Sleman (SIB)
Banyaknya orang yang terjangkitCoronavirus Disease 2019 (Covid-19) menimbulkan banyak pula kecemasan dan kegelisahan. Bagi umat Islam, pandemi cukup dikenal karena beberapa kali dikisahkan terjadi pada masa Rasulullah SAW.
Pada zaman Nabi MuhammadSAW telah terjadi beberapawabah yang menulari banyak orang. Direktur Pondok Pesantren Universitas Islam Indonesia (UII), Dr Asmuni, mengatakan, sejumlah wabah yang pernah terjadi memang tidak mematikan.
Namun, pada masa itu wabahyang terjadi turut menular pula dengan cepat dan menyebabkanbanyak orang terkenadampaknya. Berdasarkan catatan sejarah pada masa itu, wabah yang sering terjadi merupakankusta atau lepra.
Sebagai tindakan pencegahan,Rasulullah memerintahkan untuk tidak berdekatan denganpenderita maupun wilayah yang terkena wabah. Konsep karantina wilayah ini seperti diungkapkannya dalam hadits riwayat Bukhari.
Hadits itu berbunyi, jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah maka janganlah kalian memasukinya. Namun, jika terjadi wabah di tempat kamu berada maka jangan tinggalkan tempat itu.“Dalam menghadapi wabah penyakit, Nabi Muhammad SAW memberikan konsep karantina untuk menyelamatkan nyawa manusia dari ancaman kematianakibat wabah penyakit menular,†kata Asmuni, Selasa (21/4).
Asmuni menuturkan, sepanjangsejarah umat manusia sebelum lahirnya pengobatan modern, wabah selalu ada dan datang silih berganti. Seperti Covid-19 yang ada pada masa sekarang yang datang dengan cepat dan secara tiba-tiba.Ia berpendapat, Covid-19 mencerminkan universalitas semesta dengan segala kekuatandan keadilannya sekaligusmemperlihatkan universalitasmanusia dengan segala kelemahan dan kezalimannya.
“Virus ini berperilaku adil, tidak memilih sasaran mempertimbangkanstatus sosial, bisa mengancam kehidupan orang miskin dan orang kaya, rakyat biasa maupun penguasa, orang bodoh maupun orang intelek,†ujar Asmuni.
Ia merefleksikan sifat Covid-19 yang tidak pandang bulu, masuk melalui jendela rumah sederhana dan jendela istana. Virus ini membuat orang mulai memikirkan kematian, sesuatu yang selama ini sering diabaikandan jarang dipersiapkan.
Asmuni berpendapat, selain akan mengubah sikap keberagamaan,Covid-19 membuat manusia terpecah menjadi dua kutub, yaitu kutub sehat dan kutubsakit. Malah, bisa jadi virus ini pula yang akan mengubah peta politik global.
Oleh karena itu, ia menilai, negara yang kredibel selepas Covid-19 tidak lain merupakan negara yang mampu memberi solusi medis yang fungsional dan efektif. Hal ini sekaligus menantang ahli-ahli untuk melakukan penelitian lebih lanjut.“Penelitian dilakukan dalam rangka ikhtiar untuk menyelamatkannyawa manusia, tidak terkecuali ilmuwan-ilmuan Muslim,â€kata Asmuni. (Rep/p)