Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 29 Juni 2025

Mengenal Tahun Hijriah

* Oleh : Islahuddin Panggabean SPd
- Jumat, 30 September 2016 16:05 WIB
302 view
Mengenal Tahun Hijriah
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (QS Maryam : 36)
Pada hari Ahad tepatnya 2 Oktober 2016, Ummat Islam akan merayakan tahun baru hijriah. Ummat Islam akan memasuki tahun ke 1438 Hijriah. Kalender Hijriah adalah kalender yang digunakan ummat Islam yang berpatok pada perputaran bulan mengelilingi bumi. Namun, sebagian orang belum mengetahui secara utuh. Tulisan ini setidaknya sedikit membahas tentang tahun hijriah.

Sebagaimana diketahui bahwa Bumi berputar mengelilingi matahari yang setidaknya membutuhkan waktu selama 364 19 jam 49 menit. Hari-hari itulah yang terbagi menjadi 12 bulan yang dinamakan bulan Syamsiah (Tahun Masehi). Lain dengan tahun Hijriah (bulan-bulan Qomariyah) yang perhitungannya mengacu pada perputaran bulan mengelilingi bumi. Bulan mengelilingi bumi memakan waktu sekitar 29 hari. Sehingga dalam setahun membutuhkan waktu 354 hari. Bulan-bulan berubah sesuai dengan musim yang ada dalam setahun.

Perlu diketahui, sebelum datangnya Islam yang dibawa Muhammad Saw, masyarakat Arab memakai kalender Qamariyah yang disesuaikan dengan Matahari.
Tahun barunya selalu berlangsung setelah musim panas sekitar September. Bulan itu disebut Muharram karena semua kabilah bersepakat untuk mengharamkan peperangan. Bulan Oktober daun-daun menguning hingga bulan ini dinamakan Shafar (kuning). Bulan November dan Desember musim gugur (rabi') dinamai Rabi'ul Awwal dan Akhir. Januari dan Februari musim dingin (jumad atau beku) dinamai Jumadil Awwal dan Akhir. Salju mencair (Rajab) pada bulan Maret.

Bulan April, musim semi dinamakan Sya'ban (syi'b berarti lembah), saat turun ke lembah mengolah pertanian dan ternak. Bulan Mei suhu mulai panas, lalu suhu meningkat pada bulan Juni. Itulah Ramadhan dan Syawwal. Juli, puncak musim panas sehingga membuat orang senang istirahat duduk di rumah daripada bepergian. Bulan itu dinamai Dzulqaidah (qa'id berarti duduk). Akhirnya, Agustus dinamai Dzulhijjah sebab pada bulan itu masyarakat Arab menunaikan Haji ajaran nenek moyang mereka, Ibrahim as.

Namun, disebabkan penyesuaian itu atau dengan kata lain agar kembali sesuai dengan perjalanan matahari dan agar tahun baru selalu jatuh pada awal musim gugur, maka dalam periode 19 tahun ada 7 buah tahun yang jumlah bulannya tiga belas. Bulan ekstra atau interkalasi inilah yang disebut nasi' yang ditambahkan pada akhir tahun sesudah Dzulhijjah.

Sayangnya tak semua kabilah bersepakat menetapkan tahun-tahun mana saja yang punya bulan nasi'. Setiap kabilah malah seenaknya menentukan tahun mana yang bulannya 13 dan 12. Hal ini berdampak permusuhan antar kabilah salah satunya karena suatu kabilah menyerang  kabilah lain padahal itu bulan Muharram (haram untuk berperang). Kabilah yang menyerang beranggapan itu masih bulan nasi', belum masuk Muharram menurut kalender mereka.

Setelah Nabi Muhammad Saw diutus dan menjadi pimpinan ummat, turunlah perintah Allah agar ummat Islam menggunakan kalender lunar murni dan menghilangkan bulan nasi' dengan turunnya surat Maryam ayat 36 di atas dan juga ayat sesudahnya yang berbunyi "Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah kekafiran. Disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mempersesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya, maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (Syaitan) menjadikan mereka memandang perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir." (QS Maryam : 37).

Hal itulah yang menyebabkan kalender Islam tak lagi mengacu pada matahari. Nama-nama bulan Muharram sampai Dzulhijjah tak berubah karena sudah populer penamaannya. Namun, bulan-bulan tersebut pasti bergeser tiap tahunnya. Ramadhan tak lagi melulu pada musim panas, Jumadil juga tak selalu di musim dingin. Begitulah sisi sejarah perhitungan bulan Hijriah.

Sedangkan penamaan Hijriah sendiri berasal dari kata 'hijrah'. Kata ini diambil dari awal mula penanggalan yakni peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad Saw dari Mekkah ke Madinah. Hal ini bermula ketika masa Umar bin Khattab atas usul Abu Musa al-Asy'ari agar surat-surat berangka tahun. Khalifah Umar pun membentuk panitia yang beranggotakan 6 sahabat Nabi terkemuka. Mereka bermusyawarah untuk menentukan tahun satu dari kalender Islam. Usulan berujung pada tiga pilihan yakni tahun kelahiran Nabi ('Am fiil), Tahun  turunnya wahyu pertama ('Am al-bi'tsah) dan tahun hijrah.

Usulan Ali bin Abi Thalib yakni tahun Hijriah akhirnya disepakati dengan tiga argumentasi. Pertama, dalam al-Quran terdapat penghargaan pada orang-orang yang hijrah. Kedua, masyarakat Islam berdaulat dan mandiri terwujud setelah hijrah. Ketiga, ummat Islam sepanjang zaman diharapkan selalu memiliki semangat hijrah, yaitu jiwa dinamis yang tidak terpaku pada suatu keadaan dan ingin berhijrah ke kondisi yang lebih baik. Demikian sedikit pembahasan tentang tahun Hijriah dalam buku Meraih Berkah di bulan Hijriah.

Penutup
Tahun Hijriah atau tahun Islam punya sejarah dan banyak hikmah. Di antaranya bahwa Islam sangat dekat dengan alam semesta yang menjadi tanda kekuasaan Allah. begitupula Islam adalah cinta perdamaian hingga ditiadakannya bulan nasi' yang menjadi alasan berperang kala itu. Juga penanggalan yang berdasarkan hijrahnya Nabi mengharuskan kita berjiwa dinamis dan senantiasa berubah ke arah yang lebih baik. Selamat Tahun Baru 1438 H. Wallahua'lam. (q)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru