Menjadi seorang ayah adalah salah satu status yang akan disandang lelaki dalam kehidupannya, tentunya setelah menjadi seorang suami. Ayah adalah pemimpin dalam rumah tangga. Ia merupakan sosok yang bertanggung jawab tentang keluarga termasuk mengenai pendidikan anak.
Sayangnya, kesibukan ayah sebagai pencari nafkah sering dihubungkan dan dimaklumkan sebagai sebab minimnya keterlibatan ayah dalam perkembangan anak. Tanggung jawab ayah di luar rumah (sektor publik) dinilai membuat ayah tidak punya waktu cukup untuk bersama-sama dengan anak-anak, mengikuti perkembangan apalagi mendidik mereka.
Sebaliknya, ibu bertanggung jawab dengan tugas-tugas domestik, termasuk mendidik anak. Maka hidup subur dalam masyarakat bahwa tugas mendidik anak adalah merupakan tugas ibu. Padahal idealnya ayah dan ibu harus mengambil peranan yang saling melengkapi dalam kehidupan rumah tangga.
Di dalam Alquran, ayah adalah seorang pemimpin dalam keluarga dan dia bertanggung jawab untuk memelihara keluarganya, termasuk anaknya dari api neraka. Firman Allah Swt. "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."(QS. 66:6)
Dari ayat tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa ayah bertanggung jawab mendidik anak-anaknya sebagai salah satu bentuk memelihara mereka dari api neraka. Selain itu, dalam Alquran setidaknya ada beberapa profil ayah yang diungkapkan dalam Alquran.
Pertama, Nabi Ibrahim. Kisah Ibrahim sebagai seorang ayah terdapat dalam surat ash - Shafat ayat 100-102. Ibrahim adalah seorang ayah yang penuh kasih sayang kepada anaknya. Dia memanggil anaknya dengan "ya bunayya", yang kasih sayang dan kemesraan. Selain itu, tergambar pula seorang ayah yang bukan otoriter dengan mengajak dialog anak meski telah mendapat wahyu. Ia bersedia meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anaknya.
Di awal ayat 102 terdapat kalimat "Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya", menurut Buya Hamka keadaan ini ditonjolkan dalam ayat ini untuk menunjukkan betapa tertumpahnya kasih sayang Ibrahim kepada anaknya itu, merasa bangga dan menikmati jika dapat berjalan dan menghabiskan waktu bersama-sama dengan anak. Sementara itu, dalam Surat al Baqarah ayat 131-132 mengungkapkan bagaimana sebagai ayah, Ibrahim senantiasa bernasehat kepada anak-anaknya untuk tidak meninggalkan keislaman. Ia juga senantiasa mendoakan anaknya. Setiap berdoa untuk dirinya, Ibrahim selalu meminta anak keturunannya juga mendapatkan hal yang sama dengan dirinya.
Ibrahim juga ayah yang berdoa agar dirinya dan keturunannya dijauhkan dari syirik (QS Ibrahim :35), menjadi orang yang mendirikan shalat, disenangi orang, diberi rizki dan bersyukur (QS 14 : 37), menjadi orang yang mendirikan shalat (QS 14:40), menjadi pemimpin di dunia (QS 2 :124) dan menjadi umat yang muslim berserah diri (2:128).
Kedua, Syaikh Madyan. Peran sesosok ayah itu tersebut dalam surat QS Qashash ayat 26-27. Dalam kisah tersebut tidak ada dialog berupa nasehat dari Nabi kepada anaknya, akan tetapi sebaliknya adalah "curhatan" anak perempuan kepada ayahnya.
Alquran mengisahkan kedekatan seorang ayah dengan anak perempuannya. Seorang anak perempuan tidak takut bercerita pada ayah. Ayahnya, yang disebut Syaikh Madyan itu memahami perasaan yang tersembunyi di balik kata-kata yang diucapkan anak perempuannya.
Ketiga, Nabi Yakub. Peran Nabi Ya'kub sebagai ayah diuraikan jelas dalam surat Yusuf. Ya'kub merupakan sosok ayah yang lengkap ceritanya dalam Alquran. Ia penuh kasih sayang dengan anak-anaknya. Selain itu, ia juga seorang yang sangat sabar (shobrun jamil) dalam mendidik anaknya meskipun anak telah melakukan sesuatu kesalahan yang sangat besar yakni terkait Yusuf kecil dan Bunyamin. Ia mampu menahan amarah saat berhadapan dengan kelakuan anaknya hingga digelari oleh Allah sebagai Kazhim (mampu mengendalikan amarah). (QS Yusuf :84).
Selain itu, Nabi Yakub adalah ayah yang tetap mendidik anak meskipun mereka telah dewasa, mandiri dan punya kehidupan sendiri, bahkan saat Yusuf telah menjadi penguasa Mesir. Ya'kub tidak berhenti mendidik anak-anaknya hingga ajal menjemput (QS Surat Al Baqarah 133).
Keempat, Nabi Nuh. Dialah seorang ayah yang punya anak yang tidak beriman kepada Allah sebagaimana yang terdapat dalam surat Hud ayat 42-43. Ia gambaran ayah yang tidak pernah bosan mendidik anak sampai ajal menjemput anaknya. Meskipun anaknya durhaka dan memiliki perilaku yang tidak sesuai dengan harapan, kasih sayang Nabi Nuh tetap memanggil anaknya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang "ya bunayya".
Kelima, Luqman. Peran Luqman sebagai ayah diungkapkan dalam surat Luqman ayat 13-19. Luqman adalah ayah yang memberikan nasehat yang diiringi dengan argumen yang baik seperti bersyukurlah kepada Allah, siapa yang bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri. Berbuat baiklah dan bersyukur kepada orang tua, karena ibunya telah mengandung dan menyusuinya dan lain sebagainya.
Penutup
Alquran melalui media cerita telah menampilkan tokoh-tokoh ayah dengan berbagai problem dan konteks baik anak yang baik, jahat dan kafir, anak laki-laki dan perempuan. Profil-profil ayah tentunya sebagai pedoman kaum muslimin untuk lebih mudah berperan tentang bagaimana seharusnya seorang ayah dalam kehidupan anaknya. Semoga dapat menjadi ayah terbaik bagi anak. Wallahu'alam. (q)