Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Jumat, 27 Juni 2025

Mengisi Sya’ban Saat Stay at Home

Staf Media Centre Gerakan Islam Pengawal NKRI
Redaksi - Jumat, 03 April 2020 22:59 WIB
263 view
Mengisi Sya’ban Saat Stay at Home
Foto SIB/Dok
 Islahuddin Panggabean
Anas bin Sirin mengatakan, "Sampai berita kepada kami bahwa Masruq lari dari wabah penyakit tha'un di Kufah. Mendengar hal itu, Muhammad mengingkari berita tersebut seraya mengatakan, "Mari kita mendatangi keluarganya untuk meminta keterangan."
Lalu, kami pun masuk menemui keluarganya dan kami bertanya tentang berita tersebut (bahwa Masruq lari dari wabah penyakit tha'un di Kufah). Keluarganya pun menjawab, "Sekali-kali tidak. Sungguh, berita itu tidak benar. Masruq tidaklah lari dari wabah penyakit tersebut, (tetapi hanya berdiam diri di rumah).

Masruq menyatakan (tentang berdiam dirinya dia di dalam rumah di masa tha'un), "Hari-hari ini adalah hari-hari yang menyibukkan (berat). Oleh sebab itu, aku ingin menyendiri beribadah." Setelah itu, beliau menyendiri untuk beribadah.
Istrinya berkata, "Aku sering duduk di belakangnya, menangis melihat apa yang dilakukan kepada dirinya sendiri. Dia terus-menerus salat hingga kedua kakinya bengkak."

Istrinya juga berkata, "Aku mendengar Masruq mengatakan, 'Tha'un, penyakit perut, melahirkan, dan tenggelam; barang siapa meninggal karenanya dalam keadaan muslim, baginya (pahala) syahid." (Thabaqat Ibnu Sa'd, 6/81).
Kisah di atas sejatinya menjadi pelajaran bagi kaum muslimin, agar momentum 'Stay at Home' yang dialami saat wabah terjadi harus membawa dampak positif. Masruq telah mencontohkan bagaimana ia mengisi hari-hari dengan ibadah kepada Allah Swt. Tidak melulu mengisi hari dengan ketakutan yang berlebihan.

Apalagi saat ini, kita sudah memasuki bulan Sya'ban. Sya’ban adalah bulan ke-8 dalam tahun Hijriyah. Dia terletak di antara 2 bulan yang dimuliakan yakni bulan Rajab dan Ramadhan. Sebagaimana diketahui bahwa bulan Rajab merupakan salah satu bulan Haram sedangkan Ramadhan ialah bulan diturunkannya al-Quran serta dilaksanakannya rukun Islam ketiga yakni Shaum.

Secara bahasa kata Sya’ban diambil dari kata asy-syi’bu yang berarti jalan gunung, yakni jalan pendakian kebaikan. Syariat Islam menjadikan bulan Sya’ban sebagai bulan menyiapkan segala persiapan dan bekal menuju bulan Ramadan.

Selain itu, menurut hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad dan an-Nasa’i, Nabi bersabda bahwa Sya’ban adalah bulan dimana amal-amal diangkat pada Rabb Semesta Alam, maka aku (Nabi) suka jika amal diangkat dalam kondisi berpuasa.

Oleh karena itu, setidaknya ada beberapa amalan yang bisa dilakukan dalam mengisi Sya’ban saat "di rumah aja", di antaranya, memperbanyak puasa. Berdasar riwayat shahih bahwa Rasulullah saw. berpuasa pada sebagaian besar hari di bulan Sya’ban. Aisyah ra. ,“Tak kulihat Rasulullah saw. Menyempurnakan puasanya dalam sebulan penuh, selain di bulan Ramadhan. Dan tidak aku lihat bulan yang beliau paling banyak berpuasa didalamnya selain bulan Sya’ban. (HR Bukhori Muslim)

Setidaknya berpuasa di bulan Sya’ban menjadi utama karena beberapa hal. Pertama, amal-amal manusia (tahunan) sedang diangkat ke hadapan Allah. Kedua, penyambutan terhadap datangnya bulan Ramadan. Karena pada umumnya ibadah-ibadah kerap dimulai oleh semacam pembuka. Sholat diawali dengan thaharah, haji diawali dengan persiapan ihram. Bahkan Imam An-Nawawi berpendapat dalam Syarh Shahih Muslim bahwa puasa Sya’ban seperti sunnah rawatib bagi puasa Ramadan. Untuk sholat, ada rawatib qabliyah dan ba’diyah. Untuk Ramadan, qabliyahnya puasa Sya’ban dan ba’diyahnya 6 hari Syawal.

Adapun hikmah lain bila berpuasa di bulan Sya’ban adalah akan membuat tubuh mulai terbiasa untuk melakukan ibadah puasa, sehingga kondisi tubuh bisa optimal kala Ramadan tiba. Karena sering di awal bulan Ramadan banyak tenaga habis untuk penyesuaian diri, padahal tiap menit bahkan detik pada bulan mulia ini sangat berharga.

Kedua, memperbanyak amalan sholih. Di bulan Sya’ban kita dianjurkan memperbanyak amalan sunnah seperti membaca Al-Quran, berzikir, berdoa, beristighfar dan memperlajari fiqh Ramadan sebagai bekal. Abu Bakar al-Bakhi mengatakan, “Rajab adalah bulan menanam, Sya’ban adalah bulan menyirami dan Ramadan adalah bulan memanen”. Oleh karenanya, Sya’ban ialah bulan untuk terus membiasakan berbuat baik hingga di Ramadan, kebiasaan itu telah melekat dalam diri.

Dalam Sya’ban dianjurkan perbanyak doa, sebagaimana Nabi mengajarkan doa “Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami ke Ramadan” Begitujuga para salafusholih mengisi bulan Sya’ban dengan banyak berdoa agar sampai ke Ramadan “Allahumma Sallimnii ilaa Ramadan”.

Sya’ban juga harus diisi dengan banyak beristighfar dan taubat. Menyucikan diri dari dosa serta membersihkan hati dari sifat-sifat buruk. Sya’ban juga momentum untuk memperbaiki hubungan antar sesama, baik anak dan orangtua, istri dan suami serta kepada orang lain. Sebagaimana di maklumi 3 golongan yang ditolak Ramadan ialah anak yang durhaka, istri durhaka dan orang yang saling bermusuhan.

Penutup
Dalam hadist, Nabi mengingatkan bahwa Sya'ban adalah bulan yang sering dilalaikan insan padahal bulan di antara Rajab dan Ramadan. Ia adalah bulan di mana amal-amal diangkat kepada Rabb Semesta Alam. Oleh karena itu, momentum Stay at Home haruslah membuat kita mengisi Sya'ban dengan lebih berkualitas. Wallahua'lam. (c)

SHARE:
komentar
beritaTerbaru