Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Jumat, 27 Juni 2025

PBNU: Tolak Jenazah Pasien Corona Bertentangan dengan Islam

* MUI Imbau Tidak Membawa Jenazah Covid-19 ke Rumah
Redaksi - Jumat, 03 April 2020 22:50 WIB
239 view
PBNU: Tolak Jenazah Pasien Corona Bertentangan dengan Islam
nasional.kompas.com
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj 
Jakarta (SIB)
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof KH Said Aqil Siroj menanggapi adanya penolakan warga terhadap jenazah yang teinveksi virus Corona atau Covid-19. Di mana, kasus ini terjadi di sejumlah daerah, seperti di Depok, Tangerang Selatan, Lampung dan Medan.

Menurut Kiai Said, penolakan tersebut bertolak belakang dengan ajaran syariat Islam tentang kewajiban menghormati jenazah, termasuk pada warga yang meninggal karena terjangkit virus corona. “

"Syariat Islam telah mewajibkan kepada kita umat Islam harus menghormati jenazah sesama umat Islam. Maka siapapun jenazah yang beragama Islam harus kita tangani dengan penuh penghargaan," ujar Kiai Said di kediamannya, Jakarta Selatan, Selasa (31/3) malam.

Pengasuh Pondok Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah ini menjelaskan, semua jenazah umat Islam harus dimandikan dan dikafani dengan syarat-syarat tertentu, kemudian dikubur dengan penuh penghormatan. Menurut Kiai Said, hal itu juga berlaku bagi jenazah yang meninggal akibat Covid-19, dengan syarat harus mengikuti protokol yang ditetapkan ahli medis.

"Tidak boleh diremehkan atau mendapat penghinaan. Nah sekarang masalahnya jenazah yang terkena penyakit menular seperti corona ini. Pertama, dari pihak rumah sakit harus menanganinya dengan betul-betul safety," ucap Kiai Said.

Dia mencotohkan, jenazah terinfeksi corona tersebut juga harus dibungkus plastik, sehingga aman dari penularan wabah tersebut. Setelah diurus oleh pihak rumah sakit, lanjutnya, baru jenazah diantar ke keluarganya.

"Namun keluarga tidak perlu membukanya. Kemudian kita sholati dan kita antar ke kuburan dengan penuh penghargaan seperti kepada jenazah yang biasa,” kata Kiai Said.

Di samping itu, Kiai Said juga mengimbau kepada umat Islam untuk mendoakan jenazah yang terinfeksi corona tersebut agar termasuk dalam kematian yang syahid. “Bahkan mari kita doakan, orang yang meninggal karena Covid-19 ini insya Allah mati syahid. Kita pun mendapat pahala ketika mengantarkan jenazahnya,” jelas Kiai Said.

MUI Imbau
Sementara itu Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas mengingatkan bahwa salah satu tujuan dari kehadiran agama Islam adalah untuk melindungi jiwa mamusia. Islam sangat menghargai jiwa manusia. Karena itu segala sesuatu yang akan mengancam jiwa manusia harus dihindarkan.
"Dalam kasus virus corona, virus ini menurut para ahli adalah sangat berbahaya. Virus ini mudah sekali menular kepada orang lain terutama melalui physical contact," kata dia kepada Republika.co.id, Rabu (1/4).

Untuk memutus mata rantai penularannya, lanjut Anwar, semua masyarakat harus memutus kontak dengan orang yang sudah terkena virus tersebut baik mereka yang masih hidup ataupun dengan mereka yang sudah meninggal. Karena itu, kalau pasien positif corona itu sudah meninggal maka sebaiknya jenazahnya jangan lagi dari rumah sakit dibawa pulang ke rumah.

"Tapi langsung saja ke pemakaman untuk dikuburkan. Memang hal ini terasa tidak enak apalagi oleh keluarga tetapi tujuannya adalah untuk kebaikan bagi masyarakat dan keluarga yang ditinggalkan agar mereka tidak tertular oleh virus yang masih ada pada jasad jenazah bahkan mungkin juga pada kafan dan pembalut dari mayit," ucap dia.

Anwar menjelaskan, kaidah dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh para ulama dalam menghadapi masalah ini yaitu meninggalkan kemafsadatan atau bahaya harus didahulukan dari mengambil kemaslahatan yang mungkin bisa didapat. Dalam kondisi di mana terjadi penolakan dari suatu masyarakat terhadap dibawanya jenazah ke tengah-tengah mereka jangan kemudian membencinya atau menunjukkan ketidaksukaannya pada kehadiran jenazah tersebut.

Tetapi maksudnya adalah bagaimana supaya virus yang telah membuat yang bersangkutan meninggal tidak berkembang dan menular ke tengah-tengah masyarakat termasuk kepada keluarganya sendiri.

"Bagaimana pun juga dalam masalah ini pertimbangan medis sangat diperlukan. Kalau aman dan dijamin keamanannya ya silahkan tapi kalau tidak ya saya menganjurkan supaya keselamatan orang banyak dan keselamatan orang yang hidup agar tidak tertular ya harus didahulukan," ujarnya. (Rep/c)


SHARE:
komentar
beritaTerbaru