Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 29 Juni 2025

Nur Syam : Berhaji Harus Mampu Secara Ekonomi, Fisik dan Mental

- Jumat, 07 Oktober 2016 17:51 WIB
137 view
Nur Syam : Berhaji Harus Mampu Secara Ekonomi, Fisik dan Mental
Jakarta (SIB)-  Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Nur Syam mengatakan, Islam didirikan atas lima perkara, yaitu membaca syahadat, shalat, zakat, puasa pada bulan Ramadhan dan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu. "Yang menunaikan ibadah haji adalah mereka yang mempunyai kemampuan, baik itu yang memiliki kemampuan ekonomi maupun kemampuan fisik, bahkan juga kemampuan mental," ujar Sekjen dalam penjelasannya tentang Filosofi Haji (12/9).

"Saya rasa tidak mudah untuk melakukan ibadah haji, karena memang ada persyaratan-persyaratan yang disebut dengan istitaah," kata Sekjen. Punya kemampuan di bidang ekonomi karena pelaksanaan haji bertempat di tanah suci Makkah, sementara kita di Indonesia.

Sehingga calon jamaah haji harus memiliki bekal untuk membayar ongkos haji dan segala hal yang terkait dengan perbekalan yang harus dimiliki pada saat beribadah haji. Demikian juga dengan kemampuan fisik, jamaah haji dituntut memiliki stamina yang prima, karena hampir seluruh rangkaian ibadah haji merupakan serangkaian ibadah fisik.

Namun, terang Nur Syam, realitas yang banyak ditemui di tengah- tengah masyarakat, para calon jamaah haji menabung dan mendaftar haji ketika sudah waktunya berhaji, tidak jarang di antara mereka yang memasuki usia lanjut, sehingga kemampuan fisiknya mulai menurun. Dikatakan Sekjen, penyelenggaraan ibadah haji memiliki tingkat kerumitan yang cukup tinggi, karena tidak mudah mengatur mobilisasi banyak orang dalam waktu yang bersamaan dan lokasi yang sama.

Terlebih pada saat ini, di mana prosesi haji tengah berada dalam masa puncak. Sekjen Kemenag Nur Syam mengatakan bahwa, Al Hajju Arafah : dalam ibadah haji, Arafah merupakan titik sentral dari ibadah haji. Oleh karena itu, jamaah haji meski sakit harus tetap dibawa ke Arafah, karena wukuf di Arafah merupakan syarat wajib dari ibadah haji.

"Mengingat pentingnya wukuf di Arafah, petugas haji bahkan melakukan sweeping di pemondokan-pemondokan jamaah haji, supaya tidak ada jamaah yang tertinggal," ujar Sekjen. Terkait kuota haji, Nur Syam juga menjelaskan bahwa setiap negara memiliki keterbatasan untuk memberangkatkan calon jamaah haji atau disebut dengan kuota.

"Indonesia jika dalam posisi normal mendapatkan kuota sekitar 211 ribu orang, tetapi karena Masjidil Haram sedang direnovasi, maka beberapa tahun belakangan, kita hanya mendapatkan sekitar 168.800 orang saja," ujar Sekjen. Nur Syam menambahkan, bahwa seiring dengan selesainya renovasi Masjidil Haram tahun depan, diharapkan kuota bagi Indonesia dapat kembali normal. (Pinmas/d)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru