Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Sabtu, 28 Juni 2025

Hidayah Wewenangnya Allah

* Oleh : Islahuddin Panggabean SPd * Staff Media Centre Gerakan Islam Pengawal NKRI
- Jumat, 26 Oktober 2018 16:54 WIB
1.034 view
Hidayah Wewenangnya Allah
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS Al-Qashash : 56)

Dalam Tafsir Maraghi dijelaskan Nabi Muhammad Saw berusaha menyerukan jalan yang lurus kepada orang-orang agar mereka beriman kepada Allah Swt. Namun, usaha tersebut tidak selalu membuahkan hasil, walaupun mereka memiliki hubungan kekeluargaan yang dekat dengan beliau. Sebab, turunnya hidayah bukanlah wewenangnya beliau. Sebagaimana firman-Nya di atas. 

Sebab turunnya ayat cukup terkait dengan wafatnya Abu Thalib, paman Rasulullah Saw. Tatkala Abu Thalib sudah mendekati ajal, Nabi bergegas mendatanginya. Saat itu pula Abdullah bin Abu Umayyah serta Abu Jahal berada di sisinya. Nabi berkata, "Wahai pamanku, ucapkanlah laa ilaha illAllah suatu kalimat yang dapat aku jadikan pembelaan untukmu di hadapan Allah."

Namun, Abdullah bin Abu Umayyah dan Abu Jahal menimpali, "Apakah engkau membenci agama Abdul Muthalib?" Nabi mengulang-ulang ajakannya itu. Tapi mereka berdua juga mengulang kata-katanya itu. Alhasil, sampai akhir hayatnya Abu Thalib enggan mengucapkan kalimat tauhid. Terkait dengan keadaan Abu Thalib, turunlah ayat tersebut. 

Jenis hidayah sendiri ada dua yakni hidayah taufik yaitu Allah menjadikan dalam hati seorang hamba secara khusus untuk menerima petunjuk. Sedangkan jenis hidayah kedua yakni Hidayah al-Irsyad. Hidayah ini bermakna memberi penjelasan dan bimbingan. Hidayah Irsyad ini ditetapkan pada Nabi secara khusus dan da'i secara umum. Ini sebagaimana dijelaskan oleh firman Allah, "Sesungguhnya engkau (Muhammad) hanyalah seorang pemberi peringatan dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi hidayah." (QS Ar-Ra'd : 7)

Adapun Ayat 56 surah al-Qashash di atas turun menjelaskan bahwa Nabi Muhammad Saw sama sekali tidak dapat memberikan hidayah kepada manusia. Hidayah di sini ialah hidayah taufik. Hanya Allah yang punya wewenang memberikan hidayah kepada yang dikehendaki-Nya tepatnya kepada orang yang pantas menerimanya menurut-Nya. 

Dalam Tafsir Tahrir wa Tanwir dijelaskan setelah menerangkan alasan-alasan kaum musyrik mengingkari al-Quran. Allah Swt memberi tahu Nabi Muhammad Saw bahwa kekufuran kaumnya disebabkan mereka mengikuti hawa nafsu sehingga jauh dari petunjuk. Allah Swt juga memberi sanjungan kepada Ahli Kitab yang beriman pada al-Quran. Namun, ada satu hal yang mengganjal di benak Nabi Muhammad Saw ; mengapa kaum musyrik Quraisy tidak mau beriman kepadanya? Beliau tidak bisa menyembunyikan kesedihan akan hal ini. 

Menghibur kesedihan Nabi, turunlah ayat  di atas yang menegaskan bahwa beliau tidak dapat memberi petunjuk kepada orang-orang yang dicintainya (sekalipun),  sebab Allah Swt yang memberi petunjuk kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya.  Allah Swt lebih tahu siapa saja yang menerima petunjuk. Ayat ini hendak menyuruh beliau agar memasrahkan segalanya kepada Allah Swt setelah berjuang menyampaikan pesan-pesan Islam. 

Nabi Muhammad Saw tidak bertanggung jawab atas kekufuran kaumnya sebab tugas utamanya menyampaikan pesan-pesan Islam. Beliau tidak diberi hak untuk memaksakan Islam kepada mereka. Tugasnya hanya memberi kabar gembira bagi orang beriman dan mengancam orang-orang kafir dengan ancaman siksa neraka. Demikian dari Ibnu Asyur. 

Daripada itu, pelajaran yang dapat diambil oleh para da'i dari kesadaran bahwa hidaya hanya wewenang Allah, antara lain. Pertama, membuat da'i  kuat dan tidak putus asa dalam mengajak kepada kebaikan saat mendapat respon negatif dari masyarakat. Kedua, agar mawas diri, bahwa keberhasilan dakwah yang diperolehnya merupakan karunia dan nikmat dari Allah Ta'ala. Sehingga tak menimbulkan 'ujub, takabbur lantaran banyaknya jama'ah atau pengikutnya. 

Demikianlah, bahwa hidayah dari akar kata 'hada' yang berarti petunjuk. Lawan dari 'dalalah' yang berarti kesesatan. Hidayah adalah penjelasan dan petunjuk jalan yang akan menyampaikan kepada tujuan sehingga meraih kemenangan di sisi Allah. 'Merekelah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah yang beruntung" (QS 2 :5).

Pada dasarnya semua manusia diberikan hidayah. Hidayah ini membuat segenap manusia secara alamiah mendapatkan petunjuk untuk memperbaiki dan cenderung untuk berada dalam kebaikan. Kesombongan dan pengaruh masyarakat menjadi penghalang dari hidayah fitriah ini. Ketika ia mengikuti relung pribadinya yang fitri, pada umumnya ia akan mengakui kebenaran. 

Setelah dibekali awal dengan kesucian hati yang fitrah, manusia kemudian diberi hidayah lanjutan, yakni cara untuk mendapatkan kebahagiaan dan kebenaran itu (QS 22:67). Allah menurunkan nabi dan Rasul untuk menegaskan apa yang sudah didapatkan dan juga memberikan syariat kepada manusia. Turunnya nabi sejatinya adalah hidayah juga. Lalu hidayah bentuk lain akan diberikan sebagai bekal agar orang mau memperjuangkan kebenaran (QS 29: 69).

Orang yang tidak menggunakan potensi fitrahnya akan menimbulkan kebutaan hati sehingga mengakibatkan ia tertutup dari hidayah. Kebenaran akan susah menembus kegelapan hati orang seperti itu. Hanya kuasa dan kasih sayang-Nya lah yang membuat hidayah dapat menembus kegelapan hati seseorang (QS 2: 213).

Hidayah itu tidak dapat diberikan berdasarkan keinginan manusia Namun ingat,  ketentuan Allah bahwa mereka yang telah beramal baik dan telah mengikuti fitrahnya umumnya itulah yang akan mendapatkan hidayah yang berkelanjutan, sedangkan orang yang terus ingin berada dalam kesesatan akan tetap seperti itu. Wallahua'lam. (c)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru