ia diberitahu penduduk Makkah tentang pengalaman Nabi Muhammad yang baru saja kembali dari perjalanan suci. Dengan seketika Abu Bakar menyatakan percaya bahkan apabila masih ada peristiwa yang lebih hebat dari Isra' Mi'raj. Dalam QS Al-Isra' ayat 1 Allah berfirman "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat"

Isra' Mi'raj dilatari oleh beberapa hal, di antaranya pelipurlara kesedihan atas meninggalnya dua sosok penting terdekat Rasulullah yang selalu menopang dakwah Islam. Yakni Abu Thalib paman Rasulullah yang rela menjadi banper bagi penyampaian Islam kepada penduduk Makkah, demikian halnya Siti Khadijah, istri Nabi Muhammad yang selalu setia mendampingi, memberi dorongan bahkan mengorbankan harta dan dirinya bagi kepentingan jalan Allah. Ditambah dengan dakwah Rasulullah yang tidak saja ditolak penduduk Thaif akan tetapi diusir dan dilempari hingga kakinya terluka. Masa itu lebih dikenal dengan istilah 'amul huzni  atau tahun kesedihan. Allah SWT memperjalankan hambaNya ke tempat dimana tidak ada satu rasulpun yang pernah ke sana dan berdialog dengan Sang Maha Kuasa, yaitu Sidratul Muntaha. Shalat lima waktu merupakan hadiah dan oleh-oleh yang diperintahkan Allah kepada umat Islam untuk ditegakkan setiap hari.

Menuju Sang Khaliq

Peristiwa Isra' Mi'raj yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW esensi sesungguhnya adalah rangkaian perjalanan seorang hamba yang sangat mulia untuk bertemu dan berdialog dengan Tuhannya. Ketika di Sidratul Muntaha Rasul berkata, "Attahiyatul mubaarakaatush shalawatuth thayyibatulillah"; "Segala penghormatan, kemuliaan, dan keagungan hanyalah milik Allah saja". Allah SWT pun berfirman, "Assalamu'alaika ayyuhan nabiyu warahmatullahi wabarakaatuh". "keselamatan kepada mu hai nabi yang dirahmati dan diberkahi".

Pengalaman yang dialami Rasulullah SAW saat Mi'raj adalah gambaran hakikat spiritual dari pelaksanaan shalat yang ditegakkan umat Islam sehari-hari. Dengan demikian shalat adalah mi'raj nya orang-orang beriman. Apabila ditarik benang merahnya, ada beberapa urutan dalam perjalanan Rasulullah SAW yang bisa diaplikasikan dalam hidup seorang muslim yakni adanya penderitaan dalam perjuangan yang disikapi dengan kesabaran yang dalam.

Selanjutnya kesabaran yang berbuah balasan dari Allah berupa perjalanan Isra Mi'raj dan perintah shalat. Serta shalat menjadi senjata bagi Rasulullah SAW dan kaum Muslimin untuk bangkit dan merebut kemenangan. Ketiga hal tersebut telah termaktub dengan sangat indah dalam Al-Quran, "Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya."

Rambu-rambu jalan menuju Allah, kejujuran dan ketulusan niat menempuh perjalanan spiritual, serta keharusan melepaskan diri dari segala sesuatu selain Allah. Maka, sampai pada satu kesimpulan, bahwa jika perjalanan hijrah menjadi permulaan dari sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan kaum Muslimin atas kota suci Makkah, maka Isra Mi'raj menjadi "puncak" perjalanan seorang hamba menuju kesempurnaan ruhani.

Umat Nabi Muhammad pun hendaknya secara terus menerus melakukan mi'raj secara kongkrit yaitu dengan menegakkan perintah shalat tepat waktu baik yang wajib maupun shalat sunat lainnya. Dengan melaksanakan shalat berarti seorang mu,min sesungguhnya telah melakukan perjalanan yang intensif menuju Sang Khalik. Seorang yang rajin shalat secara benar akan merasakan, kesejukan hati, ketenangan batin, mendapatkan kesehatan badan dan kelapangan rezeki. Shalat adalah zikir, shalat adalah pengaduan kepada Allah. Maka berbahagialah umat Islam yang dengan shalat wajib 5 kali sehari semalam sama nilainya dengan shalat 50 kali yang dilakukan oleh umat-umat terdahulu. Semoga.... (Penulis adalah Sekretaris PC NU Kab. Deli Serdang/f)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru