Kegagalan nyatanya tidak mampu mematahkan semangat Prajogo Pangestu dalam meraih kesuksesan bersama Barito Pacific.
Tahun 2018 ini, Prajogo Pangestu berhasil mencatatkan namanya ke dalam Daftar Orang Terkaya di Indonesia.
Kekayaan Prajogo Pangestu memang tidak sebanyak Hartono bersaudara penguasa Grup Djarum. Pria yang lahir sebelum Indonesia merdeka ini memiliki total kekayaan US$2,9 miliar atau setara dengan Rp42,72 triliun. Namun dengan kekayaan tersebut, Prajogo Pangestu berhasil mengukuhkan dirinya sebagai orang terkaya ke-7 di Indonesia.
Latar belakang dirinya bukan berasal dari keluarga konglomerat. Ia mengawali perjalanan kariernya dari titik nadir hingga sukses berada di puncak kejayaan.
Pria dengan nama asli Pang Djoem Phen ini lahir 13 Mei 1944 di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Prajogo hanya bisa mengenyam pendidikan tingkat menengah pertama karena keterbatasan ekonomi keluarganya. Namun, ia tidak menyerah begitu saja dengan keadaan serba susah tersebut. Prajogo pergi merantau ke Jakarta dengan tekad bulat untuk mengubah nasibnya.
Namun, kenyataan belum berpihak padanya kala itu. Ia sudah mencoba berkali-kali namun tak kunjung mendapat pekerjaan.
Maka dari itu, suami dari Herlina Tjandinegara memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya, Kalimantan. Di sana Prajogo mendapat pekerjaan sebagai sopir angkutan umum jurusan Singkawang-Pontianak.
Prajogo memang tidak tanggung-tanggung dalam bekerja. Demi kelangsungan hidupnya, ia pun membuka usaha kecil-kecilan dengan menjual bumbu dapur dan ikan asin.
2 Akhirnya kesempatan datang, Prajogo mulai terjun ke dunia bisnis melalui pertemanannya dengan Burhan Uray. Burhan Uray mungkin memiliki beberapa catatan hitam bagi masyarakat Indonesia. Namun faktanya, ia cukup berjasa dalam membuka jalan kesuksesan bagi Prajogo Pangestu.
Pertemuan mereka berdua dimulai pada tahun 60-an ketika Prajogo masih bekerja sebagai sopir angkot.
Tahun 1969 Prajogo bergabung dengan Djajanti Group milik Burhan Uray untuk mengurusi Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Sebagai informasi, Djajanti Group merupakan perusahaan kayu terbesar di Indonesia kala itu. Prajogo Pangestu sudah terbiasa bekerja dengan ulet dan gigih sehingga tidak heran kariernya menanjak selama bekerja pada Djajanti Group.
Berbekal etos kerja yang tinggi, Prajogo berhasil mendapatkan jabatan General Manager Pabrik Plywood Nusantara setelah tujuh tahun mengabdi pada grup yang menaunginya tersebut.
Hanya setahun saja Prajogo menjabat sebagai GM Djajanti Group. Ia putuskan resign dan membeli sebuah perusahaan yang sedang krisis finansial. Nama perusahaan tersebut adalah CV Pacific Lumber Coy.
Prajogo meminjam sejumlah dana pada sebuah bank untuk membeli perusahaan kayu ini. Hebatnya, ia dapat mengembalikan pinjaman tersebut hanya dalam kurun waktu satu tahun.
Perusahaan inilah yang kemudian berubah nama menjadi PT Barito Pacific. Pada masa orde baru, perusahaan ini maju pesat menjadi perusahaan kayu terbesar di Indonesia.
Namun kesuksesan ini tidak menghentikan langkah Prajogo untuk terus berkembang. Selanjutnya, ia melakukan ekspansi bisnis dengan mendirikan PT Chandra Asri Petrichemical Center dan PT Tri Polyta Indonesia Tbk.
Tantangan dan hambatan memang selalu ada bagi orang yang mau berusaha. Mungkin krisis moneter pada tahun 1998 inilah yang menjadi hambatan terbesar Prajogo selama perjalanan kariernya.
Bagaimana tidak, dikutip dari Kontan, nilai kapitalisasi Barito Pacific anjlok dari US$5 miliar menjadi US$3 juta.
Belum lagi, ia harus mengembalikan utang sebesar US$1,8 miliar akibat krisis keuangan yang dialami Chandra Asri. Tak terkecuali utang Tri Polyta dalam bentuk dolar yang melonjak drastis akibat melemahnya nilai rupiah kala itu.
Tapi, bukan Prajogo Pangestu namanya jika menyerah pada keadaan terjepit. Ia berhasil memulihkan keuangan bisnis dengan menggabungkan perusahaan-perusahaan miliknya dalam satu platform, yaitu Barito Group.
Di bawah bendera Barito Group, Prajogo memperlebar bisnisnya di bidang perkayuan, petrokimia, minyak sawit mentah, dan properti.
Pada tahun 2016 bahkan, dilansir dari Forbes, kenaikan kekayaan Pangestu merupakan yang paling besar, karena menguatnya harga saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) hingga 1000%.
Kini di usia senjanya, Prajogo menyerahkan pengelolaan Barito Group kepada putranya, Agus Salim Pangestu. (Finansialku/d)