Amman (SIB)- Yordania merupakan suatu negara yang kaya budaya dan sejarah menakjubkan. Cukup banyak situs sejarah para nabi yang terdapat di Yordania, mulai dari situs Nabi Nuh, Nabi Syuaib, Nabi Soleh, Nabi Musa, Nabi Isa, dan terakhir Nabi Muhammad. Demikian juga situ sejarah kekaisaran Romawi, kekuasaan Dinasti Umawiyah, Salahuddin al Ayubi dan masih banyak lagi torehan sejarah perdaban yang terjadi di bumi Kerajaan Yordania yang saat ini dipimpin oleh Raja Abdullah II.
Semua situs warisan sejarah itu menjadi destinasi wisata idaman turis mancanegara. Sebut saja objek wisata Laut Mati, Petra, Wadi Rum, Wadi Musa, Jerash, Ajloun, Mount Nebo, Gua Ashabul Khafi, Maqom Nabi Nuh, Makam Nabi Syuaib, Nabi Soleh, Pohon Nabi, dan masih banyak situs lainnya. Sangking banyaknya situs sejarah yang menjadi objek wisata ini, maka tidak cukup dua minggu waktu para traveller untuk mengjelajahi Yordania.
Di akhir minggu lalu, Duta Besar Teguh Wardoyo menyampaikan usul untuk berkunjung ke situs Pohon Nabi sehari menjelang bulan Ramadan kepada staf KBRI Amman. Pohon Nabi merupakan situs sejarah yang tergolong baru ditemukan oleh Pemerintah Yordania.
Sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis yang diterima, Senin (6/6), Staf KBRI Amman Nico Adam berbagai pengalaman saat ia dan keluarga besar KBRI Amman berkunjung ke pohon nabi tersebut.
Dalam merealisasikan kunjungan tersebut tidaklah mudah, karena letaknya sekitar 150 km sebelah timur Amman, yaitu perjalanan ke arah perbatasan Irak dan Saudi, dan itupun masih memasuki jalan kecil berbatuan di tengah gurun batu yang dinamakan Al-Buqawiyah, sekitar 7 km untuk mencapai lokasi Pohon Nabi.
Oleh sebab itu untuk berkunjung ke situs ini tidak bisa menggunakan kendaraan jenis sedan melainkan harus kendaraan four wheel drive. Karena situsnya masih baru jadi belum terdapat petunjuk jalan yang berwarna coklat menandakan objek wisata di pinggir jalan utama.
Dalam kunjungan ini, penulis dipandu dan disopiri oleh Muhammad Jalil, mahasiswa doktoral Universitas Yarmouk Yordania yang kini menjadi staf KBRI Amman. Selama perjalanan, Jalil banyak bercerita tentang situs pohon Nabi, maklum dia sudah cukup lama tinggal di Yordania jadi sudah banyak tahu mengenai objek wisata di daerah ini.
Jalil mengisahkan bagaimana pohon ini kembali ditemukan. Pohon yang disebut Pohon Nabi ini ditemukan setelah Pangeran Ghazi bin Muhammad yang baru kembali dari belajar di Universitas Cambridge setelah ditugaskan oleh sang paman, Raja Hussein, untuk bekerja di Perpustakaan Kerajaan.
Di perpustakaan Royal Archives, Pangeran Ghazi mempelajari arsip negara dan sejumlah literatur, antara lain dokumen soal pohon yang pada masa Raja Abdullah I terlewatkan, tidak dimasukkan sebagai situs suci saat dilakukan inventarisasi. Pohon yang terletak di wilayah Safawi Provinsi Zarqa inilah yang diyakini sebagai tempat Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Pendeta Buhaira.
Tiga manuskrip kuno yang ditulis oleh Ibn Hisham, Ibn Saad al - Baghdadi, dan Muhammad Ibn Jarir al - Tabari menceritakan tentang kisah Bahira yang bertemu dengan bocah kecil calon rasul terakhir.
Saat itu Muhammad baru berusia 9 atau 12 tahun. Beliau menyertai pamannya Abu Thalib dalam perjalanan untuk berdagang ke negeri Syam, negara Suriah saat ini.
Pada suatu hari, Pendeta Bahira mendapat firasat, kalau ia akan bertemu dengan sang nabi terakhir. Tiba-tiba ia melihat rombongan kafilah pedagang arab, dan melihat pemuda kecil yang memiliki ciri-ciri sesuai yang digambarkan dalam kitabnya.
Kemudian Bahira mengundang kafilah tersebut dalam sebuah perjamuan. Semua anggota kafilah hadir pada jamuan tersebut, kecuali anak yang ia tunggu-tunggu. Ternyata Muhammad kecil sedang menunggu di bawah pohon untuk menjaga unta-unta.
Bahira keluar mencarinya dan ia sangat takjub menyaksikan cabang-cabang pohon Sahabi merunduk melindungi sang pemuda dari terik matahari. Dan segumpal awan pun ikut memayungi kemanapun Ia pergi.Bahira pun meminta agar bocah kecil tersebut diajak serta berteduh dan bersantap dalam perjamuan. Dia pun segera meneliti dan menanyai pemuda kecil ini dan menyimpulkan bahwa Dia adalah utusan terakhir yang di jelaskan dalam Alkitab.
Pendeta itu lantas memberi tahu Abu Thalib bahwa anak kecil yang turut serta dalam rombongannya (Nabi Muhammad) kelak akan menjadi Nabi. Pendeta Buhaira berpesan agar Abu Thalib menjaga Nabi Muhammad.
Perihal kisah ini juga dituliskan ahli sejarah Islam, Ibnu Hisyam, dalam buku Al-Sirah al-Nabawiyah. Kisah pertemuan Nabi dengan Buhaira juga dituliskan Ibn Sa'd al-Baghdadi, dan Muhammad Ibn Jarir al-Tabari.
Setelah perjalanan selama 2,5 jam dari Amman, akhirnya rombongan staf KBRI Amman sampai juga di lokasi yang dituju. Subhanallah kata yang takjub keluar dari mulut ini berulang kali ketika melihat pohon yang dijuluki Sahabi (sahabat Nabi), yang selama perjalanan diceritakan Jalil, dan telah menjadi saksi berteduhnya Rasulullah, masih hidup dengan subur.
Keberadaan pohon ini memang cukup unik, karena rasanya tidak mungkin bisa tumbuh di lingkungan tandus seperti ini. Pasalnya lingkungan sekitar pohon itu merupakan tanah kering berbatuan dan sangat gersang, sementara pohon Sahabi ini menjadi satu-satunya pohon yang tumbuh subur dengan daun yang rimbun. Meskipun bulan Juni ini matahari di tengah gurun sangat terik, namun akan terasa teduh ketika berada di bawah pohon Sahabi. Subhanallah.
Kini pohon tersebut dijaga dan dilestarikan oleh pemerintah Yordania. Bahkan disekelilingnya dilindungi pagar dan keberadaannya dipantau secara rutin. Ketika rombongan sampai ke lokasi ini, penjaganya langsung menyambut dengan ramah dan bahkan banyak menjelaskan sejarah pohon Sahabi ini kepada Duta Besar dan rombongan.
Namun sayang, tak dijelaskan apakah ada penelitian ilmiah yang menunjukkan berapa usia pohon tersebut. Sebab, jika keyakinan ini benar, maka pohon rindang yang usianya sudah lebih dari 1.400 tahun ini benar-benar merupakan pohon Sahabi atau 'The Only Living Sahabi' yang berarti sahabat nabi yang masih hidup hingga saat ini.
Jadi, apakah pohon itu benar-benar menjadi saksi perjalanan hidup Nabi Muhammad? Wallahu A'lam Bishawab. (detikcom/ r)