Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Jumat, 27 Juni 2025

Simbol Perempuan dalam Alquran

Staf Media Centre Gerakan Islam Pengawal NKRI
Redaksi - Jumat, 20 Maret 2020 21:56 WIB
1.207 view
Simbol Perempuan dalam Alquran
Foto: SIB/Dok
Islahuddin Panggabean
Islam amat menghargai posisi perempuan. Ia diletakkan di posisi terhormat. Islam-lah yang merubah posisi yang tadinya hina menjadi mulia. Menjadi begitu istimewa. Akan tetapi, ada saja yang menghembuskan isu negatif bahwa Islam mengekang wanita, diskrimimatif dan sebagainya.

Padahal jika menilik lebih jauh pada Al Quran, justru Islam memberi kemuliaan dan keleluasaan bagi perempuan yang dapat berlaku sepanjang zaman. Hal itu tergambar dari simbol-simbol perempuan yang terdapat dalam kisah-kisah Al Quran.

Prof Dr Mardan M.Ag (2014) menjelaskan, dalam Al Quran terdapat sejumlah simbol yang menunjukkan makna perempuan, yaitu perempuan sebagai: zauj (pasangan), imra'ah (isteri), umm (ibu), penggembala, dan ratu. Pertama, Simbol zauj (pasangan). Allah Swt menciptakan sesuatu itu berpasang- pasangan, laki-laki dan perempuan, seperti tertera pada QS. al-Dzariyat ayat 49 dan QS. al-Najm 45-46.

Kedua ayat itu bermakna bahwa keduanya (laki-laki dan perempuan) mempunyai kesetaraan, baik dari tujuan penciptaan berpasangan itu, untuk zikir atau mengingat kebesaran Allah maupun dari asal kejadian manusia, kedua pasangan itu bersumber dari nuthfah (air mani).

Sementara sosok perempuan sendiri salah satunya tergambar dari sosok Istri Nabi Adam. Sebagai Zauj Adam (pasangan atau isteri Adam) yang disebutkan dalam Al Quran sebanyak lima kali dengan penyebutan zaujuka, tiga di antaranya merujuk kepada pasangan Adam. Kisah Adam dan Hawa yang banyak diceritakan dalam Al Quran, mengandung makna bahwa adanya persamaan perlakuan dari Allah kepada keduanya.

Yang menarik, Al Quran menepis anggapan bahwa Hawa yang menyebabkan Adam lalai dan melanggar larangan, tidak ada juga kesan dalam Al Quran Hawa-lah yang mengajak suaminya memakan buah terlarang. (Lihat QS Thaha dan QS Al-A'raf 20-24) Islam menegaskan bahwa kaum lelaki dan kaum perempuan adalah sama- sama sebagai wakil Allah di bumi, serta mempunyai tanggung jawab dalam perjuangan mempertahankan kebenaran melawan kebatilan dan syetan.

Kedua, Simbol imra'ah (isteri) terlihat peran perempuan sebagai isteri pendamping suami. Dalam Al Quran dibagi ke dalam tiga kategori; pertama sebagai isteri yang mengkhianati suaminya, meskipun sang suami adalah nabi dan rasul Allah untuk suatu kaum, seperti istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth (QS at-Tahrim : 10),

Kedua, sebagai isteri yang taat pada suaminya, yang memang terdiri atas nabi dan rasul Allah Swt, seperti istri Nabi Ibrahim. Dalam Al Quran disebut sebanyak 2 kali dalam bentuk imra'atuhu (QS. Hud : 71- 73; dan QS. al-Dzariyat, :29-30) dan sekali dalam bentuk 'ahlahu (QS. al-Baqarah :126), dan ketiga sebagai isteri yang menentang kezaliman, meskipun yang berbuat zalim itu adalah suaminya sendiri seperti istri Fir'aun (QS. al-Qashash, 28:9; dan QS. al-Tahrim: 11).

Selain tiga jenis itu, ada pula disebut Imra' ah (isteri) al-Azis (dalam QS. Yusuf :20-51) yakni isteri dari salah seorang pembesar kerajaan Mesir (dalam kisah Yusuf), yang merupakan perempuan cantik, bangsawan, dan hartawan. Ia digambarkan sebagai perempuan tidak terpuaskan hawa nafsunya oleh suaminya sendiri.

Ia berkeinginan menyalurkannya kepada "orang ketiga", serta ia tidak segan membuat tipu daya, karena permintaannya tidak dilayani. Ia digambarkan sebagai simbol agresivitas seksual, ketidakstabilan, dan salah satu tabiat berbahaya perempuan. Satu lagi yang diceritakan Al Quran adalah Imra'ah (isteri) Imran, yang disebut sebanyak dua kali, (QS. Ali Imrân 35 dan 40). Ia adalah ibu dari Maryam yang kemudian Maryam menjadi ibu Nabi Isa a.s. Dengan demikian, isteri Imran adalah nenek Nabi Isa a.s.

Dalam kisah Alquran disebut bahwa Imra'ah (isteri) Imrân termasuk keluarganya dipilih oleh Allah Swt untuk mendapatkan anugerah-Nya, yang melebihi umat yang hidup semasanya. Ia menazarkan anak yang ada dalam rahimnya, menjadi hamba yang semata-mata mengabdi kepada Allah Swt di Bait al-Maqdis.

Karakter-karakter perempuan sebagai istri tergambar di masing-masing kisah dalam Al Quran. Bahwa wanita juga sejatinya punya tugad sebagai mitra kaum lelaki dalam menjalankan misi mereka sebagai khalifah Allah di bumi untuk membangun dan memakmurkan bumi sebagai bagian dari pengabdian kepada Allah Swt.

Ketiga, Simbol umm (ibu), Perempuan sebagai umm (ibu), dalam arti melahirkan dan memelihara bayinya, antara lain diperankan oleh isteri Ibrahim, isteri Imran, Ummi Musa, dan Maryam. Ummi (ibu) Musa dalam Al Quran terdapat sebanyak lima kali (QS al-Qashash :7 dan 10, QS Thaha :38 dan 40 serta QS al-Qashash :13.

Ummi Musa diceritakan sebagai sosok wanita sejati bukan saja sangat menyayangi sang bayi, menyelamatkannya dari ancaman pembunuhan dari penguasa kerajaan, tetapi juga memiliki kepekaan memahami isyarat Allah. Ia juga didera oleh rasa cemas dan takut yang mencekam selama bayi itu belum kembali dalam dekapannya.

Sementara Maryam binti Imran memainkan peran selain sebagai perempuan suci, ia juga sebagai perempuan yang melahirkan dan mengasuh Isa a.s. Dalam Al Quran, Maryam adalah satu-satunya perempuan yang disebutkan namanya. Namanya juga menjadi nama sebuah surah Al Quran yakni surah ke-19 (QS Surah Maryam).

Perempuan itu mempunyai naluri yang sama, di samping sayang anak, juga mempertahankan harga diri dan pendirian, serta kesediaan berkorban untuk membela keluarganya.

Keempat, Simbol penggembala. Dua perempuan penggembala ternak seperti dalam kisah Musa (dalam QS. al-Qashash : 23-27). Kisah Al Quran ini menjadi bukti bahwa pekerjaan wanita muslim di luar rumah dibenarkan oleh agama sepanjang pekerjaan itu tidak dapat dihindari dan tidak harus bercampur dengan orang-orang asing (laki-laki yang bukan mahrom).

Syeikh Mutawalli mengingatkan bahwa mereka bekerja di luar rumah bukan karena pilihan tetapi karena desakan kebutuhan; dan mereka segera menyelesaikan kebutuhan itu dengan cepat. .Pada sisi lain, kedua perempuan itu dalam kisah tersebut menampakkan "gaya berjalan malu-malu". Ini poin keteladanan bagi wanita muslim kontemporer agar tidak menanggalkan rasa malunya meski beraktivitas di luar rumah.

Kelima, Simbol ratu yakni Ratu Saba, seperti dalam kisah Sulaiman a.s (QS. al-Naml: 23-44) mengesankan bahwa perempuan dapat saja terlibat aktif dalam masalah politik, bahkan menjadi kepala negara sekali pun, asalkan tugas utama mereka yakni tugas domestik tidak terabaikan. Malah bisa jadi bercermin pada kisah Ratu Balqis pemerintahan bisa lebih bijaksana, adil, dan dapat memahami kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat.

Penutup
Islam menaikkan derajat perempuan. Alquran menggambarkan perempuan sebagai pasangan laki-laki dalam memakmurkan bumi ini. Memegang peranan dalam masyarakat. Menjadi madarasah peradaban bagi generasi selanjutnya. Begitulah mulianya perempuan. Wallahu a’lam.(c)

SHARE:
komentar
beritaTerbaru