Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS Al-Hajj : 37)
Pada hari Raya Idul Adha dan hari Tasyriq, maka kaum muslimin melakukan ritual-ritual ibadah. Selain ibadah haji di tanah suci Makkah, kaum muslimin juga memeriahkan hari raya ummat Islam ini dengan ibadah Kurban. Setiap Masjid sudah membentuk panitia yang menerima dana dari masyarakat yang ingin berqurban tahun ini.
Qurban adalah penyembelihan binatang yang dilakukan pada Hari Raya Haji selepas sholat Idul Adha dan hari-hari tasyriq (11, 12, 13 Zulhijjah) dengan tujuan beribadah kepada Allah Swt. Ibadah Qurban adalah warisan dari syariat Nabi Ibrahim as yang kemudian disyariatkan kembali kepada umat Nabi Muhammad Saw.
Zaid bin Arqam dan para sahabat bertanya pada Rasulullah, "Rasulullah, apakah qurban itu?" Beliau menjawab, "Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim." Mereka menjawab, "Apa keutamaan yang kami peroleh dengan kurban itu?" Beliau menjawab, "Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan." Mereka bertanya lagi, "Kalau bulu-bulunya?" Nabi menjawab, "Setiap satu bulu-bulunya juga satu kebaikan." (HR Ahmad dan Ibnu Majah).
Kata "Qurban" berasal dari akar kata qurb yang berarti dekat "dekat" dimana akhiran an menunjukkan kesempurnaan sehingga bermakna "kedekatan yang sempurna". Dalam istilah keagamaan, kata qurban dapat berarti "seluruh aktivitas dan sarana yang dibenarkan untuk mendekatkan diri kepada Allah."
Manusia khususnya yang beriman diserukan untuk terus mendekatkan diri pada-Nya, terutama karena pada mulanya manusia itu sangat dekat dengan Allah. Sejarah mengungkapkan bahwa akibat tergelincir godaan setan, Adam melanggar aturan. Ia menjauh dari Allah. Allah pun kemudian menyeru manusia untuk bertobat dalam arti "kembali ke posisi semula" yakni berdekatan dengan Allah. Begitupula anak keturunan Adam, diperintahkan untuk terus mendekatkan diri pada Allah. Ingatlah bahwa ketika kita mendekati-Nya maka Dia akan juga lebih mendekati hamba-Nya, "siapa yang datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan datang kepadanya dengan berlari" (Hadis Qudsi).
Salah satu wujud taqarrub ilaAllah adalah menyembelih binatang pada hari Idul Adha. Sehingga ditemukan pemahaman bahwa menyembelih binatang pada hari Idul Adha, seraya membagikan kepada yang lain adalah ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah dengan kedekatan yang sempurna.
Selain itu, Qurban juga berhikmah mengingatkan manusia bahwa ada banyak hal yang membuat manusia terhalang dari Allah, salah satunya kecintaan pada harta benda. Untuk mendekatkan diri pada Allah, harta benda itu harus dioperasikan di jalan Allah. salah satunya adalah dengan berqurban. Abu Hurairah bahkan meriwayatkan ancaman bagi mereka yang tidak berqurban padahal mereka mampu, bahwa Nabi bersabda, "Siapa saja yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berquban, maka janganlah mendekati tempat sholat kami."
Praktik berquban sejatinya bukan hanya khas milik umat Islam. Ummat-ummat lain juga mengenal tradisi tersebut. Hanya saja, cara tujuan, dan sesuatu yang dikurbankan berbeda. Al-Quran memaknai qurban sebagai media untuk mengingat dan mendekatkan diri pada Allah. Hewan qurban diposisikan sebagai media ibadah.
"Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah), (yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan sembahyang dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezkikan kepada mereka. (QS Al-Hajj : 34-35)
Mengenai ayat ke 37 di atas, diriwayatkan Ibnu Juraij bahwa pada masa Jahiliyah ibadah qurban mengalami penyimpangan dimana para penyembah berhala mempersembahkan daging dan darah binatang kurban untuk berhala-berhala mereka. Lalu, para sahabat Rasul berkata, "Jika demikian, kita lebih berhak mempersembahkan daging dan darah kurban untuk Allah Swt." Menyikapi hal ini turunlah ayat di atas yang dengan tegas menyatakan bahwa Allah Swt tidak butuh daging dan darahnya. Daging dan darah tidak akan sampai kepada Allah Swt. Yang sampai kepada-Nya hanyalah ketakwaan dan keikhlasan yang melandasi pelaksanaan kurban.
Sejalan dengan itu, dalam sebuah hadits sahih diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Sungguh, Allah tidak melihat bentuk dan harta kalian. Allah Swt hanya melihat hati dan amal kalian." Sedang dalam hadist lain diilustrasikan Rasulullah Saw bersabda, "Sungguh, sedekah akan jatuh di tangan Allah Yang Maha Pengasih sebelum jatuh di tangan orang yang minta. Dan sungguh darah akan jatuh di sisi Allah sebelum jatuh ke bumi." Hadis-hadis tsb menguatkan kembali kepada kita bahwa Allah tidak butuh darah dan daging kurban. Allah hanya melihat sejauh mana keikhlasan seseorang hamba dalam berkurban demi mendekatkan diri kepada-Nya.
Penutup
Ibadah Kurban adalah ibadah yang sangat agung dalam Islam. Nilai dari kurban bukan pada darah hewan yang disembelih, akan tetapi pada ketaatan manusia pada Allah. Kurban bukan untuk membanggakan diri, akan tetapi ia berarti jika ia dijadikan media menyisihkan harta untuk mendekatkan diri pada Ilahi dan didasari niat ikhlas di hati. Itulah nilai kesempurnaan kurban. Selamat berkurban. Wallahu'alam. (Penulis adalah Pengurus Gerakan Islam Pengawal NKRI/l)