Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Jumat, 27 Juni 2025

Silaturahim, Kunci Kesuksesan Pembinaan Umat

- Jumat, 09 Januari 2015 17:44 WIB
215 view
Jakarta (SIB)- Banten merupakan provinsi dengan warisan budaya Islam yang sangat luhur. Lihatlah, ada banyak bangunan bersejarah yang hingga kini masih tegar berdiri, disamping beberapa pusat ziarah keagamaan, eksistensi pesantren dan kontribusinya terhadap pendidikan dan dakwah Islam. Disamping itu, Banten juga memiliki nilai strategis dilihat dari politik, ekonomi maupun budaya. Karena hal itu pulalah, Banten selain sangat kaya dengan SDA dan warisan budaya, juga sangat rentan akan tumbuhnya radikalisme.

Hal ini mengemuka dalam Sarasehan Penanggulangan Radikalisme berbasis Agama yang diselenggarakan Ditjen Bimas Islam di Banten, Selasa (16/12) bertempat di Aula Kanwil Kemenag Provinsi Banten. Di hadapan 200 peserta dari unsur polisi, pemda, ormas Islam, pesantren dan Kemenag Kabupaten/Kota se-Banten, presentasi disampaikan oleh narasumber diantaranya Polda Banten, PW NU Banten dan MUI Banten.

Dr. Amas Tajuddin, MM dari PWNU Banten memaparkan bahwa gerakan radikal merupakan ancaman nyata. Menurutnya, gerakan radikal tumbuh melalui berbagai gerakan, termasuk dalam bungkus kelompok keagamaan, seperti kampus, pengajian hingga masjid. Hal ini, lanjutnya, karena Indonesia dipandang sebagai kekuatan besar yang dapat mempengaruhi dunia Islam.

“Gerakan radikal ini akan menggunakan berbagai cara untuk terus tumbuh, bahkan melalui kedok agama sekalipun. Ini harus kita waspadai,” ungkapnya.

Sekretaris MUI Kota Serang ini juga menegaskan memaparkan pentingnya penyampaian Islam yang moderat. Menurutnya, akibat paham Islam yang ekstrim, tak jarang terjadi pembunuhan padahal sama-sama Islam, sama-sama bertakbir, saling menghancurkan. Dalam konteks keindonesiaan, lanjutnya, benih-benih radikalisme telah nampak dan bisa mengancam kedamaian. Karena itulah, moderasi Islam merupakan sebuah keniscayaan.

Dr H AM Romli, Ketua MUI Provinsi Banten, menegaskan pentingnya langkah bijak dan pemerintah menyikapi potensi konflik di masyarakat harus segera disikapi dengan bijak oleh para pengambil kebijakan. Menurutnya peran tokoh agama harus dimaksimalkan, karena para tokoh agama ini memiliki ikatan emosional yang kuat dengan umat. Para tokoh agama akan sangat didengar ucapannya. Untuk itu para tokoh agama harus dilibatkan secara aktif dalam persoalan yang muncul di masyarakat.

“Apapun alasannya, radikalisme tetaplah tidak mendapatkan legalitas dalam Islam. Makanya salah besar jika radikalisme dialamatkan pada Islam. Justru Islam sangat bertentangan dengan radikalisme yang identik dengan kekerasan dan menimbulkan kekacauan,” ungkapnya.

Senada dengan hal tersebut, Dr HM Syamsuddin dari PW Muhammadiyah Banten menegaskan pentingnya silaturahim antar tokoh agama dan ormas Islam dalam pencegahan bahaya radikalisme. Menurutnya, sejak dahulu tokoh-tokoh Banten meski berbeda organisasi namun memiliki semangat silaturahim yang kuat, saling menguatkan dan memotivasi satu dengan lainnya.

Lebih lanjut, tokoh yang juga dosen SMH Banten ini mengingatkan pentingnya pelibatan komunitas dalam pembinaan gerakan radikal. Pencegahan radikalisme berbasis komunitas meniscayakan adanya kerjasama pembinaan, pengawasan dan sangsi perilaku radikalisme dan dilakukan secara berkesinambungan antar komunitas gerakan keagamaan.

“Spirit kebersamaan, saya kira ini sangat penting dalam pencegahan radikalisme. Lalu, kita perlebar wawasan keislaman, moderasi Islam, ini akan mencegah penyebaran gerakan radikal,” pungkasnya. (bimasislam/d)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru