Kualitas seseorang dalam Islam dapat diukur dengan komitmennya terhadap pengalaman ajaran yang ada, baik itu yang berkaitan kehidupan pribadi baik sosial kemasyarakatan. Shalat sebagai salah satu rukun Islam tentu merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan seorang muslim.
Ada masanya kita merasa jatuh ke dalam titik terendah dalam kehidupan kita saat kenyataan yang dihadapi berbeda dengan apa yang kita harapkan. Tidak jarang kita terlanjur buruk sangka kepada Allah SWT atas musibah yang kita alamai. Hal tersebut tidaklah dibenarkan. Karena segala musibah yang diberikan Allah kepada kita semata-mata merupakan bentuk ujian untuk menempa iman, apakah ujian tersebut dapat semakin mendekatkan kita kepada Allah SWT atau justru sebaliknya. Maka sudah saatnya kita berhenti mengutuk Allah atas musibah yang menimpa kita.
Kini saatnya kita bangkit kembali mendekatkan diri kepada-Nya. Dalam surat Ar Ra'du ayat 28 Allah SWT berfiman "Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang". Hendaknya ayat ini dijadikan pedoman setiap kita merasa sedih. Sempatkan berzikir usai shalat serta menyebut nama-Nya dan memanjatkan doa agar kita dikuatkan menjalani segala ujian hidup.
Ketika merasa rezeki sempit atau kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan harapan, cobalah untuk mengingat nikmat yang selama ini diberikan Allah dan selalu berbaik sangka kepada-Nya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah : Allah Ta'ala berfirman : "Aku sesuai dengan prasangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku, jika ia mengingat-Ku sendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku akan mendekat kepadanya lebih sehasta. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan mendatanginya dengan berlari. (HR Bukhari dan Muslim).
Cara mendekatkan diri kepada Allah selanjutnya adalah dengan memperbanyak ibadah sunah setelah mengerjakan ibadah wajib. Ibadah sunah tersebut berupa shalat rawatib, shalat malam, puasa setiap Senin dan Kamis, serta bersedakah dengan niat mengharapkan ridha Allah SWT. Usahakan pula untuk meniatkan segala yang kita lakukan semata-mata beribadah kepada Allah SWT.
Selain kita membaca Al Quran, kita jadikan tuntunan hidup, Al Quran bukan menjadi pajangan di rak buku. Dalam Al Quran terdapat firman Allah dan kisah para Nabi dan Rasul yang patut kita jadikan teladan. Allah sendiri mengajarkan satu pahala setiap huruf dalam Al Quran yang kita baca, terlebih lagi jika kita mau mencari tahu makna dan setiap firman Allah.
Sisi lain, sebaik-baiknya kawan yang membawa kita kepada kebaikan. Namun kecintaan kepada Allah dapat membuka hati dan banyak membawa kita kepada kebaikan. Kecintaan kepada Allah dapat ditumbuhkan dengan membuka hati dan banyak bergaul dengan orang-orang yang tidak pernah lelah mengingatkan kita kepada Allah SWT. Hal tersebut sesuai dengan sabda Rasul : "Permisalan teman yang baik dan buruk, ibarat seorang penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberi kita minyak wangi atau kita bisa membeli minyak wangi darinya dan meskipun kita tidak bisa mendapatkan bau harum darinya. Sementara pandai besi bisa jadi percikan apinya mengenai pakain kita dan kita mendapatkan bau asapnya yang tidak sedap (HR Bukhari dan Muslim).
Sisi lain, shalat itu tiang agama (Islam), maka barang siapa yang mendirikan shalat ia telah mendirikan agama maka sungguh dia mendirkan agama (Islam) dan barang siapa merobohkannya maka sungguh ia telah merobohkan agama (Islam). Shalat ibarat seperti sebuah bangunan, setelah adanya pondasi dan tiang penyangga yang akan menguatkan bangunan tersebut. Apabila sebuah bangunan memiliki lima buah pilar penyangga, maka jika salah satu tiang tersebut roboh maka kekuatan atau kekohan bangunan tersebut akan berkurang. Demikian selanjutnya kekokohan bangunan akan terus berkurang dengan hilangnya pilar-pilar penyangga satu per satu. Demikan pula dengan Islam yang ibaratnya sebuah bangunan dengan shalat sebagai pondasinya, dakwah dan jihat sebagai atap pelindungnya dan shalat merupakan cermin syariat Islam sebagai pilar penyangganya. Bila kaum muslimin rajin mendirikan shalat lima waktu secara berjemaah di masjid, maka berarti mereka telah mengokohkan pilar-pilar Islam. Sebaliknya, apabila kaum muslimin malas, ogah-ogahan mendirikan shalat lima waktu secara berjamaah di masjid, maka berarti mereka telah melemahkan Islam itu sendiri dengan merobahkan pilar-pilarnya. Mungkin ini salah satu maksud Islam itu terhalang oleh orang Islam sendiri. Bila kita pandang dalam lingkungan yang lebih kecil dalam diri seseorang, kita lihat parameter kekuatan Islamnya.
Maka bila kita rajin mengerjakan shalat lima waktu secara berjamaan di masjid ditambah dengan mendirikan shalat sunah, sebaliknya kita mengerjakan shalat lima waktu tidak berjamaah hanya shalat sendirian di rumah atau bahkan jarang mengerjakan shalat fardu lima waktu, lebih fatal lagi tidak mengerjakan sama sekali.
Maka shalat merupakan salah satu komponen utama dalam bangunan Islam, hendaknya kita kuatkan dan kokohkan agar bangunan Islam tidak mudah roboh dan dirobohkan. Maka mari kita tingkatkan kebaikan-kebaikan dalam shalat kita dengan melaksanakannya dengan khusyuk, berjamaah di masjid bagi laki-laki dan tepat waktu.
Shalat dalam agama Islam mempunyai kedudukan yang penting, sehingga Rasulullah menyatakan shalat tiang agama Islam. "Shalat adalah tiang agama. Barang siapa menegakkan shalat, maka berarti ia menegakkan agama dan barang siapa meninggalkan shalat berarti ia merobohkan agama. (HR Bukhari-Muslim)
Hadits di atas merupakan satu rujukan bahwa tegak dan tidaknya agama Islam pada diri sesorang muslim tergantung pada Istiqomah seorang hamba dalam melaksanakan shalatnya dan shalat tidak dimaknai kewajiban tapi ruh shalat harus bisa meberi warna yang sangat positif pada perilaku seorang hamba yang terpancar pada kesungguhan untuk selalu mentati Allah SWT dan menjauhkan diri dari perilaku maksiat dan munkar. Allah SWT berfirman : "Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keci dan munkar. (S Al Ankabut 45). Ayat ini seharusnya menjadi renungan bagi setiap muslim, khususnya umat Islam di Indonesia. (c)