Arafah (SIB) - Islam adalah agama salam yang menjunjung tinggi perdamaian dan kedamaian. Bahkan, nama Allah yang paling banyak disebut umat Islam adalah As-Salam. Karenanya, sudah semestinya Islam berada pada garda terdepan mewujudkan perdamaian dunia.
Pesan ini disampaikan Naib Amirul Haj yang juga Syuriah PBNU KH Masdar Farid Masudi saat memberikan khutbah wukuf di Masjid Tenda Misi Haji Indonesia, Arafah, Rabu (23/9).
Kyai Masdar mengkritisi fenomena kehidupan negara-negara Muslim yang meski sudah melewati 15 abad, akan tetapi persoalan asasi terkait perdamaian masih menjadi persoalan. Padahal pada haji wada 15 abad lalu, Nabi Muhammad dalam khutbahnya menyampaikan persoalan fundamental tentang pentingnya perdamaian.
“Sungguh darah dan harta kalian adalah suci seperti sucinya hari ini (hari Arafah) di bulan kalian ini dan di sucinya tanah ini. Ketahuilah segala sesuatu yang berlaku di masa Jahiliyah sudah harus berakhir, tidak boleh terulang lagi,†kata Masdar mengutip pesan Wada Nabi Muhammad Saw.
Masdar mengaku sedih kenapa negara yang diidentifikasi sebagai negara Islam sampai saat ini malah masih menjadi medan pertumpahan darah dengan alasan yang tidak jelas. “Seolah-olah kita tidak beranjak untuk meningkat pada keberadaban yang lebih tinggi. Ini fakta pahit yang harus dicermati dengan sungguh-sungguh karena sudah 14 abad lebih kita berada di kubangan yang sama,†tegasnya.
Sehubungan itu, Kyai Masdar memandang pentingnya meletakan kembali konsep dasar Islam yang fundamental yang tercermin dalam nama Islam itu sendiri. “Islam adalah agama salam yang menjunjung tinggi perdamaian dan kedamaian. Nama Allah yang paling banyak kita sebut adalah assalam,†tuturnya.
“Bertemu sesama teman kita mengucapkan assalamu’alaikum. Habis salat yang merupakan ibadah yang sangat personal, tapi muaranya adalah mengucapkan janji dan komitmen perdamaian yang mewujud dalam bentuk ucapan assalamu’alaikum,†tambahnya.
Dalam tata cara salat, lanjut Kyai Masdar, bahkan disunahkan ketika berucap salam ke kiri dan ke kanan, pandangan mata harus dapat menjangkau seluruh penjuru, dan tidak boleh sekenanya. Artinya, menurut Kyai Masdar, rasa damai merupakan misi yang sangat utama dari Islam sebagai agama rahmatan lil alamin. “Ini yang harus kita renungkan bersama pada abad ini, di mana kita hidup di alam globalisasi yang penuh persaingan kekuatan global,†katanya.
Untuk itu, Kyai Masdar menyimpulkan bahwa perdamaian dan rasa damai dalam Islam bahkan lebih mulia dari pada sekedar menegakkan aturan formil. Bernegara pun harus dalam rangka menciptakan perdamaian dan kedamaian. “Alhamdulillah, Indonesia sudah mengadopsi itu sebagai muara dari negara kita,†ujarnya.
Ditambahkan Kyai Masdar, sebelum perdamaian tercapai, maka harus ditegakkan keadilan. Keadilan dimaksud Kyai Masdar adalah nilai universal yang tidak boleh dikaitkan dan dipasung dengan suku agama dan lainnya. “Keadilan itu inklusif. Jangan sampai sikap dan komitmen keadilan dinodai dengan sentimen kelompok tertentu. Inklusifitas keadilan harus menjadi agenda utama kebersamaan umat,†tandasnya.
(Pinmas/f)