Negeri ini sudah terlalu sering dan banyak ditimpa musibah dan bencana. Mulai dari musibah agama, moral, akhlak, bencana alam maupun krisis politik, ekonomi dan sebagainya. Bahkan ada ungkapan negeri ini butuh 'pahlawan super' yang bisa mengatasi segala musibah dan permasalahan yang ada. Pertanyaannya adakah atau masih berpotensi adakah sosok pahlawan itu? Ditilik dari segi etimologi, Pahlawan berasal dari bahasa Sanksekerta yakni Pahla (buah atau hasil) dan wan (orang yang bersangkutan. Sedangkan menurut KBBI, pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani.
Berdasarkan makna dari pahlawan di atas, setiap orang khususnya muslim bisa bahkan harus menjadi pahlawan. Sebab setiap muslim diajarkan untuk berburu pahala selama di dunia, menegakkan kebenaran dan menebar kemanfaatan bagi sekitarnya. Apalagi ada ungkapan 'hubbul wathon minal iman' menegaskan bahwa orang beriman mesti peduli terhadap permasalahan negerinya.
Dalam berbagai ayat al-Quran dan hadist Rasulullah diterangkan bahwa segala permasalahan disebabkan oleh kedurhakaan dan kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Manusia sudah banyak melakukan dosa maka Allah datangkan bencana pada mereka. Negeri yang terkena bencana juga akibat rakyatnya banyak melakukan dosa. Sehingga untuk menyelamatkan diri dari bencana harus berpedoman pula pada apa yang digariskan Allah SWT.
Setidaknya ada beberapa golongan yang menjadi pahlawan 'super' yang menyelamatkan negeri dari musibah. Pertama, al-Mushlihun. Dalam surah Hud ayat 117, Allah berfirman, "Dan Tuhanmu tidak sekali-kali akan menghancurkan negeri dengan kezhaliman di mana para penduduknya al-mushlihun (orang-orang yang berbuat baik dan melakukan perbaikan)." Sayyid Quthb mendefinisikan orang yang melakukan ishlah (mushlih) adalah mereka yang mempunyai kemampuan untuk melakukan pencegahan terhadap kezaliman dan kerusakan. Golongan inilah yang tetap melakukan dakwah amar ma'ruf nahi munkar. Jika dalam sebuah negeri tidak ada gerakan perbaikan maka binasalah negeri tersebut, seperti kaum Bani Israil dulu yang dibinasakan Allah sebab tidak ada amar ma'ruf nahi munkar sebagaimana terekam dalam surah al-Maidah ayat 78-79.
Dalam Hadist disebutkan, "Sesungguhnya manusia jika mereka melihat orang yang berbuat zalim dan tidak mencegahnya, maka sudah dekat Allah meratakan mereka semua dengan siksa dari-Nya." Begitu juga dalam sebuah hadist Qudsi, Allah mewahyukan pada Jibril as : "Goncangkanlah kota ini dan itu bersama penghuninya!" Jibril as berkata, "Wahai Tuhanku, sesungguhnya di tengah-tengah mereka ada hamba-Mu si fulan yang tidak pernah ma'siat kepada-Mu sesaat pun juga." Allah berfirman, "Sesungguhnya wajahnya (si hamba yang sholih itu) tidak pernah berubah terhadap-Ku (tidak marah melihat kemaksiatan) sesaat pun juga." Senada dengan ungkapan mahsyur dari Napoleon Bonaparte bahwa hancurnya sebuah negara bukan karena banyaknya orang jahat yang ada di dalam negara itu tetapi karena diamnya orang-orang baik. Sehingga usaha dan semangat dakwah dan amar ma'ruf nahi munkar harus terus hidup.
Secara sederhana, selagi masih ada amar maruf nahi munkar di sebuah negeri maka azab pemusnahan total tidak akan terjadi, meskipun peringatan kecil kerap terjadi. Apalagi jika usaha dakwah itu menguat, meluas dan semakin efektif. Insya Allah azab yang berisi peringatan pun berkurang.
Kedua, orang yang memohon ampun dan taubat. Dalam surah al-Anfal ayat 33, Allah berfirman, "Dan tidaklah Allah akan mengazab mereka, sedang engkau (wahai Muhammad) berada di antara mereka dan tidaklah Allah akan mengazab mereka, sedang mereka senantiasa istighfar minta ampun". Ibnu Abbas r.a.
menjelaskan ada dua benteng yang dapat menyelamatkan kita dari bencana dan musibah yang besar, pertama adalah keberadaan Rasulullah Saw di tengah umatnya. Karena kemuliaan Rasulullah Saw maka Allah berjanji tidak akan mengazab umatnya di hadapan mata kepalanya. Kedua adalah benteng istighfar, minta ampun dan tobat kepada Allah Swt. Benteng pertama sudah tidak ada lagi (dengan wafatnya Nabi), maka tinggal satu lagi benteng yang menyelamatkan dari bencana dan musibah. Yaitu benteng istighfar dan tobat kepada Allah SWT.
Ketiga, Pemakmur Masjid. Dalam sebuah hadist Qudsi, Allah Berfirman, "Sesungguhnya Aku ingin mengazab para penduduk bumi. Tetapi bila Aku melihat kepada para pemakmur masjid dan orang-orang yang memohon ampunan di waktu malam menjelang fajar, maka Aku hindarkan azab-Ku dari mereka." (HR Baihaqi dari Anas). Pemakmur Masjid juga adalah pendiri sholat Fardhu berjama'ah. Andaikata dalam sebuah kampung tidak ada sholat berjam'ah maka dipastikan negeri itu terjajah setan. Rasulullah Saw bersabda, "Tiada terdapat tiga orang berkumpul di kampung yang tidak dikumandangkan adzan dan tidak didirikan shalat berjama'ah, melainkan mereka telah dijajah oleh Syaithan..."
Penutup
Seorang Muslim harus menjadi pahlawan termasuk untuk negerinya. Menyelamatkan negeri dari azab Allah maupun musibah dan masalah lain. Itu dapat dilakukan dengan terus menghidupkan semangat dakwah dan amar maruf nahi munkar, senantiasa memohon ampunan dan memakmurkan rumah Allah yang mulia. Wallahu'alam bish showab.
(Penulis adalah Kabid Humas Jaringan Pemuda Remaja Masjid Indonesia Kota Medan/q)