Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Jumat, 27 Juni 2025

Ajaran Agama Islam Mengubah Perilaku Manusia di Dunia

Oleh: Fadmin Prihatin Malau
- Jumat, 15 Agustus 2014 17:07 WIB
1.042 view
Ajaran Agama Islam Mengubah Perilaku Manusia di Dunia
Banyak yang bertanya mengapa Agama Islam diturunkan di Timur Tengah atau pada Bangsa Arab. Mengapa Agama Islam tidak diturunkan di Indonesia. Mengapa? Pertanyaan ini wajar datang dari ummat Islam di Indonesia, begitu juga dengan ummat Islam dari berbagai negara lainnya.

Alasan yang dapat diterima akal mengapa ajaran Agama Islam diturunkan buat Bangsa Arab disebabkan ajaran Agama Islam diturunkan kepada Bangsa Arab karena waktu itu kondisi masyarakat Bangsa Arab merupakan bangsa yang memiliki perilaku jahiliah atau perilaku dehumanisasi (penghapusan nilai-nilai kemanusiaan) dan ketika ajaran Agama Islam datang atau diturunkan kepada Bangsa Arab untuk mengubah perilaku manusia yang tidak manusia (berperilaku "binatang").

Alasan ini sangat tepat dan dapat diterima akal sehinga dengan diturunkan Agama Islam pada Bangsa Arab menjadikan perubahan pada Bangsa Arab itu. Pada dasarnya ajaran Agama Islam yang dibawa Nabi besar Muhammad SAW itu ingin mengubah perilaku manusia di bumi ini dengan cara menyempurnakan akhlak manusia.

Sesuai dengan yang dikatakan Nabi Muhammad SAW bahwa beliau diutus Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak manusia. Hadist Nabi Muhammad SAW yang artinya, "sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia".

Hadist Nabi Muhammad SAW yang mengakui diri menjadi nabi untuk menyempurnakan akhlak manusia ini sebagai dasar bahwa ajaran Agama Islam itu untuk mengubah perilaku manusia dari yang buruk menjadi baik. Dari yang baik menjadi lebih baik atau menjadi sempurna.

Makna menyempurnakan akhlak manusia itu adalah ingin menjadikan manusia itu berakhlak mulia (alkarimah). Dengan manusia berakhlak yang sempurna atau berakhak alkarimah maka perilaku manusia itu akan baik.

Hal ini telah terbukti ketika ajaran Agama Islam diturunkan di Tanah Arab mampu mengubah perilaku masyarakat atau Bangsa Arab yang waktu itu berperilaku jahiliah atau tidak baik dan kemudian berubah menjadi masyarakat atau bangsa yang baik dan beradap.

Dari bangsa Arab yang berubah perilaku hidupnya dari perilaku jahiliah menjadi perilaku yang baik selanjutnya Nabi besar Muhammad SAW juga berhasil membawa manusia di dunia ini menjadi manusia yang baik,manusia paripurna yang akhlakulkarimah, budi pekerti yang luhur.

Fakta yang tidak bisa dibantah bahwa manusia yang memiliki akhlak mulia akan mampu memimpin atau menjadi seorang pemimpin bangsa yang baik di permukaan bumi ini. Hanya manusia yang ber- akhlakulkarimah yang mampu memimpin sebuah rumahtangga yang sakinah, mampu memimpin masyarakat, bangsa dan negara.

Apa bila ada sebuah bangsa dan negara yang ingin menjadi bangsa dan negara yang besar, bangsa yang rakyatnya sejahtera maka harus ada orang-orang atau pemimpin yang berakhlak mulia, ber-akhlakulkarimah. Bila tidak ada yang berakhlak sempurna maka dapat dipastikan bangsa dan Negara itu tidak akan maju, besar dan rakyatnya sejahtera.

Dipastikan para pemimpin bangsa dan negara yang ber-akhlakulkarimah maka di negara itu tidak ada pemimpin yang berlaku curang, zholim akan tetapi hadir para pemimpin yang adil dan bijaksana sehingga bangsa dan negara itu akan maju. Sebaliknya bila pada satu bangsa dan negara para pemimpinnya berlaku curang, korupsi, zholim maka dipastikan akan hancur negara dan bangsa itu serta bisa menghilangkan satu kaum.

69 Tahun Indonesia Merdeka

Bangsa Indonesia pada 17 Agustus 2014 ini berusia 69 tahun dan bangsa yang besar ini butuh para pemimpin yang berakhlak mulia sehingga bisa mensejahterakan rakyat Bangsa Indonesia.

Apa itu akhlak mulia? Pengertian akhlak secara bahasa adalah bentuk jamak dari khulq yang artinya perangai, tabiat, budi pekerti, tingkah laku. Sedangkan secara istilah akhlak adalah kemampuan atau kondisi jiwa seseorang.

Bila akhlak adalah jiwa maka akhlak merupakan sumber dari segala kegiatan yang dilakukan manusia. Akhlak tidak datang begitu saja kepada diri manusia, akan tetapi harus ada yang membimbing, melatih dan melakukan praktek yang berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan.

Bila sudah menjadi kebiasaan maka tidak mudah hilang, melekat dalam jiwa manusia itu. Hal ini penting karena menurut ajaran Agama Islam, akhlak merupakan puncak kesempurnaan manusia. Sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW yang artinya, "Agama adalah akhlaq yang baik" dan "Sebaik-baik manusia adalah  yang terbaik akhlaqnya".

Sabda Rasululah Muhammad SAW ini menunjukkan bahwa akhlak itu memiliki cakupan yang sangat luas yakni hubungan manusia kepada Allah SWT (hubungan vertikal) dan hubungan sesama manusia, hubungan dengan diri sendiri dan hubungan dengan lingkungan serta hubungan dengan alam (hubungan horizontal).

Dari cakupan akhlak yang begitu luas maka akhlak sebagai pengendali, penentu dari kesempurnaan kepribadian manusia. Tidak salah akhlak menjadi penentu dari semua sendi-sendi kehidupan manusia secara total dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Nah, bagaimana melihat akhlak manusia yang sesungguhnya? Banyak orang yang bertanya, manusia yang berakhlak mulia itu bagaimana? Jawabnya, lihat saja tingkah lakunya karena akhlak tidak untuk diucapkan akan tetapi diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak seseorang itu dinilai dari perilakunya, bukan dari pengakuannya.

Perilaku seseorang itu harus diuji keberadaannya. Perilaku yang bagaimana dari seseorang itu. Perilaku yang berakhlak mulia menekankan nilai-nilai luhur, perilaku terpuji, bisa menjadi sistem nilai, memiliki etika hidup, bermoral dan di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Kata kunci dari akhlak mulia manusia apabila manusia itu sudah bertaqwa kepada Allah SWT secara total. Tidak mungkin manusia itu berakhlak mulia jika belum bertaqwa kepada Allah SWT. Inplementasi dari ketaqwaan manusia kepada Allah SWT itu akan melahirkan akhlak mulia.

Buah dari ketaqwaan manusia kepada Allah SWT adalah akhlak mulia. Wujud nyata dari akhlak mulia adalah manusia itu mampu mengendalikan hawa nafsunya, memiliki rasa malu bila berlaku tidak baik. Malu melakukan hal-hal yang tidak baik meskipun tidak ada orang yang melihat perbuatan yang tidak baik itu dilakukannya.

 Manusia yang memiliki akhlak mulia pasti tidak akan melakukan tindak korupsi, tidak akan mencuri, tidak akan berbuat yang tidak baik meskipun tidak ada manusia yang melihat atau mengetahuinya.

Sedangkan tanda-tanda manusia yang berakhlak mulia itu dapat dirasakan langsung oleh manusia itu sendiri. Manusia yang berakhlak mulia akan merasakan ketenangan jiwa. Sebaiknya manusia yang tidak memiliki akhlak mulia senantiasa dalam keraguan, kecemasan dan ingin berbuat tidak baik apa bila tidak diketahui orang lain.

Tanda-tanda manusia berakhlak mulia itu seperti tidak melakukan perbuatan dan perkataan yang sia-sia. Sabar dan tidak pemarah serta dalam kehidupan sehari-harinya tidak rakus kepada dunia, selalu jujur, baik hati dan suka menolong.

Teguh Memegang Amanah

Manusia berakhlak mulia bila diberikan kepercayaan sebagai pemimpin selalu amanah, dapat dipercaya, selalu berprasangka baik, suka toleransi, lapang dada, empati terhadap penderitaan sesama manusia. Seorang mukmin yang berakhlak mulia sebagai sebuah pohon yang membawa banyak manfaat bagi kehidupan.
 
Pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Allah. Manusia berakhlak mulia sudah pasti dekat hatinya dengan Allah SWT karena realisasi dari kesadaran manusia dilandasi iman dan aqidah yang mulia sebab akhlak mulia merupakan pengabdian, kepatuhan dan ketundukan manusia kepada Allah SWT dan akhirnya akhlak mulia membawa manusia kepada kesempurnaan hidup, bahagia dunia dan akhirat.

Tanda manusia berakhlak mulia pasti sangat menyenangkan bagi manusia di sekitarnya, pada lingkungannya maka jelaslah sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah manusia yang memberikan manfaat buat banyak orang. Mari kita (Anda) menilai apakah akhlak manusia Indonesia, ummat Islam itu sudah mendekati atau memiliki akhlak mulia.

Mudah menilai dan melihatnya sebab implementasinya jelas dan tegas dilihat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mulai dari pemimpin sampai kepada semua lapisan masyarakat Indonesia. Mari merenung dan menilai diri sendiri, apakah sudah berakhlak mulia?

Lihatlah berapa banyak para pemimpin di Indonesia hari ini yang tidak merasa malu apa bila melakukan tindak korupsi. Wajahnya tersenyum dan melambaikan tangan kepada orang-orang di sekitarnya, fotonya ditampilkan di suratkabar, wajahnya menghiasi televise dan jejaring media sosial.

Hitunglah berapa banyak para pemimpin negeri ini yang tidak amanah, menyalahgunakan jabatan dan kekuasaan, bertindak zholim. Nah, sebuah negara akan jaya, makmur apabila para pemimpinnya memiliki akhlak mulia. Tidak diragukan lagi bila para pemimpin di Indonesia memiliki akhlak mulia, pasti Negara Indonesia akan jaya, makmur dan sejahtera.

Enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka seharusnya para pemimpin di Indonesia memiliki akhlak mulia agar Indonesia menjadi sebuah negara yang makmur dan sejahtera serta diridhoi Allah SWT. Amin. (Penulis adalah Dosen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, mantan Sekretaris Majelis Kebudayaan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara dan mantan Bendahara Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Tapanuli Utara/c).

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru