Medan (SIB)- Persis di Maret 2015 ini, sepuluh tahun sudah kondisi masjid Al Furqon Jalan Sirau Nomor 1 Kota Gunung Sitoli, Nias masih memprihatinkan. Pasca gempa berkekuatan 8,5 SR yang terjadi 28 Maret 2005 atau 10 tahun lalu, sehingga masjid kebanggaan umat Islam Nias hancur, ternyata sampai saat ini tak kunjung terbangun juga.
Masjid Al Furqon yang dulu berdiri tiga lantai dengan kubah tinggi, menjadi ikon kebanggaan umat Islam Nias dan menjadi petunjuk masyarakat ketika berada di laut saat mencari ikan. Masjid ini berdiri sekitar tahun 1950 han lalu dan seolah menorehkan tinta emas perkembangan Islam di kepulauan Nias.
Tapi kini kondisinya tanpa kubah, tanpa jendela, dengan dinding yang belum dirapikan dan atap masih terbuka lebar. Di halaman samping masjid terlihat rumput liar mulai tinggi, tanda sangat jarang aktivitas umat di halaman masjid.
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun menunjukkan bahwa, gempa 8,5 SR yang terjadi di Nias selain menyebabkan infrastruktur di kawasan itu hancur, termasuk 33 masjid, surau dan musala. Dan dalam perjalanannya sekarang ini, paling tidak masih ada 10 masjid di Nias yang kondisinya masih memprihatinkan.
Umat Islam di Nias secara keseluruhannya mencapai 60.000 jiwa lebih. Dan di Kota Gunung Sitoli menjadi daerah terbanyak umat Islam yakni sekitar 35 persen atau 17 persen dari jumlah penduduknya.
Sedangkan masjid tertua dan menjadi ikon keberadaan Islam di kepulauan Nias itu, nasibnya jauh berbeda. Hanya lantai dasarnya yang dipadakan umat Islam setempat untuk melaksanakan salat lima waktu, sedang lantai dua dan tiga masih terbuka.
Ketua Badan Kenaziran Masjid Al Furqon, Wilman Harepa mengakui bahwa harapan utama umat Islam Nias adalah agar Masjid Al Furqon dapat kembali berdiri megah di jantung kota Gunung Sitoli.
Diakui Wilman bahwa untuk pembangunan masjid ini membutuhkan dana tidak sedikit, yaitu berkisar Rp 5 miliar lebih. Dan cukup banyak tantangan yang harus dituntaskan agar pembangunan dapat berjalan seperti yang diharapkan.
Dijelaskannya, Masjid Al Furqon berada di atas tanah seluas 50X40 Meter persegi, awalnya memiliki sarana pendukung seperti Taman Pendidikan Quran dan Raudatul Athfal (RA) Al Furqon. Namun karena hancur, TPQ terpaksa menumpang di Perguruan Al Washliyah sampai sekarang.
“Dukungan dari umat Islam Nias di manapun berada, pemerintah, dan lembaga terkait sangat dibutuhkan agar pembangunan masjid ini dapat terlaksana,†ucap Wilman.
Direktur Program Pembangunan Masjid (PPM) Yayasan Rumah Infaq, Yusman Dawolo S.KomI mengakui bahwa harapan umat Islam Nias agar Masjid Al Furqon dapat terbangun kembali. “Kami prioritaskan pembangunan Masjid Al Furqon dapat terealisasi dalam waktu dekat ini. Karenanya dukungan dari umat Islam, pemerintah Nias dan Pemprovsu, donatur maupun pihak terkait lainnya sangat dibutuhkan,†kata Yusman.
Yusman mengakui bahwa keinginan umat Islam Nias agar Masjid Al Furqon dibangun kembali. Dan untuk menjawab harapan itu, PPM Yayasan Infaq akan secara terus menerus mengumpulkan infaq, sedekah dan bantuan dari umat Islam Nias khususnya dan umat Islam di seluruh Indonesia umumnya.
Yusman menyampaikan untuk mendukung program pembangunan, PPM Yayasan Infaq bersama BKM Al Furqon dan umat Islam Nias melaksanakan Tablig Akbar menyambut Tahun Baru Islam pada tanggal 8 November 2014 lalu di Lapangan Merdeka Gunung Sitoli serta berbagai kegiatan lainnya.
Dukungan, bantuan, perhatian dan doa dari pemerintah, dermawan, umat Islam di Nias dan di manapun berada sangat diharapkan agar pembangunan Masjid Al Furqon yang sepuluh tahun tak kunjung selesai, akan dapat terlaksana seperti yang diharapkan bersama.
“Kerinduan umat Islam Nias bisa kembali memiliki masjid yang indah dan menjadi pusat kemajuan dan kegiatan keagamaan umat semoga dapat segera terlaksana,†kata dia.
(R10/i)