Jakarta (SIB)- Cendekiawan muslim Komaruddin Hidayat mengatakan istilah Islam Nusantara, yang digaungkan oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj, tidak perlu dipermasalahkan.
"Sebutan Islam Nusantara tidak perlu dipermasalahkan, yang penting definisi dari istilah tersebut," kata Komaruddin mengenai 70 tahun Kemerdekaan RI di Jakarta, Rabu.
Komaruddin menyebutkan, adalah sebuah dalil umum bahwa semua agama yang ada di dunia mengalami perkembangan justru di luar tempat lahirnya, yang akhirnya memberikan warna baru, walau secara fundamental keagamaan tidak berubah.
Contohnya, lanjut Guru Besar Filsafat Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, Islam itu berkembang di Mesir, Iran dan sekarang di negara-negara barat, bukan di Mekkah ataupun Madinah.
Begitu pula dengan pemeluk Islam yang masuk ke wilayah Nusantara. Percampuran budaya dan sistem politik membuat Islam di Indonesia berbeda dengan Islam di tempat asalnya.
"Islam nusantara bisa juga artinya orang muslim yang tinggal di nusantara, daerah yang punya sejarah budaya dan politik berbeda dengan Arab. Jadi dari sisi artikulasi politik, jelas Islam di nusantara berbeda dengan Islam di wilayah Arab," ujarnya.
Selain itu, lanjut Komaruddin, kondisi nusantara yang terdiri dari berbagai macam tradisi, agama, adat, suku dan bahasa juga mempengaruhi perkembangan Islam. Lain halnya dengan Arab yang penduduknya cenderung homogen.
Bahkan, lanjut Komaruddin, keakraban bangsa Indonesia dengan sistem demokrasi juga berasal dari organisasi Islam yang berdiri jauh sebelum Indonesia merdeka, seperti Muhammadiyah (berdiri tahun 1912) dan Nahdlatul Ulama (berdiri tahun 1926).
"NU dan Muhammadiyah itu bisa dikatakan pelopor demokrasi dan merupakan gerakan rakyat pada saat itu, yang berserikat, lepas dari campur tangan negara dan membiayai dirinya sendiri," kata pria yang mendapatkan gelar Doktor Filsafat dari Middle East Technical University, Turki.
Gerakan seperti ini ini, ujar Komaruddin, sangat sulit ditemukan di daerah Arab karena di sana memiliki tradisi Kesultanan yang kuat. (
Antara/k)