Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Sabtu, 28 Juni 2025

Presiden Jokowi: Al-Quran Ajarkan Kita Bekerja Keras

- Jumat, 24 Juni 2016 16:09 WIB
474 view
Presiden Jokowi: Al-Quran Ajarkan Kita Bekerja Keras
SIB/kemenag.go.id
PERINGATAN NUZULUL QURAN : Presiden Joko Widodo saat menyampaikan kata sambutan pada acara Peringatan Nuzulul Quran Tahun 1437 H/2016 M Tingkat Nasional di Istana Negara, Jakarta, Selasa (21/6). Dalam peringatan tersebut diisi oleh uraian hikmah Nuzulul Q
Jakarta (SIB)- Momentum Nuzulul Qur'an merupakan momentum di mana umat Islam kembali diingatkan untuk semakin bersemangat dalam beribadah untuk semakin mempertebal kesalehan sosial kita.

Presiden Joko Widodo menyoroti tentang kondisi bangsa Indonesia yang belum sepenuhnya terlepas dari masalah kemiskinan, ketimpangan sosial, ketimpangan antar wilayah, dan integrasi ekonomi nasional yang dinilai masih belum cukup kuat.

"Al-Qur'an mengajarkan kita untuk bekerja keras untuk mengubah nasib kita, mengubah nasib bangsa Indonesia", demikian disampaikan Presiden saat peringatan Nuzulul Qur'an di Istana Negara, Jakarta, Selasa (21/06) malam. Hadir pada kesempatan tersebut, Wakil Presiden Yusuf Kalla, para menteri Kabinet Kerja, para pimpinanLembaga Negara, dan para Duta Besar dari negara-negara sahabat.

Presiden optimis apabila umat manusia tetap bersandar kepada Al-Qur'an, maka pada akhirnya bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang lebih baik. Bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang maju dan terbebas dari kemiskinan.

Peringatan Nuzulul Qur'an yang mengusung tema "Al-Qur'an bagi Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia", dibuka dengan pembacaan kalam ilahi oleh Qoriah terbaik I MTQ ke-25 tahun 2014, Nursiah dan dilanjutkan dengan uraian hikmah yang disampaikan oleh Ketua Umum Pengurus Besar Al-Washliyah Dr.H. Yusuf Rangkuti, MS, serta sambutan dari Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.

Dalam uraian hikmahnya, Rangkuti menyoroti tentang fenomena perkembangan teknologi informasi yang telah merubah struktur akhlak sumber daya manusia saat ini. Penguasaan teknologi dapat berubah menjadi ancaman krisis kesadaran akhlak pada masyarakat, jika tidak menjadikan Al-Qur'an sebagai tuntunan.

"Generasi yang menjadikan Al-Qur'an sebagai sumber geraknya dipastikan memiliki daya saing yang mumpuni, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi," ucapnya.

Rangkuti menegaskan, "Sumber daya manusia yang berdaya saing dengan panggilan Generasi Qurani inilah yang dipastikan memiliki rasa tanggungjawab, berbuat bukan saja untuk pribadi dan keluarganya, tetapi juga untuk masyarakat sekitarnya. (Pinmas Kemenag/ r)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru