Bekasi (SIB) -Sejumlah pakar Al-Quran berkumpul pada Konferensi
Internasional Al-Quran yang diadakan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an
(LPMQ). Mereka membahas masalah mushaf Al-Quran. Salah satu simpulan
yang mengemuka adalah Mushaf Indonesia cenderung menganut kaidah
penulisan rasm riwayat Imam Abu 'Amr ad-Dani.
Rasm adalah kaidah
penulisan al-Quran yang merujuk pada mushaf hasil kajian panitia
pengumpulan mushaf Al-Quran pada zaman Khalifah Usman bin Affan yang
diketuai oleh Zain bin Sabit. Dalam istilah lain, sering juga disebut
Rasm Usmani. Kalau di bidang hadis ada syaikhoni Bukhari-Muslim, maka
dalama Rasm Usmani, dikenal juga syaikhoni yang merujuk pada mazhab Imam
ad-Dani dan Imam Abu Dawud.
Peneliti yang menggeluti rasm pada
mushaf cetakan Indonesia dari LPMQ Zainal Arifin Madzkur mengatakan,
secara histo-sosiologis, masyarakat muslim Indonesia lebih akrab dengan
mushaf riwayat ad-Dani. "(Saya) cenderung ke (riwayat) ad-Dani. Karena
secara sosiologis mushaf riwayat ad-Dani sudah lama dan banyak digunakan
masyarakat muslim Indonesia," ujar peraih doktor Rasm Usmani dari UIN
Syarif Hidayatullah ini di Bekasi, Rabu (16/11).
"Mushaf ini
beredar di negeri kita jauh sebelum mushaf dengan riwayat Abu Dawud
masuk dan beredar masif di Indonesia pada pertengahan tahun 1980-an,"
sambungnya.
Menurut Zainal, masing-masing mushaf memiliki
mumayyazat (keistimewaan/kelebihan). Salah satu kelebihan penulisan
mushaf dengan riwayat ad-Dani yaitu penulisan yang tidak banyak membuang
huruf. Kaidah ad-Dani ini memudahkan kaum muslim yang awam membaca
Al-Quran. Anak-anak Indonesia mewarisi tradisi membaca Al-Quran dengan
rasm riyawat ad-Dani, dari bapaknya, dari kakeknya dan dari buyutnya.
Mereka juga pengen mewariskan apa yang sudah mereka amalkan sehari-hari
ke anak-cucu mereka.
Pakar lain, Kyai Afifuddin, berpendapat
bahwa selain mushaf dengan riwayat ad-Dani, Indonesia perlu menyediakan
mushaf rasm riwayat Abu Dawud. Hal ini untuk mengedukasi masyarakat
bahwa ada mushaf lain, dari yang biasa mereka baca.
"Selain
memperkenalkan khazanah rasm mushaf Al-Quran, pengadaan mushaf standar
riwayat Abu Dawud diperlukan untuk memberikan pilihan pada masyarakat.
Kalau cara tersebut tidak memungkinkan, bisa juga dalam bentuk catatan
kaki pada master mushaf standar. Hal ini untuk mengingatkan generasi
masa depan muslim Indonesia," ucap pengasuh Pesantren Hidayatul Quran
Jombang ini.
Pengkaji rasm lain, Fahrurozi, mengatakan bahwa
mushaf Al-Quran riwayat Abu Dawud tetap boleh beredar di Indonesia.
Berdasarkan peraturan yang ada, Al-Quran tersebut boleh beredar setelah
mendapatkan izin edar. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi
hal-hal yang tidak diinginkan.
"Fungsi izin edar tersebut, jika
ada permasalahan terhadap mushaf bisa diketahui pihak-pihak yang bisa
dimintai pertanggungjawaban. Jadi, izin itu sama sekali bukan untuk
melarang mushaf-mushaf dengan riwayat selain ad-Dani. Buktinya, mushaf
terbitan Libya dan India serta Paskitan, meskipun ditulis dengan riwayat
ad-Dani tetap harus memiliki izin edar dari pemerintah Indonesia," ucap
Fakhrurozi.
Sebagaimana diberitakan, Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Quran (LPMQ) Kementerian Agama menyelenggarakan Konferensi
Internasional Mushaf Al-Quran Indonesia. Acara yang dihadiri ulama
Al-Quran dari dalam dan luar negeri ini berlangsung dari 14 - 16
Nopember 2017 di Bekasi.
(Kemenag/l)