Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS Muhammad : 7)
Ungkapan "jika kamu menolong Allah" jika dilihat secara sepintas tentu mengundang tanya, "Apakah Allah membutuhkan pertolongan?". Tentu tidak demikian.
Dalam tafsir Maraghi dijelaskan bahwa Jika Allah mau, Dia bisa saja menyegerakan hukuman seceepatnya. Namun Allah tidak membuat seperti itu.
Hikmahnya Dia ingin menguji orang beriman, agar diketahui siapakah yang benar-benar beriman dan bersabar serta berjuang. Hal itu sejalan dengan firman-Nya, "Dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya. Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Maha Perkasa."
Para mufassir memaknai "menolong Allah" dengan beragam makna di antaranya, Pertama menolong Rasul-Nya yakni menyebarkan dan meneguhkan agama dan risalah yang dibawanya di tengah-tengah manusia. Kedua, menolong agama-Nya, yakni berusaha menerapkan syariat-syariat Allah dan mewarnai seluruh sendi-sendi kehidupan dunia dengan nilai kebaikan dan kebenaran.
Orang-orang yang menolong Allah baik berjuang dalam agama-Nya maupun menolong risalah-Nya. Maka Allah tidak akan menyia-nyiakan apa yang telah mereka lakukan di dunia. Sebagaimana sebaliknya Dia melenyapkan nilai perbuatan orang-orang kafir dan membuatnya jadi sia-sia.
Sayyid Quthb mengatakan bahwa seseorang dikatakan menolong Allah apabila ia menjadikan Allah lebih dicintai daripada apapun yang dia cintai dan meneguhkan hukum-Nya dalam keinginan, aktivitas, diam, saat sendirian, terang-terangan maupun saat malu. Para Nabi adalah teladan para penolong Allah sehingga kemudian ditolong Allah. Diantaranya terlihat pada firman Allah, Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat), "(Qs Al-Mu'min : 51) maupun (QS Al-Anbiya' : 77).
Setidaknya ada 5 cara menolong Allah yakni Pertama, berdakwah yakni mengajak pada yang makruf dan menyampaikan ajaran-ajaran Islam. Kedua, Ta'lim yakni belajar memperdalam agama Allah untuk kemudian diamalkan. Ketiga, menjadi muslim yang baik. Menjadi muslim yang berakhlak mulia merupakan salah satu bentuk memperlihatkan ajaran Islam sebenarnya. Keempat, Berjihad fi sabilillah yakni jihad yang sebenarnya dengan bersungguh-sungguh menegakkan agama di dalam diri maupun di masyarakat serta membela agama jika ada yang mengusik agama Islam.
Sedangkan makna "Allah akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu" ditafsirkan oleh Sayyid Quthb sebagai "diteguhkan dalam kemenangan dan berbagai pembiayaannya". Makna ini juga yang dalam surah al-Hajj ayat 40, "Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Maha Perkasa."
Untuk menang tentulah diperlukan upaya dalam setiap jiwa maupun dalam realitas kehidupan. Untuk menang, diperlukan sikap tidak sombong dan menganggap remeh. Setidaknya ada beberapa syarat dalam menolong Allah. Pertama, Ikhlas. Tanpa keikhlasan apapun yang telah dilakukan akan menjadi sia-sia belaka. Niat itulah yang membedakan nilai dan menjadi penentu kualitasnya. Sebagaiman Rasulullah Saw pernah ditanya tentang seseorang yang berperang dengan gagah dan untuk fanatisme suku, riya, yang manakah disebut berperang di jalan Allah. Nabi menjawab, "Siapa yang berperang agar kalimat Allah tinggi maka dialah orang yang berperang di jalan Allah."
Penolong Allah tentulah haruslah punya niat ikhlas, bukan untuk membanggakan diri, kelompok ataupun untuk riya'. Jika tidak, ia bukanlah penolong Allah tetapi pemakai topeng demi keuntungan pribadi. Kedua, Sesuai dengan manhaj (cara) yang benar. Ketiga, mempersiapkan perbekalan. Di antara hukum syariat adalah ikhtiar (usaha) manusia. Dalam menolong agama Allah tentu tidak sekadar apa-adanya, harus mempersiapkan segala sesuatunya sesuai keperluan.
Sedangkan Ibnu Athoillah menjelaskan bahwa penolong Allah adalah orang yang bersahabat dengan Allah. Ibnu Athaillah menyebutnya, "bersahabat dengan semua karunia dan nikmat-Nya. Bersahabat dengan nikmat-Nya adalah bersyukur. Bersabar dengan ujian-Nya adalah bersabar. Bersahabat dengan perintah-Nya adalah menghormati dan melaksanakannya. Bersahabat dengan larangan-Nya adalah menjauhinya. Bersahabat dengan ketaatan adalah ikhlas. Dan bersahabat dengan al-Quran adalah merenungkannya."
Para penolong Allah adalah orang-orang yang terus berada dalam kebenaran ilahi pada saat berhadapan dengan 'musuh Allah'. Al-Quran menyebut 'musuh Allah' sebagai pemadam cahaya Ilahiah. Sebagaimana firman Allah dalam At-Taubah ayat 32, "Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai."
Penutup
Allah tentu tidak membutuhkan pertolongan dari siapapun. Ayat di atas memuliakan sebutan bagi orang yang beriman kondisi apapun sebagai penolong Allah, karena ia tetap berpihak pada Allah dan berjuang untuk menyebarkan dan menerapkan agama Allah. Menolong Allah bisa dalam bentuk dakwah, menuntut ilmu, menjadi muslim berakhlak mulia dan berjihad fi sabilillah. Janji Allah bagi penolong-Nya adalah kemenangan dan kedudukan yang kokoh. Wallahu'alam. (h)