Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 29 Juni 2025

Islam di Nusantara dan Semangat Dakwah di Batak

* Oleh Islahuddin Panggabean dan Aidan Nazwir Panggabean (Ketua DPW JBMI Sumut)
- Jumat, 24 Maret 2017 15:34 WIB
622 view
Pada tanggal 25 Maret 2017, organisasi Batak Muslim yakni Jam'iyah Batak Muslim Indonesia (JBMI) akan menggelar Silaturahim Nasional di Pondok pesantren Musthafawiyah Purba Baru kabupaten Mandailing Natal. Menariknya, acara juga akan diikuti peresmian Prasasti Kilometer Nol Islam Nusantara di Kota Barus Tapanuli Tengah. Prasasti tersebut nantinya akan diresmikan  Presiden RI Jokowi.

Barus saat ini ada peninggalan sejarah yang dilindungi sebagai peninggalan budaya yaitu Pemakaman Papan Mahligai dan Pemakaman Papan Tenggi Syeikh Mahmud. Syeikh Mahmud disebut-sebut orang Arab pertama yang datang ke Indonesia sekitar abad ke-7.

Memang berdasarkan buku Nuchbatuddar karya Addimasqi, Barus dikenal sebagai daerah awal masuknya agama Islam di Nusantara sekitar abad ke-7 Masehi.
Sebuah makam kuno di kompleks pemakaman Mahligai, Barus, di batu nisannya tertulis bahwa Syaikh Rukunuddin wafat tahun 672 Masehi dan terdapat pula makam Syaikh Ushuluddin yang panjangnya kira-kira 7 meter. Ini memperkuat dugaan bahwa komunitas Muslim di Barus sudah ada pada era itu.

Dalam eramuslim.com dijelaskan bahwa temuan mengenai Barus juga diperkuat oleh Prof. Dr. Hamka, yang menyebutkan bahwa, seorang pencatat sejarah Tiongkok yang mengembara pada tahun 674 M telah menemukan satu kelompok bangsa Arab yang membuat kampung dan berdiam di pesisir Barat Sumatera. Ini sebabnya, Hamka menulis bahwa penemuan tersebut telah mengubah pandangan orang tentang sejarah masuknya agama Islam di Nusantara. Maka sesungguhnya para pedagang Arab yang mula-mula membawa Islam masuk ke Nusantara adalah orang-orang Arab Islam generasi pertama para sahabat Rasulullah saw., segenerasi dengan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu'anhu.

Menurut literatur kuno Tiongkok, sekitar tahun 625 M telah ada sebuah perkampungan Arab Islam di pesisir Sumatera (yang disebut Barus). Jadi, hanya 9 tahun sejak Rasulullah saw. memproklamirkan dakwah Islam secara terbuka, di pesisir Sumatera sudah terdapat sebuah perkampungan Islam.

Fakta Sejarah tersebut menunjukkan bahwa persebaran Islam sangat cepat dan luas. Apa rahasia Islam begitu cepat tersebar ke seluruh dunia. Dr. Yusuf Qardhawi dalam bukunya Khasaais Al-Ammah Lil Islam menyebutkan bahwa karakteristik ajaran Islam itu terdiri dari tujuh hal penting yang tidak terdapat dalam agama lain, dan ini pula yang menjadi salah satu sebab mengapa hingga sekarang ini begitu banyak orang yang tertarik kepada Islam sehingga mereka menyatakan diri masuk ke dalam Islam.

Pertama, Robbaniyyah. Allah Swt merupakan Robbul alamin (Tuhan semesta alam), disebut juga dengan Rabbun nas (Tuhan manusia) dan banyak lagi sebutan lainnya. Karakteristik Islam itu adalah Robbaniyyah iitu artinya bahwa Islam merupakan agama yang bersumber dari Allah Swt, bukan dari manusia, sedangkan Nabi Muhammad Saw tidak membuat agama ini, tapi beliau hanya menyampaikannya.

Kedua, Insaniyyah. Islam merupakan agama yang diturunkan untuk manusia, karena itu Islam merupakan satu-satunya agama yang cocok dengan fitrah manusia. Pada dasarnya, tidak ada satupun ajaran Islam yang bertentangan dengan jiwa manusia. Ketiga, Syumuliyah. Islam merupakan agama yang lengkap, tidak hanya mengutamakan satu aspek lalu mengabaikan aspek lainnya. Kelengkapan ajaran Islam itu nampak dari konsep Islam dalam berbagai bidang kehidupan, mulai dari urusan pribadi, keluarga, masyarakat sampai pada persoalan-persoalan berbangsa dan bernegara

Keempat, Al Waqi'iyyah. Karakteristik lain dari ajaran Islam adalah al waqi'iyyah (realistis), ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang dapat diamalkan oleh manusia atau dengan kata lain dapat direalisir dalam kehidupan sehari-hari.Kelima, Al-Washatiyah. Umat Islam adalah ummatan wasathan (umat yang pertengahan), umat yang seimbang dalam beramal, baik yang menyangkut pemenuhan terhadap kebutuhan jasmani dan akal pikiran maupun kebutuhan rohani.
Keenam, Al Wudhuh. Karakteristik penting lainnya dari ajaran Islam adalah konsepnya yang jelas (Al Wudhuh). Kejelasan konsep Islam membuat umatnya tidak bingung dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam. Dan ketujuh, Al Jam'u Baina Ats Tsabat wa Al Murunnah. Di dalam Islam, tergabung juga ajaran yang permanen dengan yang fleksibel (al jam'u baina ats tsabat wa al muruunah).

Tujuh poin itulah yang menyebabkan ummat berekspansi demi mendakwahkan agama ini ke seluruh dunia termasuk ke tanah Batak. Mengenai Islam dan Batak,  berdasarkan hasil Sensus 2010, jumlah etnik Batak di Indonesia adalah sebanyak 8,432,328 jiwa. Berdasarkan kode etnik BPS, etnik Batak terdiri dari tujuh sub etnik. Populasi masing-masing sub etnik adalah sebagai berikut: Batak Angkola (623,214 jiwa), Batak Karo (1,232,655 jiwa), Batak Mandailing (1,742,673 jiwa), Batak Pakpak Dairi (180,393 jiwa), Batak Simalungun (441,382 jiwa), Batak Tapanuli/Sibolga (539,567 jiwa) dan Batak Toba (3,672,443 jiwa).

Berdasarkan data BPS 2010 itu diterangkan dalam Etnik Batak terdapat sebanyak 46.35 persen beragama Islam. Sedangkan secara khusus, Persentase Islam Sub Etnik Batak di Sumut menurut Data tersebut yakni Mandailing (98,9%), Angkola (97,8%), Sibolga (50,9%), Pakpak (50,3%), Simalungun (39,3%), Karo (30,3%) dan Toba (17,0%).

Kondisi itu tentunya cukup menggembirakan dan diharapkan terus berkembang. Apalagi mendapat suntikan semangat sebagai tanah pertama kelahiran Islam di Nusantara. Dakwah di tanah Batak setidaknya dapat dikembangkan salah satunya melalui Budaya yang ada di suku Batak. Salah satunya adalah pola dakwah yang berkenaan dengan Konsep Dalihan na Tolu seperti yang menjadi konsep tugu Nol Kilometer Islam Nusantara yang akan dibangun.  

Penutup
Salah satu teori sejarah yang menyebutkan bahwa Barus yang merupakan tanah Batak adalah tempat awal masuk Islam di Nusantara merupakan hal yang harus disambut positif. Apalagi rencana diresmikannya Prasasti Nol Kilometer Islam Nusantara di Barus seyogyanya dapat menggugah semangat atau ghirah keislaman di Tanah Batak. Tentunya dengan semangat Islam di Nusantara yang berdampingan dengan agama dan kepercayaan lain dengan rukun. Wallahua'lam. (c)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru