Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Sabtu, 28 Juni 2025

Peran Akal Dalam Pergaulan

* Oleh : H Habibul Chair
- Jumat, 23 Maret 2018 19:10 WIB
508 view
Peran Akal Dalam Pergaulan
Kehidupan adalah proses dialog, kita akan memberi dan menerima. Untuk melakukan dialog secara dewasa, diperlukan kesabaran, kepercayaan diri serta kematangan pribadi. Hidup kita jalani secara bersama. Termasuk persoalan ketuhanan, pemeluk agama yang berbeda sering terdengar. Banyak agama yang tumbuh dan berkembang di muka bumi sekarang ini. Agama-agama yang cukup popular di tengah kita sekarang ini dan yang diakui di Indonesia adalah, Islam, Kristen, Katholik, Budha, Hindu dan Kong Fu Chu. Setiap ajaran agama pada prinsipnya memiliki prinsip yang sama yaitu kebaikan sesama umat manusia.

Di sinilah peran akal dalam pergaulan perlu diterapkan sehingga terciptanya kebersamaan. Allah SWT berfirman "Jadilah engkau umat terbaik di tengah umat manusia, seraya menganjurkan kebaikan dan melarang keburukan dan senantiasa beriman ke Tuhan (S.Al Imran 3:150).

Agama menawarkan berbagai janji  guna membangun masyarakat dengan kehidupan yang baik, beradab, aman, damai dan sejahtera. Jika gagal memenuhi janjinya agama tersebut akan ditinggalkan umatnya. Tapi sebaliknya jika agama tersebut berjalan dengan baik, maka akan terciptalah masyarakat Indonseia yang Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur (negeri indah yang penuh ampunan dari ridha Allah).

Moral dalam kehidupan berarti adat kebiasaan yang baik yang berdasarkan akal. Akan tetapi etika lebih banyak bersifat teori. Sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis. Budi pekerti berarti adat kebiasaan yang baik dan tumbuh di tengah masyarakat. Ini berarti budi pekerti merupakan nilai-nilai baik yang disepakati semua komunitas. Sementara itu belakangan istilah karakter yang berarti perangai dan tabiat. Ada karakter yang baik ada karakter yang buruk. Maka untuk itu agama adalah landasan segala-galanya. Karena ajaran agama tidak pernah mati. Dalam kehidupan kita memerlukan agama sebagai pedoman  menempuh kehidupan. Dorongan kita beragama tidak pernah mati. Mengapa? Karena setiap manusia menerima ruh Ilahi yang senantiasa  merindukan Tuhan.

Dalam kehidupan beragama kita harus menerima segala sesuatu yang menimpa diri kita dengan lapang dada. Dan yakinlah hal ini sudah kehendak Allah yang terbaik mensyukuri apa yang telah diberikan takdir dari Allah. Maka isilah diri seharian dengan pekerjaan, sehingga bisa menghilangkan rasa kesedihan. Kerjakan apa saja yang dirasakan memuaskan, sehingga pekerjaan tersebut bisa membuat diri kita berarti. Carilah dunia baru, insyaallah dapat membawa hati yang baru. Namun ingat di lingkungan baru hati harus berubah. "Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu, jika orang-orang yang baik maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang bertobat (S Al Isra, 15:25).

Setiap orang terbanyak berharap bisa menjadi  shok atau kaget, karena apa yang terjadi tidak seperti diharapkannya. Kita boleh saja berharap untuk menentukan apa yang kita capai atau kehendaki.

Jika bersedih lupakan kesedihan itu dengan mendekati diri pada Allah, bermohon kepada-Nya agar kesedihan dapat diatasi. Dan kesedihan tidak boleh terus berlanjut. Kita harus tegar dalam  kehidupan. Lakukan apa saja asal itu tidak dilarang oleh Allah. Bergaul dengan teman guna meningkatkan rasa silaturahim.
Manusia tentu tidak ingin berteman dengan orang lain jika menambah bebannya. Hadisz menyebutkan, "Senyummu terhadap saudaramu adalah satu sedekah (HR Buchari).

Rasulullah SAW mau membela umatnya dengan mengorbankan dirinya. Untuk itu, mulailah mencoba membahagiakan orang lain, seperti melalui sedekah harta juga sedekah bathin. Merasa gembira, Allah akan sedekah batin. "Barang siapa yang baik dicintai Allah kepada orang muslim agar orang muslim tersebut terasa gembira Allah akan memberinya kesenangan pada hari kiamat (HR Thambrani).  Maka berbuat baiklah dengan niat yang tulus sehingga mendapat rida Allah dengan membahagiakan orang lain. Ingat Allah tidak menciptakan hidup ini sia-sia, bila kita selalu bertawakal melalui tauhid yang tinggi dengan mengingat Allah. Karena di balik kesulitan dan kesedihan ada kebahagiaan. Setelah Melalui kesulitan insyakallah datang kemudahan. Karena melalui musibah yang kita hadapi Allah masih mau memperhatikan kita.

Berbagai kehidupan kita jalani. Orang sering menjalani permasalahan kecil yang bisa dipecahi dengan mudah. Namun sebaliknya ada persoalan mudah menjadi sulit. dalam keseriusan tersebut menjadi sulit.

Terakhir hidup dijalani dengan serius dan juga bersikap santai. Ada orang yang merasa hidup ini kejam atau tidak benar karena hati dan katauhitannya kepada Allah tidak melekat. Allah tidak memberikan cobaan yang tidak sanggup dipikul manusia. "Dan janganlah kau mengatakan apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "ini halal dan ini haram" untuk mengada-ngada kebohongan kepada Allah sesungguhnya orang-orang mengada -adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung (S An Nahl 14 : 116)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru