Jakarta (SIB)- Tepat tanggal 1 Februari Muslimah sedunia memperingati Hari Hijab. Menyambut hal tersebut Hijabersmom Bogor meminta Muslimah seluruh dunia bersatu.
Meski tak menggelar perayaan khusus, namun Hijabersmom Bogor tetap merayakan peringatan Hari Hijab Sedunia. Ketua Hijabersmom Bogor Tety Murniati mengatakan, antarsesama anggota maupun perempuan lain yang berhijab saling memberi ungkapan selamat menyambut hari ini.
Tety mengatakan peringatan Hari Hijab Sedunia ini penting dilakukan sebagai pengingat bagi para Muslimah bahwa berjilbab merupakan kewajiban. Meski begitu, menurut Tety Hijabersmom sangat menghargai setiap muslimah dalam prosesnya berhijab.
"Sesuai syiar Hijabersmom Community yang selalu berusaha menginspirasi, mendukung dan mengapresiasi sesama hijabers," kata Tety.
Tety berharap semoga dengan adanya World Hijab Day semakin bertambah kesaadaran para muslimah sebagai duta agama untuk tampil menutup aurat semampu dan sesuai pemahamannya. Selain itu peringatan ini juga penting menurut Tety mengingat maraknya isu mengenai Muslim di dunia. Terutama di Amerika Serikat usai terpilihnya Donald Trump sebagai presiden.
"Melihat kebijakan yang dibuat oleh Presiden Trump menimbulkan sensitivitas terhadap Islam, maka Muslimah seluruh dunia mesti bersatu," katanya.
Perjuangkan UU Prohijab
Sementara itu, Muslimah Nigeria meminta pihak berwenang meloloskan undang-undang terhadap instansi yang mendiskriminasi penggunaan hijab. Hal ini didasari peningkatan kasus pemecatan Muslimah berjilbab.
Presiden Al Mu'minaat yang jadi organisasi perempuan besar di Nigeria, Nimatullah Abdulqadir, melihat ada tindakan penindasan dan ketidakadilan terhadap wanita Muslim. Karenanya, ia meminta parlemen memberlakukan UU yang menjamin hak Muslimah menggunakan hijab.
"Tantangan yang dihadapi Muslimah di Nigeria akibat penolakan hijab terus tinggalkan rasa pahit, apalagi jika disandingkan dengan kebebasan tidak terbatas yang dimiliki perempuan lain," kata Nirmatullah seperti dilansir Anadolu Agency, Kamis (2/2).
Senada, Koordinator Inisiasi Advokasi Hak Hijab Mutiat Orolu Balogun menekankan hijab merupakan kewajiban agama. Maka itu, ia meminta pemerintah bisa benar-benar menghapuskan diskriminasi dan penindasan terhadap perempuan Muslim.
Ia menilai, satu yang disepakati adalah kekerasan kepada perempuan tidak boleh terjadi dengan segala bentuk, baik fisik, emosi maupun psikologi. Selain itu, Mutiat mengingatkan, diskriminasi serupa seharusnya tidak terjadi lagi di masyarakat progresif.
"Meminta perempuan Muslim untuk melepaskan hijabnya merupakan bentuk kekerasan terhadap perempuan," ujar Mutiat.(Rep/ r)