Jakarta (SIB)- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menggelar Halal Bihalal Idul Fitri 1436H bersama pejabat dan pegawai Kementerian Agama, pengurus dan anggota Dharma Wanita, pimpinan Bank Mitra Kemenag di Auditorium HM Rasjidi Kantor Kemenag Jalan MH Thamrin Nomor 6 Jakarta, Kamis (23/7). Menag dalam sambutannya mengatakan bahwa Halal Bihalal ini adalah khas Indonesia, ini adalah sebuah istilah yang khas nusantara, ini sulit ditemukan di negara lain, kecuali di tanah air ini.
Menag menceritakan, bahwa halal bihalal ini digagas oleh Menag Wahab Hasbullah yang saat itu negara dalam kondisi yang belum stabil pasca kemerdekaan, sehingga halal bihalal menjadi medium yang bisa menyatukan elemen pemimpin bangsa.
“Sesungguhnya, term halal bihalal dalam konteks tertentu terutama dalam kaidah bahasa Arab dinilai keliru, tapi esensinya ini adalah wujud manifestasi doa Rasululah, yaitu Idul Fitri adalah sebuah hari raya yang mudah-mudahan kita semua mampu kembali ke kemanusiaan fitrah kita, yaitu manusia yang suci karena selama satu bulan penuh kita dilatih menempa diri mengendalikan hawa nafsu,†terang Menag.
Dikatakan Menag, hawa nafsu adalah posisi terendah dalam konteks manusia, sehingga Tuhan kemudian menjadikan puasa sebagai upaya mengendalikan hawa nafsu. Dan halal bihalal adalah upaya kita mencapai kesucian setelah secara vertikal memohon ampunan untuk kembali suci.
“Suci tidak cukup hanya di hadapan Tuhan, tapi juga di hadapan manusia, agar hubungan kemanusiaan tetap terjaga. Dengan demikian, kita berhasil menjadi golongan yang memiliki jati diri dan kesuksesan kemenangan dalam mengendalikan hawa nafsu,†ujar Menag.
Kepada seluruh keluarga dan aparatur Kemenag, Menag mengajak agar meningkatkan kinerja dengan integritas kita. “Saya merasa perlu untuk mengingatkan pentingnya integritas, karena ini adalah ruh Kemenag, karena Kemenag menyandang kata agama, tidak ada institusi yang menggunakan kata agama selain Kemenag. Karena agama intinya adalah akhlak dan prilaku,†kata Menag.
Hadir dalam acara tersebut seluruh pejabat di lingkungan Kemenag Pusat, Staf Khusus, Penasehat DWP Kemenag Ibu Trisna Willy Lukman Hakim, Ketua dan Pengurus DWP, sejumlah pimpinan Bank Mitra Kerja Kemenag.
Kegiatan Halal Bihalal Idul Fitri ini merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan sejak bulan Ramadan, seperti dilaporkan Kepala Biro Umum Syafrizal sejumlah kegiatan digelar dalam mengisi Ramadan di antaranya pelatihan Khatib Jumat, Shalat Dzuhur bersama dengan Kultum oleh pejabat Kemenag di setiap Mushala unit Eselon I.
Menag mengapresiasi prakarsa dan inisiasi jajaran Kesekjenan terhadap kegiatan yang digelar untuk memeriahkan Ramadan ini. Namun, Menag menyarankan agar juga diadakan pelatihan memimpin tahlilan, karena ujar Menag, persepsi masyarakat bahwa pegawai Kemenag mampu dan paham agama.
Ia menceritakan sebuah kejadian yang tidak boleh terulang, ada seorang pemimpin tahlilan yang tidak tahu cara menghentikan saat peserta tahlilan yang melafadzkan kalimat “Laailahailallahâ€, semakin cepat dan keras lafadz tersebut dilafadzkan peserta, pemimpin tahlilan tersebut semakin kalut karena tidak tahu cara menghentikannya. “Sehingga kemudian pemimpin tahlilan tersebut berteriak “berhenti!,†cerita Menag yang disambut riuh tawa hadirin.
Sementara itu, dalam tausiyahnya, ustadz Zaky Mubarok menyampaikan bahwa Halal bihalal itu isinya adalah al’afwu bil ‘afwi, kebiasaan kita menjadikan (halal bihalal) sebagai ajang silaturahim sebagai hal baik yang juga ditiru negara lain.
“Halal bihalal, adalah ajang praktis yang bisa mempertemukan banyak kaum muslim,†ucap Zacky.
Ia menyitir ayat suci Al-Quran yang menyatakan bahwa manusia diciptakan dalam golongan-golongan. Setelah ta’aruf (saling mengenal) lalu ta’awwun atau saling membantu, dilanjutkan dengan tabayyun (kejelasan sebagai sarana untuk menjelaskan atau mengklarifikasi sesuatu), dan selanjutnya adalah tahabbub atau saling mencintai.
“Dan orang yang bertakwa adalah bagaimana ia mampu membantu orang lain dengan kapasitas dan keilmuan yang dimilikinya,†kata Zaky Mubarok.
(Pinmas/d)