Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Sabtu, 28 Juni 2025

Islam Moderat untuk Bentengi Radikalisme Agama

- Jumat, 13 November 2015 15:51 WIB
388 view
Islam Moderat untuk Bentengi Radikalisme Agama
Jember (SIB)- Guru Besar Agama Islam Universiti Utara Malaysia, Prof Ismail Bin Haji Ishak mengatakan Islam moderat sebagai salah satu cara untuk membentengi diri dari radikalisme agama.

"Saya mengajak semua kalangan Islam memperbanyak dialog untuk mempromosikan Islam moderat," kata Ismail dalam seminar internasional bertajuk "Media Freedom and Religious Intolerance: Challenges of Islamic Studies in Promoting Moderate Islam" yang digelar di aula Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember, Selasa.

Menurutnya, munculnya berbagai bentuk dan corak Islam saat ini membuktikan bahwa pemikiran Islam bersifat dinamis, namun umat Islam harus berhati-hati sehingga apa yang dilakukannya tidak mengarah pada radikalisme.

"Pihak-pihak yang berupaya mengubah wajah Islam menjadi radikal perlu diajak bicara karena Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan dalam beragama. Saya berkeyakinan bahwa media massa memiliki kepentingan dan agenda tersendiri dalam menyikapi dan memberitakan kasus-kasus kekerasan dan intoleransi yang muncul mengatasnamakan agama," paparnya.

Untuk itu, lanjut dia, semua pihak harus memperbanyak dialog, mempromosikan Islam moderat, dan sering membuat dialog "interfaith", agar harmoni dan kecantikan Islam terlihat.

Sementara Guru Besar Komunikasi dan Media Universitas Airlangga, Prof Rachma Ida mengatakan selama ini yang dilakukan media terkait dengan kekerasan bermotif agama selalu memunculkan keberpihakan kepada kepentingan kelompok mayoritas dan media berupaya memperbesar opini publik yang muncul.

"Padahal, media seharusnya bersikap independen karena menjadi pilar keempat demokrasi. Berdasarkan penelitian yang saya lakukan, media seringkali menutup-nutupi konflik kekerasan bermotif agama, dan menggantinya dengan motif politik atau motif lain," tuturnya.

Beberapa kali ia melakukan pelatihan-pelatihan kepada para jurnalis untuk memperkuat idealisme, namun belakangan nilai-nilai itu kalah dengan kepentingan ekonomi politik media.

"Ketika terjadi konflik agama, umumnya tidak terdefinisikan konflik tersebut di media. Justru yang muncul konflik itu tidak dilatari agama, misalnya beberapa kasus yang terjadi di Jawa Timur," katanya.

Direktur Program The Wahid Institute, Dr Rumadi memaparkan hasil survei yang dilakukan Yayasan Pantau Jakarta terhadap media-media di Indonesia. Hasilnya, wartawan dan media tidak ada yang tidak berkepentingan alias selalu membawa misi-misi tertentu dalam pemberitaannya.

"Yang ada adalah apa yang sudah di kepala wartawan dan redaktur-redaktur itu dicari pembenarannya di lapangan. Dicari penjelasan-penjelasan narasumber yang jelas-jelas berpihak pada misi yang dibawa wartawan tadi," ucap Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) NU itu.

Dalam rangkaian seminar itu juga ditanda tangani nota kesepakatan IAIN Jember dengan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Timur tentang Partisipasi Masyarakat dalam Literasi Media. (T.KR-ZUM) (Ant/l)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru