Jakarta (SIB)- Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia KH Ma’ruf Amin mengatakan lembaganya menginginkan adanya kesamaan pandang antartokoh politik Islam, baik dari partai politik berbasis massa Islam maupun di luar partai politik Islam, untuk menghadapi liberalisasi.
“Kami ingin adanya kesamaan pandangan di antara tokoh politik Islam bahwa sebenarnya kita menghadapi liberalisasi ekonomi dan sekularisasi,†katanya di Kantor MUI Pusat, Jakarta, Kamis.
Oleh karena itulah, MUI menggelar Kongres Umat Islam Indonesia ke-VI di Yogyakarta pada Februari 2015 untuk penyamaan pandangan itu.
Dia menjelaskan masalah liberalisasi ekonomi dan sekularisasi itu bermuara pada bidang politik sehingga dibutuhkan langkah-langkah politik dari pemangku kebijakan.
Untuk itu, katanya, ada urgensi kesamaan pandangan di antara tokoh politik Islam itu agar bisa diambil keputusan strategis untuk mengatasi masalah umat tersebut.
“Hal-hal itu harus disamakan persepsinya terlebih dahulu bahwa itu membahayakan ekonomi nasional Indonesia dan apabila terjadi maka yang menjadi korban adalah umat Islam karena mayoritas,†ujarnya.
Menurut dia, masih adanya konflik kepentingan di masing-masing partai politik juga akan dibahas agar bisa ditemukan jalan keluar.
“Akan ada semacam kaukus untuk melihat bahwa itu persoalan umat dan bangsa,†katanya.
Ma’ruf Amin tidak menampik masih adanya perbedaan mazhab masing-masing tokoh, namun hal itu tidak boleh terjadi ketika menyangkut hal strategis.
Ketua MUI sekaligus Panitia Pengarah KUII ke-VI, Slamet Effendy Yusuf, mengatakan akan mengundang beberapa pemimpin partai politik yang memiliki basis masyarakat beragama Islam.
Dia mengatakan mereka akan diundang untuk membicarakan penguatan politik Islam, namun tidak keluar dari kerangka kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.
“Kami ingin mereka membicarakan bagaimana meletakkan diri secara tepat bagi penguatan politik Islam, namun tidak keluar dari kerangka Pancasila,†ujarnya.
Dia menilai politik Islam tidak hanya dilakukan parpol berbasis massa Islam namun banyak elemen non partai memiliki pemikiran jernih tentang peran menyatukan umat.
Slamet menegaskan langkah itu tergantung bersatunya Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah dalam pemikiran serta langkah politik ke depan di masing-masing parpol berbasis massa Islam.
(Ant/f)