Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Sabtu, 28 Juni 2025

Berlaku Cerdas Menurut Skala Prioritas

* Oleh : Islahuddin Panggabean, S.Pd
- Jumat, 17 November 2017 19:01 WIB
708 view
Berlaku Cerdas Menurut Skala Prioritas
Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, "Di antara (tanda) kebaikan Islam seseorang adalah ia meninggalkan perkara yang tak berguna baginya." (HR Tirmidzi dari Abu Hurairah ra.). Hadist ini dinilai shahih oleh Imam As-Suyuthi. Dari hadist tersebut setidaknya kita dapat melihat kemuliaan Islam khususnya menjadikan meninggalkan perkara yang tak perlu sebagai tanda kebaikan dan ketulusan imannya.

Islam sebagai agama sempurna yang bertujuan untuk masyarakat yang madani. Masyarakat yang solid dan rapi, damai sejahtera, tidak ada permusuhan, saling menghormati, serta sukses dan maju. Nah, di antara kendala dalam mewujudkan keadaan di atas adalah tindakan yang tidak perlu seperti mencampuri urusan orang lain atau menyibukkan diri dengan hal-hal yang tak bermanfaat. Hal-hal itu mengakibatkan kehidupan yang kacau, tidak bermakna dan tidak produktif. Oleh karena itu, Islam mengatur hal tersebut sebagaimana pesan Nabi.

Lantas, apa saja hal yang tidak atau kurang berguna dalam Islam? Setidaknya, ada beberapa hal. Pertama,  segala yang diharamkan. Melakukan suatu yang haram tentu mengundang murka Allah, melemahkan iman dan merusak fisik dan mental. Kedua, perkara syubhat yakni yang masih tidak jelas halal dan haramnya. Sebagaimana pesan Nabi, "Sesiapa yang menghindari perkara syubhat berarti ia menjaga agama dan kehormatannya. Barangsiapa jatuh ke dalam perkara syubhat maka ia jatuh dalam perkara yang haram." (HR Bukhari Muslim).

Ketiga, perkara yang makruh, yakni perkara yang jika ditinggalkan maka akan mendapat pahala meski jika dilakukan tak berdosa. Seorang muslim sejati tentunya meninggalkan hal yang makruh memburu pahala. Keempat, perkara mubah yang berlebihan. Berlebih-lebihan dalam perkara mubah akan menjauhkan seseorang dari Allah, menyiakan waktu dan melalaikan dari tugas yang lebih penting.

Kelima, hal-hal penting ketika harus melakukan yang lebih penting. Sebagai contoh, mengerjakan sunnah ketika harus melakukan yang wajib, atau hal yang bersifat pelengkap tetapi melalaikan yang primer dan sebagainya. Seorang muslim tentunya tidak boleh mendahulukan yang sunnah daripada yang fardhu atau meninggalkan yang lebih penting.

Ada banyak alasan mengapa tindakan muslim meninggalkan hal yang tiada guna itu merupakan indikator baiknya Islam seseorang, diantaranya pertama, hal tersebut dikhawatirkan akan menjadi penghalang dari masuk surga. Diriwayatkan bahwa ketika ada seorang lelaki meninggal dunia lalu salah seorang sahabat berkata kepadanya, "Berbahagialah dirimu dengan mendapatkan surga." Rasulullah Saw langsung menegurnya seraya bersabda, "Kamu tidak tahu, bisa jadi ia suka berkata sesuatu yang tidak berguna atau bersikap pelit terhadap sesuatu yang tidak dibutuhkannya."  (HR Tirmidzi). Pesan Nabi itu menyiratkan betapa sesuatu yang tidak berfaedah itu sebenarnya mengkhawatirkan.

Kedua, melakukan hal yang tiada guna akan mengantarkan pada berbagai perbuatan dosa. Nabi Saw bersabda, "Orang yang paling banyak dosanya pada Hari Kiamat adalah orang yang paling banyak bicara mengenai hal yang tidak berguna baginya." (HR Ahmad). Ketiga, meninggalkan hal yang tak berguna akan mengantarkan seseorang pada kemuliaan. Amr bin Qais menceritakan ada seorang lelaki melihat Luqman sedang dikerumuni orang banyak, lalu ia bertanya, "Bukankah engkau adalah budak Bani fulan?" Ia menjawab, "Benar." Ia bertanya lagi, "Yang dulu menggembala kambing di bukit ini dan itu?" Ia menjawab, "benar". "Lalu apa yang membuatmu meraih kedudukan tinggi seperti yang aku lihat sekarang ini?" Ia menjawab, "Berkat kejujuran dalam bicara dan mengunci mulut dari hal yang tak berguna bagiku dalam waktu yang sangat lama."

Keempat, menyibukkan diri dengan hal yang tak berguna pertanda Allah berpaling darinya. Sebagaimana Hasan menjelaskan di antara berpalingnya Allah ta'ala dari seorang hamba adalah Dia menjadikan dirinya sibuk melakukan hal-hal yang tak berguna baginya. Kelima, Akan memberikan ketajaman nurani, kebahagiaan hati dan kecerahan jiwa. Salah seorang sahabat ketika ditanya oleh tabi'in rahasia amal hingga ia punya wajah bersinar, maka ia mengutarakan bahwa itu ia dapati karena dua hal. Dua hal tersebut ialah tidak pernah mengatakan sesuatu yang tak berguna baginya dan hati yang senantiasa bertekad untuk mendatangkan keselamatan bagi kaum muslimin.

Itulah setidaknya beberapa poin mengapa meninggalkan hal tak berguna merupakan tanda kebaikan Islam seseorang. Membaguskan keislaman juga merupakan jalan untuk meraih pelipatgandaan pahala. Rasulullah Saw bersabda, "Apabila salah seorang di antara kamu membaguskan Islamnya, maka setiap kebaikan yang dilakukannya akan mendapatkan pahala 10 kali lipat sampai 700 kali lipat."

Setiap muslim harus cerdas dalam menentukan skala prioritas, sehingga segala yang dilakukannya bernilai di sisi Allah. Langkah-langkah aplikatif dilakukan tentunya dengan kesadaran bahwa semua ucapan dan tindakan yang tidak mendatangkan manfaat beresiko buruk di akhirat kelak. "Semua ucapan anak Adam mendatangkan resiko buruk baginya, kecuali ucapan untuk memerintahkan kebaikan, mencegah kemungkaran dan menyebut nama Allah 'Azza wa Jalla." (HR Tirmidzi).

Selain itu, kaum muslim juga harus mencontoh keteladan para salafussalih terdahulu yang amat telaten menata urusan mereka. Umar bin Abdul Aziz berkata, "Barangsiapa yang mengkategorikan ucapannya dari amalannya, maka ia akan sedikit berbicara kecuali yang berguna bagi dirinya."  Begitulah bentuk kewaspadaan para teladan muslimin, perkataan saja dijaga apatah lagi tindakan.

Setiap pribadi muslim seyogyanya menata waktu dan mengisinya dengan hal yang bermanfaat. Rasulullah Saw bersabda, "Dalam shuhuf Ibrahim disebutkan orang yang berakal sehat hendaknya memiliki beberapa waktu, waktu untuk bermunajat kepada Tuhannya, waktu untuk melakukan muhasabah, waktu untuk
merenungkan ciptaan Allah dan waktu untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum.."

Di samping menata waktu, setiap muslim harus menata berbagai urusan dan tugas sesuai dengan ketegorinya. Kategori tersebut dapat terbagi menjadi urusan penting dan mendesak, urusan mendesak tapi tidak terlalu penting, urusan penting tapi tidak mendesak dan urusan yang tak penting dan mendesak.

Penutup
Salah satu indikator baiknya keislaman adalah cerdas menetapkan skala prioritas dan menjalankan sesuai hal tersebut. Oleh karena itu, setiap muslim hendaknya mulai menghindari hal-hal yang tidak berguna dalam kehidupan baik yang haram, syubhat, makruh dan mubah yang berlebihan. Muslim yang baik ialah muslim yang tertata waktu dan tugasnya. Wallahua'lam. (Penulis adalah Kabid Humas Jaringan Pemuda Remaja Masjid Indonesia Kota Medan/l)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru