Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 29 Juni 2025

Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan

* Oleh : Islahuddin Panggabean, S.Pd
- Jumat, 18 Agustus 2017 22:30 WIB
490 view
Tahun ini Republik Indonesia memasuki usia ke 72. Ibarat manusia, usia Indonesia yang sudah 'tua'. Seharusnya kehidupan ia sudah tenang dan tenteram. Apalagi nyatanya kita merasa telah merdeka selama 72 tahun. Banyak anak bangsa ini belum menikmati negerinya. Malahan kenyamanan pribumi sudah diusik dengan mulai berdatangannya orang-orang asing. Pribumi banyak yang merasa belum merdeka. Apa sebenarnya makna merdeka? Lantas setelah merdeka, apa yang harus dilakukan bangsa ini?

Kang Imad atau Imaduddin Abdulrahim atau Bang Imad, pernah menjelaskan bahwa merdeka ialah salah satu nikmat terbesar dari Allah Swt. Menurut paparan Bang Imad, nikmat Allah terbesar ada tiga.  Tiga nikmat itu ialah kehidupan, kemerdekaan dan hidayah.

Nikmat pertama adalah kehidupan. Nikmat kehidupan ini diberikan cuma-cuma oleh Allah kepada semua makhluk-Nya. Ini adalah nikmat yang diberikan secara gratis. Nikmat kehidupan ini dilengkapi dengan prasarana untuk mempertahankannya berupa insting dan nafsu. Kesemuanya tidak perlu didapat dari pendidikan sekolah ataupun proses akademik. Seseorang jika lahir, secara otomatis dia akan bernafas, makan, minum menangis dan bergerak. Inilah namanya insting untuk mempertahankan hidup.

Nikmat yang kedua, yang lebih tinggi, adalah kemerdekaan. Nikmat kemerdekaan ini tidak diberikan kepada semua makhluk. Nikmat ini hanya diberikan kepada manusia saja. Bahkan kepada sosok malaikat pun tidak diberi. Nikmat kemerdekaan ini dilengkapi dengan akal yang dapat dipergunakan untuk mencari ilmu, inilah yang menyebabkan manusia menjadi makhluk yang lebih tinggi derajatnya dari makhluk-makhluk yang lain. Jelaslah bahwa kemerdekaan itu adalah nikmat yang lebih tinggi dari kehidupan itu sendiri.

Konsekuensi dari perbandingan kedua nikmat Allah ini, apabila dihadapkan untuk dikorbankan antara  nikmat kehidupan dan kemerdekaan, maka demi mempertahankan kemerdekaan, kehidupanlah yang pantas kita korbankan. Jika kemerdekaan malah dihilangkan, maka berubahlah manusia itu menjadi binatang.
Sebagai bangsa Indonesia, sejarah membuktikan hal tersebut. Di mana pribumi kala itu dipersamakan dengan binatang oleh penjajah. Ia dibiarkan hidup, tapi sebagai budak. Dalam pidatonya tahun 1950, Presiden Soekarno menyerukan bahwa bangsa Indonesia telah dijajah selama 350 tahun. Meski dibantah oleh sebagian orang yang menyatakan bahwa Indonesia sejatinya tidak sampai dijajah selama itu, namun secara hakikatnya Indonesia memang sudah terjajah.

Soekarno berpidato bahwa Indonesia dijajah 350 tahun karena sejak pertama kali mendarat, bangsa Barat telah berniat untuk memonopoli perdagangan dan melancarkan program 3G (Gold, Glory, Gospel) mereka yang bahkan tidak segan untuk menggunakan kekerasan. Sehingga sejak saat itu, bangsa Indonesia tidak bebas lagi berdagang ke mana saja dan harus hidup dalam rasa takut. Bahkan menurut Raden Romo Syafii (2017), di Bioskop-bioskop kala itu ada tulisan bahwa gedung tersebut tidak boleh dimasuki oleh inlander and dog (pribumi dan anjing). Betapa bangsa ini disamakan dengan binatang !

Para pejuang paham betul pembagian nikmat Allah ini. Tercermin dari kalimat "Merdeka atau Mati !". Sebab tiada guna hidup sebagai manusia jika tidak ada kemerdekaan menghiasinya. Sekian tahun berlalu dan akhirnya Berkat rahmat Allah, Indonesia merdeka. Maka ketika sebagian orang mulai mencoba membuat bangsa ini mengorbankan kemerdekaannya, dengan mengorbankan integritas dan pemikiran karena ingin mempermewah kehidupannya apalagi kehidupan pribadi dan kelompoknya. Itu sama saja mereka kembali menyamakan bangsa ini dengan binatang.

Begitupula jika pejabat telah tidak berani lagi menyuarakan isi hati nurani rakyatnya atau tidak berani mengeluarkan suara nurani karena khawatir jabatannya akan lepas, dipecat maka hakikatnya ia adalah jongos tingkat elite. Ialah orang yang mendahulukan kehidupan daripada kemerdekaan.

Lantas, setelah merdeka. What Next? Bagi kaum beriman, di atas kedua nikmat tersebut (kehidupan dan kemerdekaan) terdapat nikmat Allah yang paling tinggi yakni hidayah Iman. Hidayah baik hidayah umum maupun Iman (taufik) adalah milik Allah Swt semata. Tidak ada seorang pun yang dapat memberikannya selain Allah. Namun, ketentuan Allah ialah bahwa mereka mengikuti fitrah kebenaran umumnya itulah yang akan mendapatkan hidayah yang berkelanjutan, sedangkan orang yang terus ingin berada dalam kesesatan sulit menerima hidayah.

Hidayah dari akar kata 'hada' yang berarti petunjuk. Lawan dari 'dalalah' yang berarti kesesatan. Hidayah ialah jalan kesuksesan. Hidayah adalah penjelasan dan petunjuk jalan yang akan menyampaikan kepada tujuan sehingga meraih kesuksesan dan kemenangan. 'Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah yang beruntung" (QS 2 :5).

Sebagai bangsa, Indonesia telah mengakui bahwa kemerdekaan ialah berkat rahmat Allah. Maka, sudah saatnya bangsa ini juga menjemput nikmat Allah selanjutnya hidayah dengan cara mensyukuri nikmat kemerdekaan. Para ulama menyebutkan bahwa rukun syukur ada tiga, yaitu i'tiraaf (mengakui), tahaddust (menyebutkan), dan Taat. Taat dalam arti menjalankan syariat-syariat-Nya.

Bangsa ini telah mengakui dan menyebutkan bahwa Allah sebagai sumber kemerdekaan. Oleh karena itu, ketaatan ialah satu lagi rukun yang harus dipenuhi untuk melengkapi kesyukuran bangsa ini. Bangsa yang mampu mensyukuri nikmat-nikmat Allah tidak akan terperosok dalam kesalahan yang telah dilakukan oleh umat (bangsa-bangsa) terdahulu. Mereka mengingkari nikmat-nikmat Allah tidak menggunakan akal dan panca indera untuk merenungkan nikmat-nikmat tersebut. Alhasil, mereka harus rela kehilangan nikmat tersebut sebagai hukuman kepada mereka dan juga menjadi pelajaran bagi umat yang lain.
Penutup

Indonesia memperingati kemerdekaan ke 72. Merdeka harus dimaknai dengan makna yang sesungguhnya. Jangan sampai bangsa ini merdeka hanya di sampul tetapi hakikatnya masih terjajah.  Setelah merdeka, bangsa Indonesia harus mensyukuri kemerdekaannya untuk mendapatkan jalan hidayah yakni jalan kesuksesan. Mensyukuri nikmat kemerdekaan tiada lain dengan taat menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Salam Kemerdekaan ! Wallahua'lam. (Penulis adalah Staf Media Centre Gerakan Islam Pengawal NKRI/f)


SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru