Jakarta (SIB)- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan dunia Islam yang saat ini mengalami keterpurukan perlu berkomitmen menjadikan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai kekuatan pendorong ke arah kemajuan.
“Dalam hadits disebutkan jika ingin menguasai dunia, maka kuasailah ilmu,†kata Din yang menjadi pembicara kunci pada seminar “The Role of Islamic Universities in Driving Forward the Awakening of Islamic World†di kampus Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) di Jakarta, Kamis.
Dikatakan Din, beberapa dekade ini dunia Islam hanya jadi konsumen produk-produk iptek dunia Barat, karena itu sudah saatnya dunia Islam bangkit dan menggalakkan riset sehingga juga bisa menjadi produsen iptek untuk kemaslahatan umat manusia.
Menurut dia, universitas-universitas Islam perlu didorong agar menjadi pusat unggulan iptek, karena universitas memiliki sumber daya manusia, faktor utama untuk mencapai kemajuan.
Negara-negara Muslim, ujarnya, memiliki empat kekuatan untuk maju, yakni nilai-nilai Islam, sejarah kekayaan masa lalu, sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Sementara itu, pakar sejarah Islam dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidyatullah Jakarta, Prof Dr Azyumardi Azra menyatakan bahwa kebanyakan negara-negara Muslim saat ini faktanya merupakan negara-negara yang lemah dalam iptek.
Kebanyakan mereka hanya negara-negara yang perekonomiannya mengandalkan bahan alam mentah, pertanian atau pertambangan, sedangkan sektor manufaktur yang memproduksi barang bernilai tambah hanya sedikit porsinya dalam perekonomian mereka, katanya.
“Ini sangat ironis jika dibandingkan dengan pencapaian kaum Muslim di masa lalu (abad ke-8 hingga abada ke-11) yang kontribusinya sangat besar bagi perkembangan iptek di masa pencerahan dunia barat hingga masa kini,†katanya.
Sejak abad ke-12 banyak kaum Muslim terjerembab dalam ortodoksi Islam yang hanya menganggap ilmu agama saja yang penting untuk dipraktikkan dalam kehidupan keagamaan, sedangkan ilmu pengetahuan lainnya diabaikan, ujarnya.
“Dikotomi antara ilmu relijius dan ilmu nonrelijius masih banyak kita lihat di negara-negara muslim sekarang ini, termasuk di Indonesia. Diktomi ini tak diragukan bertanggung jawab dalam kemunduran ilmu pengetahuan di dunia Islam,†katanya.
Sementara Rektor Uhamka Prof Dr Suyatno mengatakan, Uhamka memiliki obsesi menjadi perguruan tinggi kelas dunia dengan antara lain menggandeng Universitas Omdurman, Sudan bekerja sama.
Seminar tentang Islam dan Iptek ini selain dihadiri oleh praktisi pendidikan dari Sudan, juga dihadiri perwakilan dari negara-negara Islam lainnya seperti Mesir, Maroko, Saudi Arabia, Qatar, Kuwait, hingga Afghanistan.
(Ant/x)