Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Jumat, 27 Juni 2025

Puasa Enam, Sama dengan Setahun

Oleh: Fadmin Prihatin Malau
- Jumat, 01 Agustus 2014 09:54 WIB
381 view
Puasa Enam, Sama dengan Setahun
RASULLULAH Muhammad SAW bersabda yang artinya, “Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadan, kemudian diikuti enam hari pada bulan Syawal, maka pahalanya sama dengan puasa satu tahun.” (HR. Muslim).

Hadist Rasullullah Muhammad SAW ini menegaskan bahwa manfaat puasa enam hari pada bulan Syawal itu pahalanya sama dengan pahala satu tahun. Puasa sunnah enam hari pada Bulan Syawal bisa dilaksanakan berurutan (tidak terputus-putus) boleh juga tidak berurutan yang penting enam hari pada bulan Syawal.

Jadi berpuasa enam hari pada bulan Syawal pahalanya sama dengan pahala puasa satu tahun penuh sebagaimana disebutkan dalam hadits itu. Bila orang berpuasa pada Bulan Ramadhan berhak mendapatkan ampunan (maghfirah) dari Allah atas segala dosa-dosanya yang telah lalu maka melakukan puasa sunnat enam hari pada bulan Syawal terjaga dari dosa selama setahun.

Rasulullah Muhammad SAW bersabda yang artinya, “Sesungguhnya apabila orang yang sedang berpuasa berada di tengah-tengah orang-orang berbuka, maka seluruh anggota tubuhnya bertasbih kepada Allah, serta para malaikat mendoakannya: Ya Allah, ampunilah segala dosa dan kesalahannya serta sayangilah dia.” (HR. Ibnu Majah).

Memang ketika melaksanakan puasa enam pada bulan Syawal ketika orang-orang di sekeliling kita makan dan minum sementara kita berpuasa maka satu tantangan yang luar biasa maka wajar mendapat pahala yang luar biasa pula. Puasa enam hari pada Bulan Syawal hukumnya sunnat akan tetapi sangat baik dilakukan, mengingat manfaat yang ada dalam puasa enam pada Bulan Syawal itu akan menyempurnakan kesehatan bagi mereka yang telah melaksanakan satu bulan penuh berpuasa pada Bulan Ramadhan.

Menyempurnakan Kesehatan

Subhannallah. Ketika berpuasa pada bulan Ramadhan ternyata telah menyehatkan tubuh maka berpuasa pada bulan Syawal akan menyempurnakan kesehatan tubuh yang telah diperoleh itu. Meskipun puasa enam hari pada Bulan Syawal tidak diwajibkan, hanya hukumnya sunnat setelah satu hari pada hari pertama Bulan Syawal tidak melakukan puasa maka disunnatkan untuk berpuasa selama enam hari setelah hari lebaran pertama.

Tidak diwajibkan akan tetapi hikmah yang terkandung di dalamnya sangat luar biasa sebagaimana hadist Rasullullah Muhammad SAW yang artinya, “Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan, kemudian diikuti enam hari pada bulan Syawal, maka pahalanya sama dengan puasa satu tahu.”

Puasa selama enam hari pada Bulan Syawal setelah berpuasa selama satu bulan penuh pada Bulan Ramadhan merupakan masa transisi untuk menyempurnakan kesehatan tubuh yang telah diperoleh selama berpuasa pada Bulan Ramadhan. Artinya, dari segi kesehatan sangat tepat untuk dilaksanakan. Masa transisi yang dianjurkan dari segi kesehatan selama satu minggu atau enam hari.

Puasa enam hari pada Bulan Syawal menjadi masa transisi untuk menyempurnakan kesehatan yang diperoleh selama satu bulan penuh melaksanakan puasa pada Bulan Ramadhan. Hal ini telah terbukti secara medis bahwa selama berpuasa pada Bulan Ramadhan, sistem pencernaan sudah dalam kondisi baik yakni sudah dikondisikan bekerja lebih lambat dari biasanya disebabkan adanya perubahan pola makan selama satu bulan penuh di Bulan Ramadhan.

Selama berpuasa satu bulan penuh di Bulan Ramadhan, tidak melakukan makan dan minum pada siang hari atau tidak ada makanan yang diolah oleh lambung pada siang hari dan jenis makanan yang dikonsumsi pada malam hari selama bulan puasa cenderung lembut serta kondisi lambung tenang, tidak bekerja ekstra.

Lantas, ketika usai bulan puasa, masuk Hari Raya Lebaran hal itu tidak dilakukan lagi, terjadi perubahan pola makan karena sudah tidak berpuasa lagi. Sangat berbahaya jika terjadi perubahan yang ekstrim (draktis) pada lambung maka agar perut tidak mengalami shock atau perubahan draktis dibutuhkan masa transisi yakni dengan melakukan puasa enam hari pada Bulan Syawal atau setelah habis Bulan Ramadhan.

Secara medis, masa transisi ini biasanya memakan waktu antara tiga hari hingga satu minggu agar sistem pencernaan yang sudah baik akan terus baik. Artinya, minimal sampai tiga hari setelah tidak berpuasa lagi atau ketika berlebaran, sebaiknya dipilih makanan yang lembut sehingga tubuh dapat beradaptasi.

Selanjutnya dengan memilih makanan yang lembut juga jumlah atau porsi makanan yang dikonsumsi harus dibatasi, disesuaikan dengan kondisi lambung yang baru selesai berpuasa sehingga diperoleh kesempurnaan dari sistem pencernaan.

Fakta yang ada telah membuktikan bahwa ketika Hari Raya Lebaran tiba, biasanya jumlah pasien yang diopname di rumah sakit meningkat dan ketika Hari Raya Lebaran tiba, banyak orang yang kondisi tubuhnya tidak stabil atau sakit.

Menurunnya kondisi kesehatan banyak terjadi karena disebabkan kesalahan pola makan. Biasanya saat Hari Raya Lebaran penyakit yang sering dikeluhkan banyak orang kambuhnya asam urat dan ketika diperiksa ternyata akibat terlalu banyak mengkonsumsi makanan jeroan, daging, santan, makanan berlemak yang membuat sakit pada sendi.

Pada saat Hari Raya Lebaran banyak orang yang meningkatkan kadar trigliserida atau kolesterol yang ketika diperiksa ternyata terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang manis berasal dari kue kering yang umumnya disajikan ketika Hari Raya Lebaran.

Kue kering pada Hari Raya Lebaran umumnya dari bahan keju atau telur yang mengandung lemak maka bagi penderita penyakit asam urat akan kambuh. Begitu juga dengan penderita penyakit diabetes, akan kambuh penyakitnya akibat mengkonsumsi makanan dan minuman yang manis pada saat Hari Raya Lebaran.

Minuman yang disajikan saat Hari Raya Lebaran umumnya minuman sirop dan minuman bersoda. Penyakit yang sering kambuh pada saat Hari Raya Lebaran adalah diare yang disebabkan terlalu banyak makan makanan bersantan dan berlemak. Pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsi ketika berpuasa sebulan penuh pada Bulan Ramadhan sangat berbeda dengan jenis makanan yang dikonsumsi ketika Hari Raya Lebaran.

Umumnya makanan yang disajikan ketika Hari Raya Lebaran banyak mengandung sumber karbohidrat kompleks (nasi atau ketupat), lemak dan protein (opor, gulai) gula, minyak dan garam pada berbagai jenis kue-kue kering dengan rasa manis. Akibat pola makan dan jenis makanan yang dimakan pada saat Hari Raya Lebaran, membuat banyak orang kondisi tubuhnya menjadi menurun dan akhirnya sakit dan banyak yang harus diopname di rumah sakit.

Ternyata bila puasa enam hari pada Bulan Syawal atau setelah hari pertama tidak berpuasa pada Bulan Syawal dapat menyehatkan tubuh dan mendapat pahala puasa yang nilainya sama dengan pahala berpuasa satu tahun penuh. Hal ini sesuai dengan anjuran medis bahwa setelah satu bulan penuh berpuasa pada Bulan Ramadhan maka harus ada masa transisi bagi tubuh agar kesehatan yang telah diperoleh dengan berpuasa satu bulan penuh pada Bulan Ramadhan itu disempurnakan dengan melakukan puasa selama enam hari pada bulan Syawal.

Melaksanakan ibadah puasa enam hari pada Bulan Syawal membantu untuk menjaga diri dari pola makan yang tidak baik. Artinya, dengan berpuasa enam hari pada Bulan Syawal akan menghindari perilaku pola makan yang tidak seimbang. Kebiasaan makan yang tidak baik seperti terlalu banyak mengkonsumsi berbagai kue kering yang tersaji cantik, menggairahkan selera di meja tamu dapat dihindari.

Puasa enam hari pada Bulan Syawal akan mengatur jadwal makan yang baik pada saat Hari Raya Lebaran yang biasanya dibanjiri berbagai macam dan ragam makanan yang porsinya terlalu besar bagi setiap orang. Subhannallah.(Penulis Dosen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Medan, mantan Sekretaris Majelis Kebudayaan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara dan mantan Bendahara Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Tapanuli Utara/c).



SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru