Setiap tahun tepat pada 10 November seluruh Tanah Air memperingati Hari Pahlawan, saat dimana jasa-jasa dan perjuangan para pahlawan kembali dikenang.
Para pahlawan bukan hanya yang berjuang melawan penjajahan atau perintis kemerdekaan tapi juga mereka yang berjasa luar biasa terhadap bangsa dan negara serta membawa perubahan positif bagi masyarakat dalam berbagai bidang.
Gegap gempita peringatan Hari Pahlawan bukan hanya di taman makam pahlawan, tapi juga merambah hingga ke dunia maya lewat berbagai akun media sosial yang memviralkan.
Dalam setiap peringatan Hari Pahlawan, kita para penerus bangsa kembali diingatkan akan perjuangan mereka, bagaimana gigihnya upaya merebut kemerdekaan dan mempertahankan kedaulatan.
Kita kembali diingatkan untuk terus meneladani nilai-nilai kepahlawanan seperti ikhlas, rela berkorban dan berani dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya juga untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan.
Melanjutkan perjuangan para pahlawan tentunya tidak lagi dengan cara berperang melawan penjajah karena konteks perjuangan saat ini berbeda dengan zaman dulu, saat Indonesia masih dalam masa penjajahan.
Perjuangan saat ini menurut Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa adalah dengan ikut membangun bangsa dan mengatasi berbagai permasalahan bersama-sama dengan pemerintah seperti masalah kemiskinan, kekurangan gizi, radikalisme dan diberbagai sektor lainnya.
Menurut Agus Tanzil yang juga cucu Pahlawan Nasional Agus Salim, para pejuang pendahulu telah berhasil meraih kemerdekaan sehingga Indonesia yang aman, damai dan bebas dari penjajahan dapat dinikmati oleh anak cucu.
Namun menurut Ketua Panitia peringatan Hari Pahlawan 2017 itu, kedaulatan bangsa masih dirongrong oleh pihak tertentu. Ia menyebutkan banyak gangguan yang merongrong kedaulatan bangsa terutama di era keterbukaan informasi dan teknologi saat ini.
Perkokoh Persatuan
Mensos Khofifah pada peringatan Hari Pahlawan juga mengajak seluruh elemen bangsa untuk memperkokoh semangat persatuan, kesatuan dan persaudaraan untuk membangun negeri.
Untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan hendaknya tidak memberikan ruang bagi mereka yang tidak suka melihat kondisi Indonesia yang guyub, aman, tenteram dan damai.
Juga tidak memberi peluang bagi siapapun yang berusaha memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa dengan cara apapun, apalagi yang berusaha membenturkan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya dengan berita 'hoax' dan sebagainya.
Menurutnya, peringatan Hari Pahlawan 10 November harus menjadi momentum bagi seluruh anak bangsa untuk kembali bersatu padu mengatasi segala permasalahan bangsa yang dihadapi.
Persatuan dan kesatuan bangsa adalah janji kemerdekaan yang harus ditunaikan. Janji mewujudkan sebuah republik yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Janji tersebut, hanya bisa terlaksana apabila seluruh elemen bangsa bersatu.
Untuk itu, semangat dan nilai-nilai kepahlawanan harus bisa diimplementasikan dan didayagunakan untuk hal tersebut. Dengan kata lain, menurut Khofifah pahlawan kekinian adalah mereka yang konsisten memperjuangkan dan berkorban untuk suatu perubahan ke arah yang positif.
Pahlawan Kekinian
Untuk menjadi pahlawan, terutama dalam konteks kekinian atau lebih dikenal dikalangan generasi muda dengan istilah zaman "now" tidak lagi mesti berperang, tapi sesuai dengan tantangan zaman.
Mensos Khofifah mengatakan perjuangan di masa kini, bisa ditempuh dengan berbagai pendekatan. Salah satunya yang ia dorong adalah pendekatan Estetik Heroik.
"Kita angkat budaya karena budaya itu tingkat penerimaannya betul-betul tidak berbatas. Coba lihat budaya Korea yang masuk ke Indonesia. Mulai gaya rambutnya, filmnya, koreografi tarinya, gaya berpakaiannya, semua menjadi trend di pelosok wilayah Indonesia dan dunia. Kita juga bisa menggunakan pendekatan budaya untuk meningkatkan daya saing dan persatuan," kata Khofifah.
Dengan kondisi zaman yang berubah pesat, perlu dicari format baru yang dapat menjadi perekat dan penguat persatuan anak muda zaman sekarang.
Pahlawan masa kini juga bisa siapa saja dan dari bidang apa pun asal ia memiliki jiwa dan nilai-nilai luhur kepahlawanan yang dirasakan bermanfaat bagi masyarakat.
Tantangan zaman yang dirasakan saat ini mulai dari bidang ekonomi, sosial, budaya, politik dan sebagainya, maka "pahlawan" yang muncul tentunya juga sesuai dengan tantangan tersebut.
Contohnya, petugas kebersihan bisa dianggap sebagai pahlawan karena tanpa mereka sampah-sampah berserakan dan menumpuk, mengganggu keindahan dan kenyamanan kota tempat tinggal kita.
Contoh lainnya, dokter Gamal yang menggagas asuransi kesehatan "sampah" dengan konsep layanan pengobatan di kliniknya yang dapat dibayar dengan iuran sampah. Dengan konsep tersebut masyarakat kurang mampu mendapatkan pelayanan kesehatan dan di sisi lain masalah sampah juga teratasi.
Dokter Gamal yang membuka layanan asuransi sampah di Kota Malang, Jawa Timur bisa dianggap sebagai pahlawan dalam bidang tersebut karena apa yang dilakukannya bermanfaat besar dan sangat dirasakan baik oleh masyarakat dan lingkungan.
Seorang guru di Sumedang, Een Seukaesih yang telah lama mengidap penyakit berat bahkan ia tidak dapat bangun dari tempat tidur, namun masih mengabdikan dirinya untuk mengajar juga menjadi teladan bahwa masih ada sosok yang ikhlas dan rela berkorban di tengah kondisinya yang penuh keterbatasan.
Masih banyak lagi contoh-contoh pahlawan dalam konteks kekinian di Tanah air, namun jika belum bisa berbuat untuk orang banyak, setidaknya bisa berbuat baik untuk diri sendiri dan orang di sekitarnya.
Jujur, ikhlas, rela berkorban, tidak korupsi, berbuat baik kepada sesama dan bermanfaat bagi orang lain adalah nilai-nilai kepahlawanan yang bukan hanya diteladani tapi juga dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga gelar "pahlawan" dapat disematkan pada sosok diri pribadi. (Ant/l)