Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat, (QS Al-Hajj : 53)
Dalam sejarah, salah satu tantangan terbesar dari dakwah Nabi Saw ialah kebohongan yang disebarkan musuh-musuhnya. Mereka sengaja mengutip ayat al-Quran atau turut mendengarkan bacaan Nabi, kemudian mengeluarkan komentar-komentar yang bertujuan mendustakan. Mereka menyimpangkan pengertian ayat dari yang semestinya.
Kejadian semacam ini sebenarnya merupakan ujian berat bagi Nabi Saw. Kedustaan mereka menjadi-jadi. Kadangkala mereka menuduh al-Quran sebagai sihir, syair atau sekumpulan dongeng kuno. Mereka selalu mencari unsur-unsur dari al-Quran yang dapat digunakan untuk melecehkan al-Quran.
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat- Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, (QS Al-Hajj : 52)
Di sisi lain, Al-Quran menempatkan godaan tersebut dalam dua konteks makna. Pertama, Godaan itu bisa berfungsi menunjukkan jati diri orang yang lemah imannya atau yang secara sengaja memusuhi Islam. Kedua, Godaan itu merupakan media untuk meningkatkan keimanan bagi mereka yang bersungguh-sungguh beriman. Dua fungsi godaan itu merupakan strategi pemaknaan al-Quran yang sangat canggih.
Al-Quran tidak menampik langsung tuduhan musuh-musuhnya. Dia hanya menggunakan permainan makna : di satu sisi menyerang dan menakut-nakuti musuhnya, dan di waktu yang sama, menguatkan keimanan pengikutnya. Hal itu dapat dilihat dari kelanjutan ayat tersebut.
Firman Allah, "agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat," (QS Al-Hajj : 53). Ini strategi pemaknaan pertama.
Sedangkan strategi pemaknaan kedua, dapat disimak dalam ayat berikutnya, " dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus." (QS Al-Hajj : 54)
Jadi, kesimpulan yang dapat kita ambil bahwa orang-orang yang hatinya keras, tidak mau menggunakan pikirannya untuk menemukan kebenaran dan berniat menyerang al-Quran, maka dengan sendirinya dia akan terpelanting.
Usahanya untuk menjauhkan al-Quran dari umatnya hanya akan berdampak kepada orang-orang tidak beriman atau keimanannya yang masih amat lemah.
Sedangkan orang-orang yang imannya kuat, ketika mendengar hujatan terhadap al-Quran, maka imannya akan semakin kuat karena dia memahami hal itu sebagai ujian keimanan.
Orang mukmin sejati akan berusaha menjaga kesempurnaan imannya. Akibat hati yang keras, muncul fitnah dan dusta. Namun, kebohongan dan fitnah itu pada akhirnya justru menguatkan keimanan kaum beriman dan menampakkan kebusukan kaum kafir.
Demikianlah bahwa sebenatnya di zaman sekarang ini, bisa dikorelasikan dengan pembahasan ayat di atas. Zaman sekarang ini banyak ditemui fitnah dan dusta kepada agama Islam. Dianggap ajaran Islam itu mengajarkan kekerasan. Pemeluknya dianggap teroris. Ajaran-ajarannya dianggap kuno dan lain sebagainya.
Maka bagi yang imannya masih lemah, hatinya masih kusam akan terikutlah dia 'termakan' fitnah itu. Sedangkan orang beriman tatkala saat-saat Islam itu difitnah, malah ia semakin istiqomah dalam beragama. Semakin yakin dan teguh berada di jalan Islam ini. Untuk itu perlulah kita untuk menjaga senantiasa iman yang berada di dalam dada. Menjaga hati agar tidak mengeras yang membuat kita tak mampu 'membaca' pesan-pesan Allah.
Ada beberapa sumber penyakit hati diantaranya musyrik, riya, takabbur dan kikir. Semua itu bermula pada dari cara bertindak yang hanya merujuk pada dorongan kepentingan diri pribadi yang sempit. Ketertutupan hati akan membuat Al-Quran menjadi tidak bermakna bagi pemilik hati tsb (QS 46 : 24).
Uraian al-Quran sama sekali tidak bermanfaat bagi pemilik hati yang kronis sakit, sehingga kesadarannya semakin memburuk dan ia semakin nyaman dalam kekeliruan. Ketertupan hati juga membuat manusia itu tidak dapat mengambil pelajaran dari kehidupan duniawi (QS 22: 46).
Pada orang yang punya hati keras, peristiwa dan sejarah yang semestinya dapat memberikan pelajaran kehidupan, tidak dapat ia jadikan dasar kebaikan perbaikan. Semua itu juga tak lepas dari peran setan yang terus menerus membuat manusia memandang indah kesesatan yang dilakukannya. (Qs 15 :39). Jika kekeliruan sudah tampak indah, maka kekeliruan itu akan terus dipertahankan oleh pelakunya. Hati yang keras akan jadi rumah bagi setan dan hati yang lembuh ialah rumah kebenaran.
Penutup
Sepanjang sejarah, Islam selalu difitnah. Fitnah yang membuat manusia terbelah dua. Ada yang semakin kuat keimanannya namun ada pula yang 'termakan' fitnah dan tidak dapat mengambil pelajaran. Mereka tidak dapat menjadikan dasar untuk perbaikan sebab hati mereka keras. Oleh karena itu, senantiasalah menjaga hati agar tidak keras dan terlena oleh kehidupan duniawi semata. Wallahua'lam. (r)