Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 29 Juni 2025

Rezeki untuk Semua

* Oleh Islahuddin Panggabean SPd
- Jumat, 21 Oktober 2016 20:35 WIB
442 view
Rezeki untuk Semua
Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS Al-Ankabut : 60)

Kata rizqi (Indonesia : rezeki) berasal dari akar kata r-z-q yang bermakna "pemberian untuk waktu tertentu". Kemudian artinya berkembang untuk pangan, pemenuhan kebutuhan, hujan, dll. Bahkan anugerah kenabian juga dinamai rezeki. Sebagaimana perkataan Nabi Syuaib yang terekam dalam al-Quran, "

Syu'aib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari pada-Nya rezki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? ..." (QS Hud: 88).

Sedangkan Dabbah terambil dari kata dabba-dabbah biasanya digunakan untuk binatang. Akan tetapi para ulama menjelaskan bahwa maknanya juga bisa mencakup manusia. Ayat di atas menunjukkan bahwa dabbah (semua makhluk bergerak) niscaya mendapatkan rezekinya masing-masing.

Sejalan dengan itu, dalam ayat lain, Allah berfirman" Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh). (QS 11: 6) Ayat itu dengan jelas menyatakan bahwa Allah memberi rezeki semua dabbah, baik yang berada di tempatnya menetap (mustaqarraha) seperti ikan dan mutiara di laut yang tak pernah pergi dari tempat asalnya, maupun yang meninggalkan tempat asalnya (mustauda'aha) seperti burung. Jadi, semua makhluk niscaya akan diberi rezeki asalkan ia berusaha (bergerak sebagaimana arti kata dabbah).

Dalam tafsir Maraghi dijelaskan bahwa ayat ini, Allah Swt menjelaskan bahwa di antara hal yang dapat membantu seorang untuk dapat bertawakkal kepada-Nya adalah dengan meyakini dengan penuh bahwa Allah Swt akan mencukupi semua kebutuhan makhluk hidup-Nya. Maka, setiap orang harus yakin bahwa Allah telah menyediakan segala kebutuhan mereka yang kecil ataupun yang besar. Dengan demikian, batin akan tenang, sebab dia tidak akan mengalami kekurangan sedikitpun, meskipun jalan untuk mendapatkan rezekinya itu tak terbayang sebelumnya olehnya.

Allah adalah pemberi rezeki bagi semua makhluk hidup-Nya. 5 kali dalam al-Quran, Allah menyifati diri-Nya dengan Khairur Raziqin, 6 kali dengan Raziqin, dan satu kali dengan ar-Razzaq. Pada ayat 60 surah al-Ankabut Allah menegaskan diri-Nya sebagai Maha Mendengar (permohonan hamba-Nya) lagi Maha Mengetahui (keadaan hamba-Nya sehingga tak mungkin seorang hamba dibiarkan mati kelaparan).

Nabi Saw juga pernah bersabda, "Sungguh, seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana rezeki burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore dalam keadaan kenyang." (HR Tirmidzi, Ibnu majah, Ibnu Hibban)

Ayat di atas sebenarnya terkait dengan ayat-ayat sebelumnya yang mendorong mukmin untuk hijrah. Sebelumnya, Allah menanamkan ketenangan dan optimisme kepada orang yang berhijrah, bahwa kematian tak perlu dirisaukan karena di balik itu menanti jaminan rezeki (QS Ali Imran: 169). Sementara ayat di atas, Allah menjamin rezeki di dunia bagi orang yang hijrah.

Sebagaimana makna yang sama juga terdapat dalam ayat lain, "Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS An-Nisa : 100)

Demikianlah, ayat-ayat tersebut berisi jaminan rezeki bagi semua hamba-Nya. Oleh karena itu, tak perlu takut dan risau. Yang kita pikirkan ialah apa amal kita, atau ikhtiar kita dalam 'menjemput' rezeki itu. Sebab hal itulah yang menjadi penentu rezeki kita berkah atau tidak. Sebab hal itulah yang menentukan kita akan mendapatkan pahala atau mengalirkan dosa dalam daftar catatan amal kita.

Oleh karena itu, orang yang cerdas adalah yang memilih ikhtiar yakni pekerjaan yang diridhoi-Nya. Dalam sebuah hadist Qudsi, Allah mengingatkan kita agar mengisi hidup kita dengan ibadah. Rasulullah Saw bersabda, "Sungguh Allah berfirman, "Wahai anak Adam ! Beribadahlah sepenuhnya kepada-Ku ! Niscaya Aku penuhi di dalam dadamu dengan kekayaan dan aku penuhi kebutuhanmu. Jika tidak kalian lakukan, niscaya Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan dan tidak Aku penuhi kebutuhanmu." (HR Ibnu Majah).

Yusuf al-Qardhawi menyatakan bahwa setidaknya ada 5 macam kriteria pekerjaan yang jika dikerjakan dinilai ibadah kepada Allah yaitu Pertama, pekerjaan itu dibenarkan dalam Islam untuk dikerjakan. Kedua, pekerjaan yang akan dikerjakan itu diiringi dengan niat yang ikhlas. Ketiga, pekerjaan itu harus dikerjakan dengan yakin, tekun dan bertanggung jawab. Keempat, dalam bekerja tidak melanggar perintah Allah, menzalimi orang lain, tidak menghalalkan segala cara dsb. Kelima, pekerjaan itu tidak berpengaruh negatif terhadap pengamalan  ajaran agama Islam.

Penutup
Allah telah menjamin rezeki bagi semua makhluk-Nya. Setiap makhluk yang hidup (bergerak) sudah pasti telah memiliki rezeki masing-masing. Begitupula manusia. Namun, manusia akan dinilai berdasarkan ikhtiarnya dalam menjemput rezeki itu. Jika manusia berikhtiar dengan baik maka ia akan merasakan kecukupan. Sedangkan bila ia menempuh jalan yang salah maka ia sibuk dan menentu dan senantiasa merasa kurang. Wallahu'alam. (h)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru