Salah satu keistimewaan ajaran Islam adalah tidak pernah memisahkan aspek duniawi dan ukhrawi. Kegiatan keduniaan selalu berkaitan dengan akhirat. Segala aktivitas duniawi bahkan semuanya berefek pada nasib di akhirat nanti. Termasuk kegiatan mencari nafkah untuk mencari penghidupan di dunia ini.
Dalam sebuah hadist, Nabi Saw bersabda, "Barangsiapa di malam hari kelelahan karena bekerja mencari rejeki yang halal (di siang hari), maka di malam hari itu ia akan mendapatkan ampunan (dari Allah ta'ala)." Hadist ini dishahihkan Imam As-Suyuthi. Secara ringkas, hadist di atas berisi informasi bahwa kelelahan yang dialami sebeb bekerja serta mencurahkan segenap kekuatan dapat membuat seorang mendapat ampunan dari-Nya.
Ampunan Allah merupakan hal yang sangat urgen bagi seorang muslim. Seorang muslim sadar bahwa ampunan dari Allah lah yang dapat menghindarkan dirinya dari kerugian dan kebinasaan di dunia dan akhirat. Sebagaimana terekam dalam al-Quran yakni permohonan Nabi Adam, "Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi." (QS Huud : 47).
Ampunan Allah yang dapat menangkal musibah. Oleh karena itu, diserukan untuk senantiasa memohon ampunan Allah agar terhindar dari berbagai musibah.
Sebagaimana pesan-Nya dalam (QS Al-Anfaal :33). Pengampunan Allah merupakan sesuatu yang besar dan anugerah agung bagi seorang muslim.
Lantas, mengapa orang yang kelelahan dalam bekerja mencari nafkah layak memperoleh pengampunan dari Allah? Setidaknya ada beberapa poin yang dapat menjadi hikmahnya. Pertama, Mujahadah (kesungguhan) memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah. Allah berfirman, "Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk mencari keridaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS Al-Ankabut : 69).
Kedua, seorang yang bekerja sungguh-sungguh adalah amal usaha terbaik. Nabi Saw pernah ditanya, "Kerja apakah yang paling baik?" Beliau menjawab, "Kerja seseorang dengan kedua tangannya dan setiap jual beli yang bersih". Bukankah amal yang baik menghapuskan keburukan-keburukan? Apatah lagi jika amal yang dilakukan terbaik.
Ketiga, Sedekah terbaik. Nabi sering berpesan bahwa sedekah itu menghapuskan kesalahan dan dosa. Dalam sebuah hadist tersebut bahwa memenuhi kebutuhan keluarga ialah sedekah terbaik. "Satu dinar yang kamu sedekahkan di jalan Allah, satu dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin, dan satu dinar yang kamu sedekahkan kepada keluargamu, yang terbesar pahalanya adalah satu dinar yang kamu sedekahkan untuk keluargamu." (HR Muslim). Oleh sebab itu, bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan pokok ialah sarana bersedekah terbaik.
Keempat, Menjaga kehormatan diri. Nabi Saw punya pesan yang sangat indah bagi orang yang menjaga kehormatan diri dan menjauhkan diri jadi beban orang lain. "Seandainya salah seorang dari kamu berangkat di pagi hari untuk mencari kayu bakar dan memikulnya di atas punggung, lalu menyedekahkan sebagian dari hasilnya, dan membuat dirinya tidak membutuhkan bantuan orang lain, maka hal itu lebih baik baginya daripada meminta-minta kepada seseorang, baik ia memberi ataupun menolaknya." HR Muslim dan Tirmidzi).
Tentunya tidak semua pekerjaan dan 'kebersusahpayahan' itu diganjar maghfirah. Sebab, orang musyrik dan kafir juga bersusah payah di dunia ini. Baik mukmin maupun kafir sejatinya sama-sama bersusah payah, sama-sama menghadapi tantangan di dalam perjalanan.
Setidaknya ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam menunaikan sebuah pekerjaaan. Hal itu penting agar segala jerih payah dalam usaha itu tidak sia-sia dan mengundang maghfirah dari Allah. Pertama, hendaknya mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram. Rasulullah Saw berpesan, "Carilah rejeki dengan cara yang baik, ambillah yang halal dan tinggalkanlah yang haram." (HR Baihaqi).
Penting bagi seorang muslim memastikan pekerjaannya itu halal. Sehingga makanan yang diasup dari penghasilan tersebut halal. Sahabat Nabi, Abdullah bin Umar bahkan pernah berkata, "Demi Allah, memastikan halalnya satu suapan ke mulutku, lebih aku sukai daripada bershadaqah seribu dinar."
Kedua, pekerjaan itu tidak membuat lalai dari kewajiban sebagai seorang muslim. Jangan sampai pekerjaan tersebut membuat diri meninggalkan kewajiban agama sebagai contoh jangan "gara-gara" pekerjaan meninggalkan sholat. Allah Swt berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sholat pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS Al-Jumu'ah : 9).
Ketiga, Menjalani pekerjaaan sesuai degan aturan Islam. Menunaikan apa yang jadi kewajiban dan meninggalkan hal-hal yang tidak sepatutnya dilakukan oleh seorang pekerja maupun pengusaha muslim. Jujur tidak berdusta. Tepat janji. Menjauhi yang haram dan syubhat. Serta mempergunakan hasil kerja untuk yang halal dan baik bukan untuk yang haram dan maksiat.
Penutup
Informasi penting bagi para pekerja maupun pengusaha muslim. Bahwa bekerja dengan sungguh-sungguh dalam mencari nafkah memang membuat kelelahan. Akan tetapi kelelahan itu mengundang pengampunan dari Allah. Bagi seorang muslim ternyata menjalani pekerjaan bukan semata-mata hasil duniawi saja yang jadi tujuan, tetapi jerih payah dan kesungguhannya mendapatkan nilai besar di sisi Allah. Wallahua'lam.
(Penulis adalah Staff Media, Centre Gerakan Islam Pengawal NKRI/c)