Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 29 Juni 2025

Gembira atas Kelahiran Rahmat Semesta

* Oleh Islahuddin Panggabean, S.Pd
- Jumat, 09 Desember 2016 20:59 WIB
448 view
"Dan tiadalah Kami mengutus Engkau (wahai Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam." (QS Al-Anbiya' :107). Imam al- Qurthubi menerangkan bahwa Muhammad Saw menjadi rahmat bagi semesta alam sebab siapa yang beriman padanya akan mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat. Bahkan yang ingkar padanya, tidak mengalami pembenaman dan penenggelaman seperti yang terjadi pada orang-orang kafir terdahulu di antara ummat para nabi sebelum beliau. Sedangkan Ibnu Katsir menjelaskan bahwa orang yang menolak dan mengingkari Nabi pada hakikatnya ia berpaling dan menjauhkan diri dari rahmat. Dalam kitab Jauharut Tauhid disebutkan "Wa afdholul kholqi 'alal ithlaqi nabiyyuna famil 'ani sysyiqoqi" "Maka makhluk paling mulia secara mutlak adalah Nabi kita, maka jangan lagi diperdebatkan."

Dari ungkapan di atas terlihat jelas bahwa Nabi Muhammad saw adalah makhluk paling mulia di langit dan bumi, di dunia dan akhirat. Beliau lebih mulia dari manusia mana pun, dari bangsa jin maupun bangsa malaikat.

Kemuliaan Nabi memang tak diragukan lagi. Tak hanya dari kalangan muslim, orang non muslim juga pasti mengakuinya. Sebagaimana Michael Hart dalam bukunya 100 Tokoh. Dia secara objektif menempatkan Nabi Muhammad saw sebagai orang nomor satu di alam dunia ini. Jika kaum kafir sedemikian hormat pada Nabi, bagaimana pula sikap kita sebagai muslim terhadap makhluk paling mulia di jagad raya tersebut. Kelahiran Nabi Muhammad sebagai makhluk yang paling mulia dan diutusnya sebagai rahmat bagi semesta alam hendaknya diiringi dengan rasa syukur dan penuh kegembiraan.

Salah satu bentuk kegembiraan ummat Islam ialah menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi yang umumnya berisikan syiar-syiar Islam seperti ceramah, peringatan kisah Nabi, pemberian makanan pada fakir miskin dan aneka perlombaan.

Di antara ummat, ada sebagian yang tidak mengadakan maulid Nabi. Sayangnya, mereka juga kerap menyalahkan dan menuduh sesat dengan serampangan orang yang mengadakan maulid dengan alasan bahwa Nabi tidak pernah mengadakannya. Padahal umat yang maulidan juga memiliki dalil tentang itu. Mengenai hal ini, dalam bukunya, Misyakatul Fuqaha, Ustadz Hadi Suhara mengungkapkan dalil-dalil perayaan Maulid. Pertama, Allah berfirman, "Demikianlah (perintah Allah). Dan Barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati." (QS al-Hajj : 32).

Tanpa keraguan bahwa Nabi Muhammad Saw merupakan keagungan syi'ar-syi'ar Allah yang terbesar. Imam Suyuthi berfatwa bahwa perayaan maulid merupakan bid'ah hasanah bagi pelakunya, karena terdapat di dalamnya pengagungan kedudukan Nabi Muhammad Saw dan menampakkan kesenangan dan kegembiraan sebab kelahiran Nabi Mulia. Kedua, Firman Allah dalam surah Yunus ayat 58, "Katakanlah: Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira." Banyak ulama tafsir menafsirkan bahwa kata fadlullah dalam ayat berarti iman, al-Quran dan Islam, sedangkan kata rahmatih bermakna Nabi Muhammad Saw. Ibnu Abbas menafsirkan kata fadlullah dengan ilmu dan rahmatih dengan Muhammad Saw.

Tafsiran ini sesuai dengan sabda Rasulullah Saw, "Hanyasaja aku adalah rahmat yang dihadiahkan (untuk kita)." (HR Al-Hakim). Ketiga, bahwa al-Quran sendiri banyak merekam peristiwa- peristiwa yang sangat penting agar kita mengetahui untuk mengambil pelajaran, di antara peristiwa yang dikekalkan oleh Allah dalam kitab-Nya adalah proses kelahiran sebahagian para Nabi dan Rasul seperti kelahiran Nabi Yahya, Nabi Isa dan kelahiran Maryam. Allah berfirman yang khitabnya kepada Nabi Musa, "dan ingatkanlah mereka akan hari-hari Allah." (QS Ibrahim : 5).

Tentu, hari kelahiran Rasulullah Saw termasuk hari-hari Allah, karena kelahiran baginda ialah kejadian luar biasa. Awal terjadinya perubahan dunia. Rasulullah saw sendiri memperingati kelahirannya dengan berpuasa. Dengan kaidah ushul fiqh, maslahatul mursalah tentu tidak ada salahnya memperingati kelahiran beliau dengan berkumpul membaca sirah dan berbuat kebaikan lain. Keempat, perayaan maulid terdapat pemutaran ulang sifatsifat Rasulullah, akhlak-akhlak beliau, perjuangannya dengan para sahabat yang dapat berkontribusi untuk penyegaran jiwa, penguatan iman, penetapan akidah dan memotivasi kaum muslimin dalam menjalankan dan memperjuangkan agamanya.

Allah berfirman, "Dan semua kisah dari rasulrasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu, dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman." (QS Hud : 12) Penutup Nabi Muhammad Saw sebagai makhluk paling mulia diutus sebagai rahmat semesta alam. Peringatan Maulid Nabi ialah salah satu bentuk syukur dan kegembiraan atas nikmat diutusnya Nabi Muhammad Saw. Selagi berisi hal-hal yang bermanfaat dan tak melanggar syariat, Peringatan Maulid tidak bisa dipersalahkan.

Dan haruslah dibedakan Memperingatinya dengan konten (isi) acaranya. Sebab acara memperingati dan isi acara itu berbeda. Acaranya Peringatan Maulid tapi isinya acara Joget-joget lakiperempuan jelas acaranya salah. Tapi, bila isinya pengajian, menyantuni anak yatim dan fakir miskin atau melakukan bantuan sosial lainnya, apa hal seperti itu termasuk perilaku tercela? Wallahua'lam. (r)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru