Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 29 Juni 2025

Merayakan Idul Adha Memupuk I’tibar untuk Semakin Taqarrub

- Jumat, 15 September 2017 22:17 WIB
514 view
Pada perayaan Idul Adha 10 Dzulhijah 1438 H yang berketapan jatuh pada Jumat, 1 September 2017, ada 7 masjid di Indonesia menyembelih hewan kurban diikuti dengan menyajikannya. Di Medan acara dipusatkan di Masjid Al-Jihad, Medan.

Acara bekerja sama dengan PT Unilever Indonesia Tbk yang memroduksi kecap Bango - menggandeng Lembaga Amil Zakat Nasional Al-Azhar - itu bertema Dapur Lezat Bango. Secara bersamaan kegiatan pun dilakukan di Masjid Agung Al-Azhar dan Masjid Raya Al-Alzhar Sentra Primer (Jakarta), Masjid Agung Jawa Tengah (Semarang), Masjid Cheng Ho (Surabaya), Masjid Kiai Muara Ogan (Palembang) dan Masjid Raya Makassar (Makassar).

Senior Brand Manager Bango PT Unilever Indonesia Tbk Kaninia Radiatni yang diwakili Area Sales Manager Medan PT Unilever Indonesia Tbk Amin Kurniadi mengatakan, berkurban di hari raya Idul Adha mengingatkan serta menanamkan untuk berbagi berkah dan rezeki. "Penekanan kali ini, selain berbagi dengan memberi bingkisan kepada kaum dhuafa yang berisikan daging dari pemotongan kurban di masjid, kecap Bango dan bahan-bahan masak juga makan bersama setelah diolah bersama," tambah Amin Kurniadi didampingi H Teuku Novi Faisal, perwakilan dari Masjid Al Jihad Medan.

H Teuku Novi Faisal menegaskan, sesungguhnya hakikat Idul Adha adalah kembali kepada pemahaman nilai kurban yang berpangkal dan konsep keimanan dan kemanusiaan sebagai pilar terpenting peradaban manusia. "Melalui Idul Adha memperkuat keimanan dan rasa kemanusiaan," tegasnya

Khusus dalam konteks berbagi diikuti pembelajaran menggali resep olahan asli khas Indonesia, ada nilai yang ditanamkan yakni kecintaan pada produk olahan leluhur. Selain itu, hal hakiki dari kurban adalah sarat dengan pelajaran moral (i'tibar) untuk semakin taqarrub, yakni mendekatkan diri kepada Allah.

Kedekatan antara hamba dan Sang Pencipta tidak mungkin terjadi jika sang hamba berjiwa kotor, berhati keras dan berpikiran jahat. Dengan cara berbagi dan memberi hati maka taqarrub dapat terjadi.

Dalam ingatan Idul Adha yang diisi memasak dan makan bersama dalam tema Dapur Lezat Bango ada lebih dari 10.000 warga sekitar lokasi disebutkan di atas menikmati kelezatan olahan plus bagaimana menciptakan resep unggulan untuk dilakukan secara kelompok atau pribadi di rumah-rumah.

Khusus di Medan, ada olahan-olahan menawan. Sebut saja hidangan kambing legendaris siap santap yang diolah langsung oleh para legenda kuliner, mulai dari Sate Memeng hingga Nasi Goreng Kambing Salim plus Sop Kambing Wajir yang punya nama harum hingga melewati wilayah Nusantara. Sejumlah wisatawan dari negeri serumpun, bila ke Medan, tidak melewati menu istimewa dari ibu kota Sumut tersebut.

Kelebihan olahan tersebut membanggakan Indonesia. Sebut Sate Memeng yang pertama kali dihidangkan ke publik di era tahun 1945 yang dirintis H Muhammad Saimin. Dari mulai sekadar hidangan rumahan kini menjadi makanan bernilai ekonomi. Resep khas sejak dari awal - yaitu kuah kacangnya yang encer dan pedas. Bumbu ini terbuat dari cabai, bawang, merica yang kuat dan cacahan kacang yang masih terasa renyah - dipertahankan dan diperlezat dengan kecap berasal dari kacang kedelai hitam. "Melalui seluruh rangkaian kegiatan ini, Bango ingin semua dapat lebih memaknai nilai berbagi di tengah perayaan Idul Adha melalui kelezatan aneka olahan hidangan kambing yang lezat dan otentik," tambah Kaninia Radiatni.

Yang menambah wawasan dan ilmu mengolah resep adalah ketika orang-orang yang berkurban, panitia pelaksana kurban, relawan dan masyarakat sekitar masjid diajari mengolah daging dari hewan kurban dengan resep terbaik hingga makanan berasa lebih lezat.

Menandai kebersamaan, pemberi kurban, panitia kurban serta relawan makan bersama dan warga diberi bingkisan yang berisi daging dari pemotongan kurban di masjid, kecap Bango dan bahan-bahan masak. (T/Rel/R10/h)


SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru