Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Sabtu, 28 Juni 2025

Menetapi Shirat al-Mustaqim

* Oleh Islahuddin Panggabean, S.Pd
- Jumat, 12 Januari 2018 22:04 WIB
311 view
Menetapi Shirat al-Mustaqim
Sebagai Muslim, kita diwajibkan membaca doa dalam shalat, minimal 17 kali sehari: "Ihdinash shirathal mustaqim" (Ya Allah, Tunjukkanlah kami jalan yang lurus).
Shirathal Mustaqim adalah jalannya orang-orang yang diberi kenikmatan oleh Allah atas mereka (para nabi, para syuhada, dan shalihin) dan bukannya jalan orang-orang yang dimurkai Allah (al-maghdhub) dan bukan pula jalan orang-orang yang tersesat  (al-dhalliin).

Orang-orang yang dimurkai Allah (al-maghdhub) adalah mereka yang sudah tahu kebenaran, tetapi enggan menerima kebenaran. Bahkan, mereka kemudian menyembunyikan kebenaran, atau berusaha mengaburkan kebenaran, dengan berbagai cara, sehingga  yang haq dilihat sebagai bathil dan yang bathil dilihat sebagai haq. Kaum al-maghdhub ini juga bukannya tidak tahu tentang Al-Quran. Bahkan, bisa jadi mereka sangat pandai berhujjah dengan Al-Quran.

Sayyidina Umar bin Khathab pernah menyatakan, bahwa yang paling beliau khawatirkan akan menimpa umat Islam adalah 'tergelincirnya' orang-orang yang 'alim dan ketika orang-orang munafik sudah berhujjah dengan Al-Quran. Rasulullah Saw juga pernah menyampaikan, bahwa yang paling beliau khawatirkan menimpa umat Islam adalah  munculnya orang-orang munafik yang pandai berhujjah (kullu munaafiqin 'alimil lisan). Jadi, golongan al-maghdhub adalah siapa saja yang sudah mengetahui kebenaran, tetapi enggan mengikuti kebenaran dan bahkan mengubah-ubah dan menyembunyikan kebenaran. Karena itulah, kita diperintahkan untuk berdoa, agar jangan sekali-kali kita termasuk ke dalam golongan seperti ini.

Begitu juga kita berdoa semoga tidak termasuk ke dalam golongan 'al-dhalliin', golongan yang tersesat. Mereka tersesat karena tidak tahu dan tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Karena ketidaktahuan atau kebodohan inilah, golongan ini akan menyangka yang benar sebagai bathil dan yang bathil mereka sangka benar. Mereka bisa jadi korban dari tindakan golongan al-maghdhub yang telah terlebih dahulu mengubah-ubah kebenaran.

Kita akan memahami, bagaimana besarnya kemurkaan Allah SWT terhadap kaum Yahudi yang telah menolak dan mengubah-ubah kebenaran yang disampaikan kepada mereka oleh para nabi. Merekalah yang menceritakan akan datangnya Nabi terakhir, tetapi ketika Nabi terakhir itu datang dan ternyata bukan dari golongan mereka, maka kaum Yahudi pun menjadi kaum yang pertama ingkar kepada kenabian Muhammad saw.

Sehingga dalam menetapi jalan shirat al-Mustaqim setidaknya ada beberapa yang harus dilakukan diantaranya, Pertama, terus menambah Ilmu. Dengan Ilmu, manusia akan mengetahui kebenaran dan kesalahan. Ia akan terhindar dari kebodohan dan kesesatan. Dalam al-Quran sesuatu yang satu-satunya diminta untuk ditambah adalah ilmu. Itu menunjukkan istimewanya ilmu. "dan katakanlah: Ya Rabb ku, tambahkanlah kepadaku ilmu) (QS.Thahaa 114).

Kedua, Memperbaiki amal. Orang yang dimurkai adalah orang-orang yang mengenal kebenaran namun mereka tidak mau mengamalkannya. Mereka dimurkai karena membangkang dengan tidak mau beramal dengan ilmu yang dimiliki. Oleh karena itu, agar tetap menetap di jalan lurus haruslah terus memperbaiki amal. Sebab manusia dinilai dari kebaikan amalnya. Allah berfirman, "Supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya" (QS. Al Mulk, 67: 2).

Ketiga, Membaca Kisah dan sejarah. Dalam Al Qur'an banyak diceritakan kisah-kisah para nabi, rasul dan orang-orang yang beriman yang terdahulu. Kisah-kisah ini Allah SWT jadikan untuk meneguhkan hati. Sebagaimana Firman Allah: "Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu.." (QS Hud 11)

Keempat, terus berdoa. Ibnu Katsir dengan Indah dalam tafsirnya menjelaskan apabila dikatakan kepadamu, "Mengapa seorang mukmin dituntut untuk memohon hidayah dalam setiap salat dan juga dalam keadaan lainnya, padahal dia sendiri berpredikat sebagai orang yang beroleh hidayah? Apakah hal ini termasuk ke dalam pengertian meraih apa yang sudah teraih?"

Sebagai jawabannya dapat dikatakan, "Tidak." Seandainya seorang hamba tidak memerlukan minta petunjuk di siang dan malam harinya, niscaya Allah tidak akan membimbingnya ke arah itu. Sesungguhnya seorang hamba selalu memerlukan Allah Swt dalam setiap keadaan. agar dimantapkan hatinya pada hidayah dan dipertajam pandangannya untuk menemukan hidayah, serta hidayahnya bertambah meningkat dan terus-menerus berada dalam jalan hidayah.

Sesungguhnya seorang hamba tidak dapat membawa manfaat buat dirinya sendiri dan tidak dapat menolak mudarat terhadap dirinya kecuali sebatas apa yang dikehendaki oleh Allah Swt. Maka Allah memberinya petunjuk agar dia minta kepada-Nya setiap waktu. semoga Dia memberinya pertolongan dan keteguhan hati serta taufik. Orang yang berbahagia adalah orang yang beroleh taufik Allah hingga dirinya terdorong memohon kepada-Nya, karena sesungguhnya Allah Swt. telah menjamin akan memperkenankan doa orang yang meminta kepada-Nya.

Ibnu Katsir akhirnya menyimpulkan bahwa dapat dikatakan bahwa makna firman-Nya: Tunjukilah kami ke jalan yang lurus. (Al-Fatihah: 6) ialah "tetapkanlah kami pada jalan yang lurus dan janganlah Engkau simpangkan kami ke jalan yang lain".

Penutup
Jalan lurus adalah sebuah jalan yang setiap hari diminta oleh seorang muslim. Menetapi atau berada tetap di jalan lurus dapat diperoleh di antaranya dengan terus menuntut ilmu, memperbaiki amal, membaca kisah dan sejarah orang terdahulu dan terutama terus memohon kepada Allah sang Pemberi Hidayah dan Taufiq. Wallahua'lam. (Penulis adalah Kabid Humas Jaringan Pemuda Remaja Masjid Indonesia Kota Medan/q)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru