Makkah (SIB)- Sepekan jelang puncak haji, Wukuf di Arafah, Kota Makkah semakin padat. Ribuan jamaah haji dari berbagai penjuru dunia terus mendatangi kota kelahiran Nabi Muhammad Saw, tidak terkecuali jamaah haji Indonesia.
Kepala Seksi Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Reza Muhammad Marzal mengatakan sampai Kamis (17/09) pukul 01.00 waktu Arab Saudi (WAS), tercatat 149.048 jamaah haji Indonesia atau 96% dari kuota tahun ini sudah berada di Makkah Al-Mukarramah. Mereka terdiri dari 147.260 jamaah dan 1.788 petugas haji Indonesia.
“Sampai dengan pukul 01.00 waktu Arab Saudi, 71.432 jamaah datang dari Jeddah bersama 868 petugas yang tergabung dalam 174 kloter. Sebelumnya, sebanyak 75.832 jamaah haji yang sudah menyelesaikan ibadah Arbain di Masjid Nabawi-Madinah juga sudah tiba di Makkah. Mereka tergabung dalam 184 kloter yang didampingi oleh 919 petugas kloter,†jelas Reza.
“Jadi jamaah dan petugas haji Indonesia yang sudah berada di Makkah Al Mukarramah sampai dengan pagi ini berjumlah 149.048 orang tergabung dalam 358 kloter,†tambahnya.
Selama di Makkah, menurut Reza, jamaah haji Indonesia menempati 112 pemondokan yang tersebar di sembilan sektor. Berikut ini data persebaran jumlah jamaah dan petugas haji Indonesia berdasarkan sektor:
1.Sektor I, 28 Kloter, 11.257 jamaah
2.Sektor II, 33 Kloter, 13.177 jamaah
3.Sektor III, 37 Kloter, 15.109 jamaah
4.Sektor IV, 39 Kloter, 16.364 jamaah
5.Sektor V, 34 Kloter, 14.569 jamaah
6.Sektor VI, 51 Kloter, 21.857 jamaah
7.Sektor VII, 47 Kloter, 19.754 jamaah
8.Sektor VIII, 51 Kloter, 20.830 jamaah, dan
9.Sektor IX, 38 Kloter, 16.131 jamaah
Total jamaah dan haji Indonesia yang sudah sampai di Makkah sampai dengan pagi hari kemarin adalah 149.048 orang. Total kuota jamaah haji reguler tahun ini adalah 155.200. Sebanyak 16 kloter terakhir akan diberangkatkan pada Kamis (17/09), dari pagi hingga malam nanti.
Menag Ingatkan Sweeping JamaahSementara itu, Pemerintah Arab Saudi telah menetapkan Hari Raya Idul Adha jatuh pada Kamis (24/09) mendatang. Artinya, puncak penyelenggaraan ibadah haji 1436H/2015M, yaitu wukuf di Arafah akan dilangsungkan sehari sebelumnya, yaitu Rabu (23/9).
Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi terus mematangkan persiapan satuan operasional Arafah, Muzdalifah, dan Mina atau yang biasa disebut Armina. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengingatkan bahwa dalam masa Armina, ada tiga sweeping yang harus dilakukan oleh petugas PPIH. Menag minta proses sweeping itu bisa dilakukan dengan baik untuk memastikan tidak ada jamaah haji yang tertinggal.
“3 sweeping harus dilakukan secara masif dan betul-betul bersih,†tegas Menag dalam rapat koordinasi persiapan Satop ARMINA di kantor Daker Makkah, Senin (14/09). Hadir dalam kesempatan ini, 11 anggota Amirul Hajj, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Abdul Djamil, Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis, Kadaker Makkah Arsyad Hidayat, serta para Kepala Seksi Daker Makkah.
Menurut Menag, ketiga sweeping tersebut yang pertama adalah penyisiran yang dilakukan pada tanggal 8 Dzulhijjah malam. Menag mengingatkan PPIH untuk benar-benar memastikan tidak ada jamaah haji Indonesia yang masih berada atau tertinggal di pemondokan di Makkah. “Kita memang sudah punya sop nya. Tapi saya ingin itu bisa menjadi perhatian kita,†tegasnya.
Sweeping kedua dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah malam. Saat itu, seluruh jamaah sedang digerakkan dari Arafah menuju Muzdalifah. “Pada malam itu, saya minta petugas memastikan bahwa tidak ada setupun jamaah kita yang masih di Arafah. Semua harus sudah menuju Mina melalui Muzdalifah,†terangnya.
“Sweeping ketiga dilakukan tanggal 13 Dzulhijjah di Mina. Jangan sampai ada jamaah yang belum meninggalkan Mina,†tambahnya.
Menag juga berpesan agar menjelang puncak haji, para petugas, khususnya di bidang bimbingan manasik dapat memaksimalkan siswa waktu yang ada untuk melakukan bimbingan manasik kepada jamaah. Untuk memudahkan itu, Menag meminta agar PPIH segera menyiapkan standar minimal materi atau pokok bahasan yang akan disampaikan kepada jamaah. Dengan demikian, lanjut Menag, para penceramah dan pembimbing dalam memberikan ceramah, tidak ke mana-mana.
“Perlu dibikin pokok bahasan materi manasik bimbingan haji, apa saja minimal? Atau ditambah hikmah dari wukuf sehingga internalisasi jamaah ketika ada di wukuf itu mempunyai makna tertentu,†tandasnya.
(Pimnas/d)