Sesungguhnya nikmat Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya tidaklah terbatas. Di antara nikmat yang paling besar adalah nikmat iman dan Islam. Demikian pula nikmat istiqomah di atas iman.
Imam Ibnu Rajab Al-Hambali menjelaskan makna istiqomah dan kedudukan hadits ini, "Istiqomah adalah meniti jalan yang lurus" tanpa membelok ke kanan dan ke kiri. Dan istiqomah mencakup melakukan semua ketaatan yang lahir dan yang bathin dan meninggalkan semua perkara yang dilarang oleh agama.
Dari penjelasan di atas maka diketahui bahwa ukuran istiqomah yang lurus, yaitu melakukan ketaatan sebagai mana diperintahkan tanpa melewati batas, tanpa mengikuti hawa nafsu, walaupun orang menganggapnya sebagai sikap berlebihan. Allah SWT berfirman "Maka istiqomah mencakup (tetaplah kamu pada jalan yang benar), sebagai mana diperintahkan kepada kamu dan (juga), orang yang bertaubat beserta kamu dan jangan kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan (S Hud : 11 : 112).
Istiqomah adalah mereka yang benar-benar meyakini kebenaran Islam dengan tidak menukar keyakinan mereka dengan hal yang lain. Jadi yang kita dapatkan dari semua itu adalah istiqomah mempunyai makna berkelanjutan dalam melakukan kebaikan. Teguh dalam pendirian serta tidak tergoyah oleh beragam jenis halangan dalam memperoleh ridho Allah SWT.
Jangan pernah salah mengartikan istiqomah ke dalam suatu yang jelek. Satu hal yang jelek jangan sampai didukung serta diberi semangat. Karena istiqomah yaitu prinsip dalam menggerakkan satu pogram untuk menuju satu tujuan yang lurus. Maka bisa diartikan istiqomah adalah satu prinsip menggerakkan satu program kerja menuju satu tujuan yang diajarkan agama. Sehingga isitqomah itu memiliki satu kandungan, berkelanjutan hingga secara terus meneruskan apa yang baik dikerjakan. Tahan uji pada godaan-godaan yang mungkin menjadi penghalang, rintangan kita hingga pada tujuan yang dicita-citakan. Dalam kaitan konsentrasi disarankan oleh agama untuk mempunyai tujuan. Istiqomah itu mengikuti keimanan. Iman naik serta turun, ujian datang serta pergi. Lalu dapat pula disebut istiqomah itu mengikuti keimanan kita, teruji apa tidak.
Saat kita tidak istiqomah dapat disebut kalau keimanan kita tidak teruji dengan baik. Maka istiqomah menjadi satu keadaan, satu benteng untuk menunjukkan ketundukan kita pada Allah SWT. Maka dari itu mari kita menempuh kehidupan dengan beribadah. Menegakkan salat, kebajikan dan kedamaian di tengah masyarakat. Dengan beribadah hati bersih, kehidupanpun tenteram dan tidak merasa gelisah. Seperti firman Allah "Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada mengerjakan berbagai kebajikan, mereka itu termasuk orang-orang yang saleh (S Ali Imran 4:114).
Saat kita tidak istiqomah dapat disebut kalau keimanan kita tidak teruji dengan baik. Maka istiqomah jadi satu keadaan, satu benteng untuk menunjukkan ketundukan kita pada Allah SWT. Tanda keberagaman kita atau ketakwaan itu memang ada pada sitiqomah. Sikap orang yang sitiqomah dibalut dengan tingkah laku ikhlas sebagai hamba. Dalam satu hadistz dikisahkan "Katakanlah saya beriman kepada Allah, lantas berlakukan istiqomah" (HR Muslim). Hadits itu mengajarkan kepada kita untuk selalu beriman kepada Allah SWT dan melakukan segala perintah-Nya. Orang yang tidak mempunyai karakter istiqomah sangat merugi, bakal percuma segala usahanya serta perjuangannya.
Beberapa cara mewujudkan istiqomah adalah mengikhlaskan kemauan hanya cuma mengharapkan Allah serta dikarenakan Allah SWT. Saat beramal tidak ada yang ada dalam jiwa dan pikiran kita kecuali cuma Allah. Karena keikhlasan adalah pijakan dan basis dalam bertawakal pada Allah. Mustahil seorang bertawakal tanpa ada diiringi rasa ikhlas. Selain itu sikap istiqomah bertahap dalam beramal dengan pengertian saat menjalani satu ibadah, sebaiknya kita dari suatu hal yang kecil tetapi teratur meskipun sedikit. Kerutinan berikut yang insyah Allah jadi cikal bakal istiqomah, seperti dalam bertilawah Al Quran, dalam qiamu lail serta lain sebagainya, sebaiknya diawali dari sedikit untuk sedikit, lalu ditingkatkan jadi tambah lebih baik lagi.
Istiqomah dibutuhkan kesabaran, lantaran untuk melakukan satu amalan yang berbentuk kontinyu serta teratur, kadang-kadang kita dihinggapi rasa giat dan terkadang rasa malas. Oleh karena itu dibutuhkan kesabaran dalam menyingkirkan rasa malas tersebut, guna menggerakkan ibadah atau amalan yang bakal diistiqomahi.
Istiqomah juga berkaitan dengan tauhid. Oleh kerana itu dalam beristiqomah seseorang betul-betul mentauhidkan Allah dari segala sesuatu hal apa pun yang ada di muka bumi ini. Lantaran mustahil istiqomah direalisasikan, apabila diimbangi dengan fenomena kemusyirakan, meski fenomena yang begitu kecil dari kemusyikatan itu, seperti riya. Menyingkirkan riya dalam diri kita adalah bentuk istiqomah dalam keikhlasan.
Istiqomah akan bisa terealisasi, bila kita mengerti hikmah atau hakekat dari beribadah maupun amalan yang kita kerjakan. Hingga beribadah itu dirasa nikmat dikerjakan. Demikian pula sebaliknya, bila kita merasakan kehampaan atau kegersangan dari amal yang kita kerjakan, pasti yang semacam ini menjadikan kita gampang jemu serta meninggalkan beribadah itu. Untuk itu mari kita tingkatkan istiqomah dengan menebalkan rasa keimanan kepada Allah SWT. Karena istiqomah meniti jalan yang lurus mengharapkan ridha dari Allah SWT. (q)