Staf Redaksi SIB -Setiap seorang Muslim harus mendasari keislamannya dengan pengetahuan agama yang memadai, minimal sebagai bekal untuk menjadi fungsi kehadirannya di muka bumi, baik sebagai kalifatullah maupun sebagai hamba Allah. Manusia harus memiliki keterampilan mengenai masalah keduniaan, sehingga ia dapat memfungsikan secara maksimal. Allah SWT menyerahkan kepemimpinan di dunia ini kepada manusia, sehingga manusialah yang bertanggungjawab untuk memakmurkan dunia ini. Sedangkan sebagai hamba Allah, manusia harus memiliki bekal ilmu agama untuk dapat mengabdikan dirinya kepada Allah SWT dengan benar. Dengan ilmu agama inilah manusia dapat melaksanakan semua aktivitasnya melalui ibadah kepada Allah Sang Khalik, satu-satunya yang berhak disembah. Jika seorang Muslim dapat membekali dirinya dengan pengetahuan yang benar dan cukup, baik pengetahuan agama maupun pengetahuan duniawi dan sekaligus dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, maka dia akan menjadi seorang Muslim yang utuh. Dan di sinilah sebenarnya tuntutan yang diminta oleh Allah SWT, kepada setiap manusia yang beriman. Seperti disebutkan Allah melalui firmannya "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu (QR Albaqarah 2:208).
Untuk menjadi seorang Muslim yang kaffah seperti tuntutan di atas, ada dua syarat mutlak yang harus dipenuhi yakni memiliki ilmu yang cukup, terutama terkait dengan ilmu agama. Kemudian mengamalkan ajaran agama sesuai dengan ilmu yang dimiliki. Paduan ilmu dan amalan inilah menjadi sukses manusia di dunia dalam menjalani dua peran utamanya sebagai kalifah Allah SWT.
Akhlak merupakan ilmu dengan penuh pendifinisian dari arti baik dan buruk, menjelaskan apa yang seharusnya, berprinsip untuk memiliki tujuan hidup dengan perkataan dan tindakan yang kita lakukan untuk mendapatkan pahala dari Allah SWT. Menurut Imam Ghazali, akhlak yang mulia yaitu, bijaksana memelihara dari sesuatu yang tidak baik. Keberanian menundukkan hawa nafsu dan bersifat adil.
Semua agama dan tradisi telah mengatur cara pergaulan remaja. Ajaran Islam sebagai pedoman hidup umatnya, juga telah mengatur tatacara pergaulan remaja yang dilandasi dengan nilai-nilai agama. Tatacara itu diantaranya menjawab salam. Salam menurut bahasa berarti "selamat", maksudnya mendoakan atas keselamatan serta mendapat keberkahan kepada orang yang diberi salam. Ucapan salam ketika bertemu teman atau orang lain sesama Muslim, ucapan salam berarti doa. Maka dengan ucapan salam kita telah mendokan teman tersebut. Allah SWT berfirman "Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izinan dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu agar kamu selalu ingat" (QR An-Nur 24:27).
Hukum mengucapkan salam adalah sunnah, sementara hukum menjawab salam adalah wajib. Maka jika kita ingin menjadi Muslim yang disayangi Allah SWT, kita harus tidak melupakan hal-hal yang kecil sifatnya wajib seperti menjawab salam.
Meminta izin dalam artian kita tidak boleh meremehkan hak-hak atas milik teman yang kita pinjam maka kita harus meminta izin terlebih dahulu. Bila kita tidak meminta izin bisa jadi akan timbul kesalahpahaman dari teman yang miliknya kita pinjam. Bisa saja kita dianggap mencuri kepunyaannya, padahal niat kita hanya meminjam.
Untuk menerapkan akhlak mulia, sebaiknya menghormati orang yang lebih tua dan mengambil pelajaran-pelajaran hidup dari mereka, sebaliknya kita juga harus menyayangi adik yang lebih muda dan paling penting memberikan tuntunan dan bimbingan kepada mereka kejalan yang benar dengan penuh kasih sayang.
Sisi lain dalam bergaul, biasanya kita ingin menunjukkan segala sesuatu yang bagus kepada teman kita. Dengan cara ini kita terlihat lebih dari teman kita. Tapi ingat ini sebagai sifat sombong sangat dibenci Allah SWT dan bukan orang yang baik dalam membangun dalam pergaulan yang erat. Dalam Al Quran Allah SWT berfirman "Dan apabila dikatakan bertaqwa kepadanya, bertaqwalah kepada Allah bangkitlah kesombongannya yang menyebabkan perbuatan dosa, maka cukuplah (balasannya) neraka jahanam. Dan sesungguhnya neraka jahanam itu tempat tinggal seburuk-buruknya" (QR Al-Baqarah 2:206). Dengan sombong teman kita bukan merasa segan malah pelan-pelan meninggalkan kita.
Maka untuk menggapai sifat akhlak mulia, setiap orang Islam (Muslim) harus mendasari keislamannya, minimal sebagai bekal untuk menjalani fungsi hidup kehadirannya di muka bumi, baik sebagai kalifah Allah SWT, manusia harus memiliki pengetahuan dan keterampilan mengenai masalah dunia sehingga dia dapat memfungsikannya secara maksimal.
Allah SWT menyerahkan kepemimpinan di dunia kepada manusia, sehingga manusialah yang bertanggungjawab untuk memakmurkan dunia. Sedangkan sebagai hamba Allah, manusia harus memiliki bekal agar dapat mengabdikan dirinya kepada Allah secara benar. Dan di sinilah sebenarnya tuntunan yang diminta Allah SWT kepada setiap insan yang beriman. Allah SWT berfirman "Hai orang-orang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya dan janganlah kamu turuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu (QR Al Baqarah 2 : 208).
Maka untuk menjadi seorang Muslim yang kaffah seperti tuntunan ayat di atas, ada dua syarat mutlak yang harus dipenuhi setiap insan yang beriman yakni, memiliki ilmu yang cukup, terutama terkait dengan ilmu agama dan mengamalkan ajaran agama sesuai dengan ilmunya. Sukses manusia hidup di dunia adalah perpaduan ilmu dan amaliah yang menjadikan manusia hidup di dunia dalam menjalankan dua peran utama sebagai khalifah Allah SWT. Maka dengan demikian akan tercapai "Akhlak Mulia Menurut Islam". (q)