Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Sabtu, 28 Juni 2025

Keluarga Pencari Keberkahan

* Oleh : Islahuddin Panggabean
- Jumat, 08 Desember 2017 16:16 WIB
735 view
Keluarga Pencari Keberkahan
Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa dalam acara pernikahan 'Aqil bin Abi Thalib dengan seorang wanita dari Jasyam, para tamu undangan mengucapkan selamat dengan ucapan jahiliyah, yaitu 'Birafa' wal Banin' (semoga mempelai murah rezeki dan banyak anak). Kemudian Aqil bin Abi Thalib melarang mereka seraya berkata, "Janganlah kalian ucapkan demikian. Karena Rasulullah Saw melarang ucapan demikian. Para tetamu bertanya, "Lalu apa yang harus kami ucapkan?'. Aqil menjelaskan, "Ucapkanlah "Barakalallahulakum wa Baraka 'alaikum",

Hadist di atas mengajarkan doa yang shohih bagi pengantin, yakni bukan yang selama ini masih terdengar dalam acara pernikahan seperti 'semoga banyak anak' 'murah rezeki', 'cepat dapat momongan' dan lain sebagainya. Akan tetapi, doa terbaik buat sebuah keluarga ialah tabrik atau doa keberkahan. Hikmah lain dari ucapan tersebut adalah bahwa keberkahan merupakan sebuah hal yang paling penting di dalam sebuah keluarga.

Pasangan suami-istri yang baru 'dilantik' itu pada hakikatnya memiliki 'kewajiban' baru untuk membentuk keluarga Islami yang merupakan tonggak dari peradaban Islam. Mereka akan hidup bersama dengan belahan jiwa yang telah ditemukan, untuk kemudian saling menyempurnakan dan mentarbiyah jiwa. Dan doa dari keluarga, saudara, teman kala walimahan belum cukup. Semua doa tulus itu harus diselaraskan oleh ikhtiar yang dilakukan pasangan pengantin membentuk keluarga berkah.

Berkah
Berkah secara bahasa berarti ats-tsubut (tetap) dan al-Luzuum (terus melekat), juga dapat berarti an-namaa' (berkembang) dan az-ziyadah (bertambah) serta sa'adah (kebahagiaan). Berkah  -berikut kata turunannya- disebutkan dalam al-Quran sebanyak 34 kali dalam 32 ayat. Dr. Nashir bin Abdurrahman bin Muhammad al-Judai mengemukakan makna barakah dalam dua poin yakni  tetap dan langgengnya Kebaikan serta banyak dan bertambahnya kebaikan. Sehingga keluarga yang Berkah secara sederhana dapat diartikan keluarga yang melekat padanya kebaikan Ilahi. Keluarga yang dengannya anggotanya -suami, istri, anak- semakin bertambah kebaikan, semakin dekat dengan Allah.

Cari Berkah
Setidaknya ada beberapa poin yang harus dihadirkan dalam keluarga sebagai upaya mencari keberkahan. Pertama, Iman dan Taqwa. Iman dan Taqwa adalah kunci keberkahan dunia dan akhirat. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam surah al-A'raaf ayat 96, "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS Al-A'raaf :96)

Sebuah negeri akan diberikan keberkahan, diberi berlimpahan rezeki dari langit dan buminya jika penduduknya beriman dan bertaqwa kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Begitupula dalam sebuah 'negeri mini' bernama keluarga. Berdasarkan hadist, sering disebutkan bahwa Menikah itu menyempurnakan separuh agama, maka laksanakan taqwa sebagai separuhnya lagi.

Taqwa dapat diartikan sebagai menjaga hubungan dengan Allah. Ketaqwaan menyebabkan seseorang senantiasa mengingat Allah serta menjaga diri dari hal-hal yang dilarang oleh-Nya. Keluarga Pencari Keberkahan dalam mengarungi bahtera selalu menghiasi rumah tangga dengan zikir dan taat pada-Nya sebab dengan bersama-Nya ketentraman keluarga tercipta. Sebagaimana dalam riwayat, bahwa Nabi mengajarkan Fatimah dan Ali untuk perbanyak zikir sebelum tidur ketika menghadapi kesulitan hidup berumah tangga.

Kedua, Dekat dengan Al-Quran. Dalam ayat ke-3 surah ad-Dukhan, Allah berfirman tentang keutamaan Lailatul Qadar, "Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada suatu malam yang diberkahi.." Sebagian ulama Tafsir menjelaskan bahwa Lailatul Qadar disifati dengan keberkahan karena pada malam itu, Dia menurunkan al-Quran. Allah menyifati Al-Quran sebagai sesuatu yang diberkahi. Sebagaimana tercantum dalam 4 ayat Al-Quran (QS al-An'am : 92), (QS al-An'am :155) (QS al-anbiya : 50) dan (QS Shad ; 29).

Keluarga yang mencari keberkahan mesti memperhatikan interaksi dan kedekatan mereka dengan Al-Quran. Jangan sampai rumah tangga mereka bak kuburan yang kosong dari bacaan-bacaan Quran. Beberapa interaksi dengan al-Quran seperti tilawah, tadarrus, tahfidz, tadabbur, maupun tasmi' harus dijadikan program utama keluarga. Setiap hari hendaknya ada suatu waktu bagi keluarga untuk membaca, mentadabburi, maupun muroja'ah hafalan Al-Quran bersama. Bukankah Rasulullah Saw sendiri gemar membaca quran dalam pangkuan Aisyah?

Ketiga, Terpaut dengan Masjid. Masjid atau rumah Allah merupakan sesuatu yang diberkahi oleh Allah. Mekkah menjadi negeri penuh keberkahan sebab di sana mula-mula dibangun masjid (QS Ali Imran 96). Karena itu, keluarga yang ingin menciptakan keberkahan dalam kehidupannya harus tak jauh-jauh dari masjid.
Anggota keluarga harus dipastikan merupakan jamaah masjid terdekat, minimal dan utamanya kepala keluarga yakni suami. Seluruh anggota keluarga juga harus mampu menjadikan rumah sebagai masjid dalam artian yang luas yakni sebagai tempat pengabdian.

Keempat, Aktif dalam Dakwah. Allah berfirman, "Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya." Para ahli tafsir menjelaskan salah satu sebab mengapa di sekeliling al-Aqsha diberi keberkahan, karena di sana tempat diutus dan menetapnya para nabi dan orang sholih serta tempat turunnya malaikat. Keberkahan itu hadir saat risalah dan dakwah Islamiyah, hidup di dalamnya.

Suami-istri harus menghidupkan budaya amar makruf serta nasehat-menasehati baik internal dan eksternal. Permasalahan yang sering timbul umumnya diawali tiadanya budaya berbicara dari hati ke hati antar suami istri secara rutin. Sehingga ketika masalah sudah 'akut' sulit untuk membicarakan lagi. Selain itu, keluarga tersebut mesti aktif dalam kegiatan yang bernilai kebaikan perbaikan yang ada di masyarakat, baik itu perwiridan mingguan, STM maupun organisasi dakwah.

Kelima, menghidupkan suasana kebersamaan. Rasulullah Saw bersabda, "Berkumpullah kalian atas makanan kalian (ketika makan) dan sebutlah nama Allah atasnya, maka kalian akan diberkahi." (HR Abu Dawud). Makan bersama keluarga adalah bisa jadi cukup langka ditemukan di zaman serba sibuk. Suami makan sendiri, istri makan sendiri, anak pun demikian. Tidak satu meja dan satu waktu. Kebersamaan hanya dirasakan saat liburan. Rumah seakan hanya tempat tidur semata. Sedangkan aktivitas utama di luar rumah. Sehingga sering mengabaikan pendidikan agama bagi keluarga. Diperbudak dunia. Keluarga pencari keberkahan tidak begitu, selalu ada waktu buat bersama keluarga.

Penutup
Keberkahan keluarga adalah karunia Allah. Hakikat berkah itu sendiri adalah tetap dan langgengnya kebaikan, atau berlimpah dan bertambahnya kebaikan;
bahwa semua kebaikan agamawi dan duniawi berada di tangan Allah, maka keberkahan itu hanya dicari dari Allah atau dari sesuatu yang Dia berkahi. Hari ini, Jumat 8 Desember 2017, penulis menikah dengan sosok wanita Khairunnisa Rambe, Mohon doa agar pernikahan kami membawa keberkahan. Aamiin. (Penulis adalah Humas Jaringan Pemuda Remaja Masjid Indonesia Kota Medan/q)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru