Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Senin, 09 Juni 2025

Obituari: Oppu Friska, Legenda Kecil yang Nyentrik

Oleh: Sampe Purba
Redaksi - Minggu, 29 Desember 2024 10:57 WIB
1.703 view
Obituari: Oppu Friska, Legenda Kecil yang Nyentrik
Foto SNN/Dok Pribadi
Oppu Friska
Beliau ini sesungguhnya tidaklah tergolong seorang tokoh yang sering diminta pendapatnya di lingkungan adat atau dikenal sebagai orang berpunya, berwibawa, atau rohaniawan. Namun, ada sesuatu yang unik tentang dirinya. Bagi saya, beliau layak dikenang sebagai sosok nyentrik, fenomenal, atau bahkan kontradiktif, meskipun hanya dalam lingkup kecil.

Sebagai anak bungsu dari enam bersaudara, Oppu Tiopan, ayahnya,– memberi nama Jamuka, yang berarti "terdepan." Ia lahir saat Republik Indonesia masih balita, bahkan sebelum pengakuan kedaulatan RI pada 1949. Meski hanya menyelesaikan pendidikan sekolah rakyat (SR) hingga kelas dua, yang ditempuh dalam empat tahun, beliau berhasil menikahi seorang gadis penyanyi solis yang dianggap artis desa di Doloksanggul bagian selatan. Kisah perjodohannya akan saya ceritakan nanti.

Karena tidak melanjutkan sekolah, orang tua saya memintanya menjadi parorot (pengasuh) saya selama dua tahun sejak saya masih bayi. Beliau bangga menceritakan saya sebagai yang diasuh langsung olehnya sewaktu kecil. Karena perbedaan usia kami tidak terlalu jauh dan mungkin juga karena perkembangan intelektual saya yang cepat menyesuaikan, ia menjadi mentor saya saat kecil.

Baca Juga:

Saya ingat sekali peristiwa, kepada isteri saya di tengah rasa bangganya sebagai sosok yang mengasuh saya sewaktu kecil, beliau pernah meminta dibelikan sepatu, alasannya agar beliau mau rajin ke gereja/" target="_blank">gereja. Isteri saya memenuhinya dengan kasih. Namun ternyata paling satu dua bulan Uda ini rajin ke gereja/" target="_blank">gereja, setelah itu agak lebih suka berkeluyuran.

Keahlian yang Tak Biasa

Baca Juga:

Uda memiliki kemampuan luar biasa dalam industri ekstraktif versi desa. Ia dapat mengenali suara burung-burung dan selalu berhasil menangkap yang ia inginkan dengan jerat. Ia juga ahli menjala ikan, berburu, hingga menombak babi hutan yang dianggap hama. Dari beliau, saya belajar melempar pisau belati, mirip latihan Kopassus. Bedanya, sasaran kami saat itu adalah batang pisang.

Meski perawakannya tidak terlalu tinggi, tubuh Uda atletis. Ia mengendarai sepeda ontel dengan kecepatan tinggi dan tak suka disalip. Pernah sekali ia mengalami kecelakaan karena menabrak orang di hari pekan sekitar tahun 1975. Meski akhirnya berdamai, insiden itu membuatnya takut pergi ke pasar selama enam bulan.

Perjalanan ke Bakara

Saat libur kelas dua SMP, saya menemani Uda ke Bakara, lembah subur asal Raja Sisingamangaraja yang sakti. Kami menempuh perjalanan sekitar empat jam melalui tebing bukit hingga tiba di pinggir Danau Toba. Belum ada jalan raya saat itu. Di tengah perjalanan, kami berhenti di sebuah pedupaan yang diyakini sebagai tempat Raja Sisingamangaraja memandang Danau Toba.

Setelah dua hari bekerja memacul sawah, Uda tiba-tiba memutuskan pulang lebih dulu, meninggalkan saya sendirian. Ia hanya berpesan agar saya menjaga diri dengan belati kecil. Belakangan, saya mengetahui bahwa angin puting beliung melanda kampung kami, dan naluri Uda benar-benar luar biasa.

Keahlian Lainnya

Kemampuan bertukang Uda diwarisi dari kakek kami. Ia bisa membuat layangan, seruling bambu, anyaman rotan, hingga melakukan pekerjaan konstruksi sederhana seperti memperbaiki dapur rumah. Meski tidak ahli, hasil kerjanya selalu fungsional.

Kisah Cinta dan Pernikahan

Belum genap setahun setelah kakaknya menikah, Uda diperkenalkan dengan seorang penyanyi solo dalam drama gereja/" target="_blank">gereja pada lakon Naomi dan Rut. Penampilannya begitu memukau hingga menjadi bahan perbincangan (atau viral meminjam istilah sekarang). Dengan caranya yang unik, Uda berhasil meminangnya. Namun, setahun setelah menikah dan memiliki anak, istrinya tiba-tiba jatuh sakit. Orang tua saya memanggil dua rohaniawan yang ahli dalam eksorsisme. Ternyata, ada yang menanam sesuatu di halaman rumah mereka. Berkat doa yang sungguh-sungguh, istrinya sembuh, anaknya sehat. Istrinya, inang uda itu telah berpulang pada usia tua beberapa tahun lalu.

Warisan dan Akhir Hidup

Dari enam bersaudara anak Oppung, Oppu Friska adalah yang pertama memiliki cucu panggoaran seorang Sarjana (Orang tua yang punya cucu diberi gelar berdasarkan nama cucu dari anak pertama). Ini sebuah pencapaian yang sesuai dengan arti namanya, Jamuka. Meski hanya bisa mengeja kata dengan terbata-bata, ia selalu mendukung pendidikan anak dan cucunya, setidaknya dalam doa.

Tiga hari sebelum sakitnya bertambah parah, ia sempat mengungkapkan kerinduannya kepada Bapak saya, abangnya, yang baru meninggal sekitar satu bulan sebelumnya. Berkat fasilitas kesehatan gratis dari pemerintah, Uda meninggal dengan tenang di usia 76 tahun di rumah sakit, tiga hari sebelum ulang tahunnya.Selamat jalan, Oppu Friska Doli. (*Penulis, Sampe Purba,Anak dari Abang Kandung Oppu Friska)

Editor
: Bantors Sihombing
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru