Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 29 Juni 2025

Sabar dalam Berhaji

* Oleh Fadmin Prihatin Malau
- Jumat, 09 September 2016 18:44 WIB
345 view
Sabar dalam Berhaji
Dahulu, ratusan calon jama'ah haji asal Indonesia ke tanah suci harus menempuh perjalanan laut. Waktu tempuh yang dibutuhkan sekitar tiga bulan lebih. Begitu lama bila dibandingkan dengan sekarang ini. Perjalanan menunaikan ibadah haji membutuhkan kesabaran berbulan-bulan di tengah lautan. Bila ada yang wafat dalam perjalanan harus dimakamkan ke dalam laut. Selama itu pula putus komunikasi dengan saudara sebab alat komunikasi tidak ada.

Berhaji kala itu satu perjalanan yang membutuhkan perjuangan berat. Beda dengan hari ini, perjalanan panjang itu telah sirna seiring dengan hadirnya pesawat komersial seperti Boeing dan Airbus. Kehadiran pesawat ini mengubah perjuangan berat berbulan-bulan di lautan untuk sampai ke tanah suci, Makkah.

Kini tahun 2016, calon jama'ah haji asal Indonesia dimanjakan dengan berbagai fasilitas dalam pesawat Garuda Indonesia dengan jenis Boing 777. Pesawat memiliki fasilitas sangat baik. Kabin pesawat luas, tempat duduk nyaman, toilet bagus dan dilengkapi dengan televisi, video pada masing-masing kursi penumpang sehingga bisa menonton film, mendengar music atau mendengar tilawah Al-Qur'an dan doa-doa yang diperlukan selama pelaksanaan ibadah haji.

Sangat berbeda dengan dahulu perjalanan mempergunakan kapal laut, minus fasilitas. Adanya fasilitas yang lengkap membuat perjalanan haji selama delapan jam dari Medan menuju Madinah terasa sangat singkat, tidak membosankan seperti dahulu calon jema'ah haji Indonesia mempergunakan kapal laut.

Hebatnya dalam perjalanan pesawat, calon jama'ah haji disajikan berbagai menu makanan dan minuman menggugah selera. Calon jama'ah haji tidak merasa lapar. Semuanya serba menyenangkan. Selama perjalanan dari tanah air ke Madinah terasa senang.

Kesabaran calon jama'ah haji Indonesia dahulu melakukan perjalanan menuju tanah suci dari tanah air merupakan satu jihat, ujian untuk para calon jama'ah haji.
Sabar berbulan-bulan di tengah lautan lepas demi menuju tanah suci untuk menunaikan ibadah haji. Kesabaran dibutuhkan sehingga bisa menunaikan Rukun Islam kelima.

Kini kesabaran dalam perjalanan dari tanah air ke tanah suci telah sirna akan tetapi berganti dengan kesabaran untuk menanti bisa menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Kesabaran umat Islam diuji, sabar menanti giliran dapat berangkat ke tanah suci. Pasang niat dan sabar menanti giliran. Tetap berdoa dapat berangkat dan jangan mencari jalan pintas berangkat dari negara lain dengan jalan menipu diri.

Sabar Pada Satu Titik
Kesabaran dalam berhaji mutlak bagi setiap orang melaksanakan ibadah haji. Sabar sejak niat ingin menunaikan ibadah haji sampai berangkat ke tanah suci, ketika berada di tanah suci sampai kembali ke tanah air.

Kesabaran merupakan satu hal ujian dari Allah SWT makanya jama'ah haji akan menghadapi berbagai hal yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Sabar atau kesabaran satu sikap menahan emosi dan keinginan serta bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. Sabar merupakan kemampuan mengendalikan diri yang mempunyai nilai tinggi dan mencerminkan keimanan seseorang. Semakin tinggi tingkat kesabarannya maka seseorang itu miliki iman yang kokoh.

Melaksanakan ibadah haji merupakan manifestasi dari rasa keimanan kepada Allah SWT maka berdasarkan rasa keimanan itulah diimplementasikan dalam bentuk ujian yang diberikan Allah SWT kepada jema'ah haji. Ujian kesabaran itu telah dimulai ketika seseorang berniat untuk menunaikan Rukun Islam yang ke-lima. Ada kata "Bagi yang sanggup." Pada dasarnya kata yang sanggup ini adalah ujian. Benarkah seseorang itu sudah sanggup dalam makna universal?
Sanggup yang dimaksud bukan sekadar sanggup dari segi keuangan (finansial) akan tetapi juga sanggup lahir dan bathin. Bila ujian ini berhasil maka implementasi selanjutnya ada cobaan dalam melaksanakan ibadah haji.

Calon jemaah haji terus diuji dan ujian itu akan berhasil bila memiliki rasa keimanan yang kuat. Rasa keimanan itu terwujud dalam bentuk kesabaran. Calon jema'ah haji harus sabar, mulai dari masuk Asrama Haji sampai kembali ke tanah air. Bagi yang sabar maka dalam hatinya ada kesenangan, ketenangan jiwa dan bagi yang tidak sabar menjadi bentuk penyiksaan bagi dirinya.

Bukan saja ketika di tanah air akan tetapi ketika jema'ah haji telah berada di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz Madinah, terus diuji tingkat kesabaran.
Antrian imigrasi yang panjang harus dihadapi. Berjam-jam menunggu giliran diperiksa dokumen perjalanan, disuruh membuka koper oleh petugas imigrasi Arab Saudi, begitu juga menuju pemondokan untuk beristirahat.

Semuanya itu perlu kebesaran hati menghadapi persoalan yang dihadapi dalam berhaji. Bagi mereka yang tingkat keimanannya kuat, semua itu dapat dilalui dengan menyenangkan. Terus, terus dan terus diuji kesabaran seperti dalam pelaksanaan ibadah Thawaf, Sa'i, Melempar Jumrah dan perjalanan dari Mekkah ke Arafah, Muzdalifah dan Mina.

Pada pelaksanaan wajib dan rukun haji dapat akan menyaksikan bagaimana ribuan manusia memadati Masjid Nabawai dan Masjidil Haram. Ada semacam daya magnet yang menarik ribuan muslim untuk ikut serta dalam setiap pelaksanaan ibadah selama musim haji. Daya magnet itu membentuk gravitasi keimanan dalam diri manusia. Daya gravitasi itu mencapai puncaknya pada setiap kali Tawaf dan Sa'i berlangsung.

Dapat diperhatikan bagaiamana ribuan orang dengan berpakaian Ihram mengelilingi Kab'ah yang tampak hitam dikelilingi lautan manusia memakai pakaian putih. Pada saat ini gravitasi keimanan manusia itu muncul. Ada jutaa manusia yang bagaikan partikel di dalam mengelilingi Kab'ah sebagai pusat kiblat manusia sebagai pertanda kebesaran Allah SWT.

Pada pelaksanaan ibadah haji ini manusia diuji kesabarannya. Pada saat Tawaf manusia tampak kecil maka semakin yakin siapa sebenarnya diri manusia itu. Pada saat Tawaf ini semua status sosial dilepas sebab semua mengenakan pakaian ihram serba putih. Semua berbaur menjadi satu, tidak perduli apapun status sosialnya, warna kulitnya atau bahkan jabatannya, semua ikut mengelilingi bukti-bukti kekuasaan Allah SWT.

Kesabaran diuji sebab melakukan sesuatu bersama-sama orang lain dalam jumlah yang sangat besar hingga harus berdesak-desakkan. Suasana lelah, menjadikan seseorang sulit mengendalikan emosi maka bila tingkat kesabaran tinggi didasari iman yang kuat dalam melaksanakan ibadah haji semua itu bisa dilalui dengan senang hati.

Kesabaran sangat diuji dalam melaksanakan ibadah haji. Hasil dari kesabaran dalam melaksanakan ibadah haji akan berdampak kepada pribadi jema'ah haji setelah selesai melaksanakan ibadah haji, kembali ke tanah air.

Kesabaran dalam berhaji bukan sekadar ungkapan akan tetapi diwujud nyatakan dalam pelaksanaan ibadah haji. Sabar bukan dalam bentuk pasif, tetapi sabar dalam bentuk aktif, dituntut mampu mengendalikan diri. Kemampuan menata diri atau mengendalikan diri ini sebagai modal untuk melaksanakan semua yang diperintahkan Allah SWT dan semua yang dilarang Allah SWT.

Kesabaran dalam melaksanakan semua proses ibadah membuat jema'ah haji itu setelah berhaji menjadi insan yang bertaqwa kepada Allah SWT. Manusia yang tidak sabar satu tanda tidak mampu mengendalikan hawa nafsu amarah maka jadilah manusia yang sabar sebagai pintu masuk menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Allah SWT. Semoga menjadi Haji Mabrur.
***

(Penulis Dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Medan, mantan Bendahara Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Tapanuli Utara dan mantan Sekretaris Majelis Kebudayaan PW. Muhammadiyah Sumatera Utara).

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru