Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Sabtu, 28 Juni 2025

Pribadi Lilin

* Oleh Islahuddin Panggabean SPd
- Jumat, 27 Juli 2018 22:24 WIB
359 view
Pribadi Lilin
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? (QS Al-Baqarah : 44)

Asbabun Nuzul ayat di atas, disebutkan dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat tersebut turun berkenaan dengan kaum Yahudi Madinah pada waktu itu berkata kepada kaum kerabatnya yang telah masuk agama Islam, "Tetaplah kamu pada agama yang kamu anut (Islam) dan apa-apa yang diperintahkan oleh Muhammad, karena perintahnya benar." Ia menyuruh orang lain berbuat baik, tapi dirinya sendiri tidak mengerjakan.

Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan para rahib Yahudi memerintahkan orang-orang yang mereka nasihati secara tersembunyi dari kalangan keluarga dekat dan para pengikutnya untuk mengikuti Muhammad saw. Namun, para rahib itu sendiri justru tidak mau mengikuti beliau. Dikatakan juga bahwa mereka memerintahkan sedekah namun mereka sendiri tidak bersedekah. Lalu ketika para pengikut mereka itu datang kepada mereka menitipkan sedekah untuk didistribusikan, mereka mengkhianatinya. 

Dari Muhammad ibnu Wasi' ia berkata, "Telah sampai kepadaku berita bahwa sekelompok ahli surga memantau keadaan sekelompok ahli neraka. Mereka berkata kepada ahli neraka, 'Kalian memerintahkan kami untuk melakukan kebaikan yang sudah kami amalkan hingga sekarang kami masuk surga.' Para ahli neraka itu menjawab, 'Dulu kami telah memerintahkan itu kepada kalian, namun kami justru berpaling darinya.'

Orang munafik itu melupakan diri mereka, melalaikan amalan kebajikan yang telah mereka perintahkan pada orang lain. Mereka membaca kitabullah. Padahal Nabi dalam kitab Taurat mereka temukan sifat-sifat Muhammad tercatat di dalamnya. Mereka juga temukan di dalamnya ancaman bagi pengkhianat, meninggalkan amal kebajikan dan ketidaksesuaian antara ucapan dan perbuatan.

Dalam tafsir al-Kasysyaf dijelaskan, bahwa huruf hamzah yang terdapat pada penggalan ayat ata'muruna berfungsi untuk mencaci kaum munafik (istifham taubikhi). Mereka menyuruh orang dekat untuk mengikuti jejak Muhammad, sedang mereka sendiri tidak. Mereka menyuruh jujur, sedang mereka dusta. Tatkala berjanji dan dipercaya, justru berkhianat. Penggalan kalimat "watansauna anfusakum" artinya kalian meninggalkan apa yang kalian perintahkan tentang kebaikan seolah-olah kalian lupa. Penggalan kata "wa antum tatlun al-kitab" untuk mencaci mereka yang telah mengetahui isi kitab Taurat atau ancaman atas pengkhianatan mereka meninggalkan kebaikan dan ketidaksesuaian antara ucapan dan perbuatan.

"afala ta'qilun", pertanyaan yang sebenarnya ungkapan kecaman keras terhadap diri mereka. Pelecehan luar biasa ketika begitu buruknya tingkah mereka, namun mereka tidak memikirkannya. Seolah akal mereka telah tercerabut dari diri.

Ini seperti yang diungkapkan oleh Abd Razzaq dari Ma'mar dari Qatadah, ia berkata, "Bani Israil memerintahkan orang untuk taat dan bertakwa pada Allah, serta berbuat kebajikan. Namun mereka sendiri bertentangan dengan apa yang mereka perintahkan. Oleh sebab itu, Allah mengecam mereka." Oleh karena itu, jelas Ibnu Katsir, barangsiapa memerintahkan kebaikan, maka ia harus orang yang paling bersegera melakukannya. 

Di sisi lain, dari ayat di atas bahwa Allah mengabarkan kepada manusia tentang kewajiban lain yang harus dilakukan oleh penyeru kebaikan atau dai. Bahwa jangan sampai seorang dai itu justru melupakan dirinya sendiri dalam merengkuh kebaikan yang ia sampaikan. 

Sejatinya, ketia ia menyeru manusia kepada kebaikan, maka yang paling utama untuk menerima ialah dirinya sendiri. Sebagaimana ungkapan, "Saat seseorang bicara, maka telinga yang paling dekat menyimak ucapannya adalah telinganya sendiri."

Sungguh, sangat besar kemarahan Allah kepada mereka menasehati manusia tetap tidak dibarengi sedikit pun niat untuk berubah dan mengamalkan apa yang disampaikan. Sebagaimana Allah berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (QS Ash-Shaff : 2-3).

Allah sangat marah dan benci kepada golongan ini. Bagaimana lisan fasih melantunkan ayat dan hadist yang shahih, mata berlinang tatkala menasehati namun hati tertawa menyelisihi. Fenomena ini tidak mungkin terjadi melainkan sebab adanya sifat nifak dalam hati ataupun menjadikan dakwah sebagai jalan mengumpulkan harta duniawi yang fana. 

Pribadi Lilin. Begitu Nabi menggambarkan orang seperti itu. Dalam HR Thabrani, Nabi bersabda, "Perumpamaan orang yang mengajari orang lain kebaikan, tetapi melupakan dirinya (tidak mengamalkan), laksana lilin yang menerangi manusia sementara dirinya terbakar."

Ayat di atas tak berarti melarang orang menyampaikan kebenaran atau berdakwah setelah mengamalkan. Sama sekali tidak. Jika demikian, maka kemungkinan besar tidak akan ada orang yang menyampaikan dakwah. Sa'id bin Jubair pernah berkata, "Jika amar makruf nahi mungkar tidak boleh dilakukan kecuali orang yang sempurna (sudah mengamalkan), maka tidak ada satu orang pun yang dapat melakukannya."

Celaan dalam ayat dibidikkan pada mereka yang tidak ada sedikit pun niat mengamalkan apa yang dia sampaikan bahkan lebih parah jika mengingkari apa yang telah ia dakwahkan sendiri. Dakwah adalah tugas mulia apalagi jika dibarengi aplikasi amal yang disampaikan. 

Ibrahim bin Adham mengatakan "Kita pandai berbicara, namun bodoh dalam beramal". Ini menandakan bahwa mengaplikasikan memang lebih berat datipada membicarakan. Oleh karena itu, sekuat tenaga dan kemampuan, amal kan-lah ilmu yang telah diketahui. Sebab itulah tanda ilmu yang bermanfaat, tanda syukur dan juga pengalir ilmu. Ibnu Qoyyim berkata, "Mengamalkan ilmu adalah penyebab terbesar untuk menghafal dan menguatkannya. Tidak mengamalkan ilmu berarti menyia-nyiakan ilmu itu sendiri. Tidak ada yang bisa mengalirkan ilmu yang lebih besar daripada mengamalkannya. Dan tidak ada yang bisa mencerabut ilmu daripada meninggalkan pengamalannya."

Penutup
Dakwah akan indah jika diikuti dengan pengamalan, baik diamalkan oleh para pendengar lebih lebih oleh pendakwah itu sendiri. Mari berlindung pada Allah dari karakter lilin dan terus berupaya perbaiki diri. Rasulullah Saw memotivasi, beliau bersabda, "Apabila seorang dari kalian memperbaiki keislamannya, maka dari setiap kebaikan akan ditulis baginya sepuluh kebaikan yang serupa hingga tujuh ratus tingkatan, dan setiap satu kejelekan yang dikerjakan akan ditulis satu kejelekan saja yang serupa dengannya." Wallahua'lam. (Penulis adalah Pengurus Gerakan Islam Pengawal NKRI/l) 

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru