Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 29 Juni 2025

Pemakmur Masjid

* Oleh Islahuddin Panggabean
- Jumat, 02 Desember 2016 23:30 WIB
143 view
Pemakmur Masjid
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS At-Taubah : 18).

Dalam tafsir al-Maraghi dijelaskan bahwa setelah kaum Muslim berhasil menaklukkan Makkah, Allah Swt menggantikan kemusyrikan dengan tauhid dan kebatilan dengan kebenaran. Kekuasaan kaum musyrik di Masjidil Haram runtuh dan Rasulullah Saw membersihkan Ka'bah dari berhala-berhala. Selanjutnya, beliau menyucikannya dari ibadah-ibadah batil yang dilakukan kaum musyrik di dalamnya.

Sebagai gantinya, beliau menjelaskan kepada mereka bahwa kaum Muslim lebih berhak atas Masjidil Haram itu daripada mereka. Atas dasar itu, beliau memerintahkan 'Ali bin Abi Thalib untuk membacakan awal surah Al-Baqarah di hadapan para utusan kaum musyrik dalam Haji Akbar, tahun 9 Hijriah. Di antara kandungan pernyataan umum ini ialah hendaknya mereka mengetahui bahwa semua bentuk ibadah mereka yang bersifat syirik yang telah menjadi kebiasaan turun temurun akan dilarang di Masjidil Haram sesudah tahun itu. Maka pada Hari Kurban, 'Ali dan pembantunya berseru di Mina, "Jangan ada seorang pun dari kaum musyrik yang melaksanakan ibadah haji pada tahun itu, dan jangan pula ada seorang pun yang melaksanakan tawaf di Baitullah dalam keadaan telanjang."
 
Sesungguhnya, yang berhak memakmurkan masjidil Haram hanyalah mereka yang memiliki keimanan yang hak dan amal saleh yang sempurna. Mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, menurut apa yang telah terdapat dalam al-Quran seperti menauhidkan-Nya, bertawakkal kepada-Nya dan berusaha bersyukur atas nikmat-Nya. Mereka mendirikan sholat wajib secara khusyuk, baik dalam gerakannya, bacaannya dan konsentrasinya. Mereka mengeluarkan zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Dan terakhir, mereka hanya takut kepada Allah semata, sebab segala sesuatu selain-Nya tidak berkuasa untuk mendatangkan manfaat atau menjauhkan mudarat sedikit pun. Mereka inilah orang-orang yang telah mendapatkan petunjuk dari Allah Swt.

Dengan demikian, mereka layak untuk memakmurkan masjid-masjid Allah sesuai petunjuk-petunjuk-Nya. Sehingga, mereka juga layak untuk mendapatkan balasan di surga atas perbuatan baik ketika di dunia. Demikian dari al-Maraghi.

Meskipun, dari penjelasan Tafsir Maraghi menuju ke Masjidil Haram, namun mengenai orang beriman yang memakmurkan masjid berlaku umum. Karena memang salah satu indikasi orang beriman ialah pemakmur masjid. Sebagaimana riwayat dari Abu Sa'id al-Khudri yang menuturkan, Rasulullah Saw bersabda, "Apabila kalian melihat seseorang mendatangi masjid, maka persaksikanlah oleh kalian bahwa dia orang beriman. Allah berfirman, "Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang beriman kepada Allah dan hari kemudian..." (QS At-Taubah : 18)." (HR At-Turmudzi dan Al-Hakim).

Rasulullah Saw pernah merasa kehilangan seseorang berkulit hitam yang biasa membersihkan sampah di masjid. Beliau pun bertanya tentangnya, dan dijawab bahwa ia telah meninggal. Beliau berkata, "Tidakkah kalian mengabarkan kepadaku?" Dia (Abu Hurairah) berkata, "Seolah-olah mereka meremehkan kedudukan orang tsb." Maka Nabi Saw berkata, "Tunjukkan kepadaku kuburannya!" Mereka pun menunjukkannya lalu beliau menyalatinya  dan bersabda, "Sungguh, kuburan itu gelap bagi penghuninya, tetapi Allah meneranginya bagi mereka dengan doaku buat mereka." (HR Bukhari dan Muslim)

Begitulah Rasulullah Saw sangat menghargai para pemelihara masjid, begitupula orang yang mencintai dan sering beribadah di Masjid. Bahkan salah satu golongan yang akan mendapatkan naungan-Nya di hari Kiamat ialah orang yang tepaut hatinya pada masjid.

Pemakmur Masjid ini dipuji oleh Al-Quran sebagai termasuk muhtadin, orang-orang yang mendapat petunjuk (QS 9 : 18), yakni orang-orang yang telah mencapai puncak peroleh dan pengamalan hidayah. Ia mencapai hidayah dalam hal kecintaan pada apa-apa yang dicintai Allah dan Rasul-Nya, dan sanggup mengamalkannya dalam bentuk memakmurkan masjid. Oleh Rasulullah Saw dianggap orang yang beriman sejati sebagaimana riwayat di atas. Memakmurkan masjid dengan sholat berjama'ah dan menghidupkan ibadah-ibadah di dalamnya ialah salah satu sunnatul huda dalam agama ini.

Ibnu Mas'ud berkata, "Siapa yang ingin bertemu (berhadapan) dengan Allah kelak sebagai seorang Muslim, maka hendaknya menjaga sholat lima waktu berjama'ah di tempat diserukan adzan, karena Allah telah menetapkan syari'at Nabimu sunnatul huda, cara-cara melakukan ibadah dan sholat berjamaah di masjid termasuk sunnatul huda. Andaikata kamu sholat di rumahmu sebagaimana orang yang tidak sholat berjamaah, berarti kamu telah meninggalkan sunnah Nabimu.
Bila kamu telah meninggalkan sunnah Nabimu berarti kamu telah sesat. Kamu ketahui bahwa kami para sahabat dahulu tidak ada yang tertinggal untuk sholat
jama'ah (khusunya lelaki) kecuali orang munafik yang terang kemunafikannya. Bahkan adakalanya seorang tua dibopong oleh dua orang untuk ditegakkan di shaf."

Penutup
Masjid ialah markasnya orang-orang beriman. Hanya orang beriman yang pantas dan juga mau memakmurkan masjid-masjid Allah. Semoga kita termasuk di dalam pemakmur masjid. Wallahua'lam. (f)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru